Levin kembali mendatangi Jace di dalam mimpinya malam ini. Dia tampak sedih dengan keadaan Jace yang kurang baik. Tiga kata yang diucapkan Levin mampu membuat hati Jace berdesir.
"Aku kangen kamu," itulah yang Levin ucapkan.
Keadaan Jace kini semakin membaik. Jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan apa yang Rowan katakan ada benarnya. Levin menanyakan tentang mimpi yang harus Jace wujudkan. Jace hanya menjawab, "aku masih belum tau."
****
Pagi ini Jace berencana akan menemui Levin lagi. Jace berharap dia bisa melihat Levin lagi. Jace pergi dari rumahnya membawa sepeda gunung yang ia pakai kemarin.
Jace berhenti di toko bunga yang berada di seberang jalan. Jace membeli bunga berwarna merah yang sama dengan yang kemarin dibelinya.
Jace menunggu agak lama karena toko sedang ramai pembeli. Jace duduk di bangku yang ada di dekat kasir bersama dengan para pembeli yang menunggu bunganya dibungkus oleh si penjual.
Jace yang sedang melihat-lihat setiap sudut toko itu, dibuat terkejut karena dia merasa pernah mengenal dua orang pengunjung yang baru saja memasuki toko.
Jace sangat mengenal seorang cowok dan juga cewek yang baru saja datang itu. Dia Marq dan Neela.
"Marq ngapain dia di sini sama Neela?" tanya Jace dalam hati.
Jace masih belum mengalihkan pandangannya dari Marq dan Neela. Terlihat di sana Neela sedang melingkarkan tangannya di lengan kiri Marq.
Marq yang sedang menyusuri setiap sudut toko dengan matanya, dia dikejutkan dengan keberadaan Jace. Sontak Marq berjalan ke arah Jace dengan senyum yang merekah di wajahnya.
Neela kaget karena tiba-tiba saja Marq berjalan tanpa memberikan aba-aba. Neela yang posisinya sedang merangkul lengan kiri Marq hanya bisa diam dan mengikuti kemana Marq akan membawanya.
"Hai Jace," sapa Marq begitu mereka sampai di hadapan Jace. "Apa kabar?"
Neela yang mengetahui siapa itu Jace dia langsung beralih menatap Jace yang kini juga ada di hadapannya.
Jace memandang sinis Marq. Terlihat jelas di sana ada kebencian yang mendalam. Jace masih belum bisa memaafkan Marq karena dia meninggalkan Levin di saat kondisinya yang sedang buruk.
"Lo sekarang pindah ke sini ya?" pertanyaan Marq yang tadi belum dijawab oleh Jace tapi Marq sudah memberinya pertanyaan lagi.
"Bangsat," ucap Jace yang membuat Marq dan Neela menatapnya dengan bingung.
Jace berdiri dari duduknya dan berjalan dengan langkah kaki tergesa-gesa. Jace sangat marah, kemunculan Marq dan Neela dengan tiba-tiba membuat kebencian yang sudah lama berusaha ia kubur dalam-dalam kini muncul kembali. Jace mengambil bunga yang sudah terbungkus rapi yang akan dia beli, membayarnya lalu berjalan keluar toko.
Apa yang dilakukan Jace membuat beberapa pengunjung memandanginya dengan tatapan aneh. Jace tidak menggubris, dia terus berjalan tanpa memperdulikan tatapan aneh yang ditujukan untuknya.
Marq melepaskan tangan Neela yang masih setia melingkari lengan kirinya. Neela bingung dengan apa yang terjadi kali ini. Marq berjalan cepat dan bisa dibilang jika dia sedang berlari mengikuti Jace.
"Jace," panggil Marq saat dia melihat Jace sedang mengambil sepeda yang diparkirkan didekat sepeda miliknya dan Neela.
Jace diam saja seolah tak mendengar panggilan dari Marq. Jace justru sibuk melepaskan rantai yang ia gunakan untuk mengikat sepeda dengan tiang.
KAMU SEDANG MEMBACA
karena aku juga butuh kepastian✅
Roman pour Adolescents"Harapan?" aku sudah muak dengan kata itu!! Maaf, belom ada niatan buat revisi. Jangan kaget isinya berantakannya subhanallah 😌 Ini cerita pertama saia, harap maklum kalau alay atau gimana:)