perhatian

68 5 0
                                    

Pagi ini entah mengapa Yuki sudah ada di pekarangan rumah Jace dan Rowan. Yuki tidak sendirian, namun dia bersama sepeda gunung hitam miliknya. Yuki yang sedang bertengger di atas sepedanya hanya mengukir seulas senyum tanpa ada niatan untuk memanggil nama Jace untuk mengajaknya berangkat ke sekolah.

Senyum Yuki semakin mengembang ketika dia melihat pintu rumah yang semula tertutup rapat kini terbuka, memunculkan seorang Jace dengan wajah datarnya dan disusul dengan Rowan yang juga sama datarnya membuat senyum yang semula mengembang di wajah Yuki seketika lenyap setelah melihat Rowan.

"Kak Yuki," panggil seseorang membuat Yuki menoleh ke belakang.

Orang yang memanggil Yuki kini sudah berhenti di samping sepeda Yuki, dengan napas yang belum stabil.

Yuki menunjukkan senyumnya kepada orang itu, "ada apa ya?"

"Gini kak, mau tanya, nanti ekstrakulikuler basket udah mulai belom ya?"

"Oh basket, kayaknya sih belum, soalnya aku sendiri masih belum dikasih pemberitahuan lebih lanjut dari Pak Tommy, selain itu 'kan baru kemaren juga aku dijadiin leader basket yang baru, walau cuma buat yang anak perempuan."

"Oh gitu ya kak? Gini aja kak, nanti kalau misalnya ekskulnya masih belum mulai, kakak hubungin aku aja."

"Mmm.. Boleh.. Eh tapikan, aku belum punya nomer hp kamu."

"Sini kak biar aku kasih," Yuki dengan senang hati memberikan ponselnya kepada orang yang notabenya sebagai adik kelasnya.

Orang itu memberikan kembali ponsel Yuki kepada Yuki, "namanya siapa nih? Aku lupa padahal kemaren udah kenalan."

"Marquez Antonio kak, panggil Marq aja."

"Oke deh Marq."

"Ekhem.."

Yuki mencari orang yang baru saja berdehem itu dan menemukan sosok Rowan juga Jace. Namun Yuki yakin kalau yang baru saja berdehem tadi adalah Rowan.

"Kenapa Row?" tanya Yuki.

"Sama Mama disuruh ngasih ini," Rowan menyodorkan sebuah kotak bekal berwarna merah kepada Yuki.

"Apaan nih?" tanya Yuki lagi setelah menerima kotak makan dari Rowan.

"Isinya bom waktu yang semenit lagi meledak," ketus Rowan lalu beralih menatap Jace yang masih setia menunggunya selesai berbincang.

Dari yang Rowan lihat, Jace sedang menatap Marq yang masih diam saja belum pergi padahal sekiranya urusan dengan Yuki sudah selesai dengan tatapan tajam dan dingin. Rowan yang mulai merasa sebentar lagi amarah Jace sudah tidak dapat dia tahan lalu mengajak Jace untuk segera pergi dari tempat itu.

"Jace yuk berangkat, keburu mules lagi gua kalo kelamaan di sini, yang ada ntar gue pengen buang air di jalan lagi."

Jace tidak menanggapi ajakan Rowan namun dia sempat memberikan respon singkat, meresponya dengan hanya memberikan sebuah anggukan pelan.

Yuki yang melihat Jace dan Rowan sudah mengendarai sepeda dan mulai bergerak menjauh, Yuki langsung pergi menyusul mereka tanpa pamit kepada Marq terlebih dulu. Marq sendiri bingung dengan sikap kakak kelasnya itu juga dengan sikap kakak beradik yang merupakan teman sekelasnya sendiri. Selain itu, Marq juga bingung mengapa Yuki bisa mengenal Rowan dan terlihat akrab dengannya. Marq semakin bingung saat Rowan tiba-tiba saja memberikan sebuah kotak bekal kepada Yuki yang merupakan pemberian dari mamanya Rowan.

"Mungkin karena mereka tetanggaan," pikir Marq enteng.

Sesampainya di sekolah, Jace berjalan dengan langkah terpaksa menuju kelasnya. Yuki yang berjalan di belakang Jace hanya sesekali menunjukkan senyumannya secara diam-diam. Rowan? Rowan sudah pergi dari parkiran sepeda karena perutnya kembali terasa mulas.

karena aku juga butuh kepastian✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang