mimpi

128 10 4
                                    

Salju masih turun hari ini membuat udara dingin menusuk hingga ke tulang. Jace sedang duduk di atas sofa single yang berada di samping jendela dan menghadap langsung ke perapian. Sedangkan di luar sana ada kakak Jace bersama pacarnya sedang bermain salju. Tak ada satupun niatan di hati kecil Jace untuk ikut bergabung bersama mereka. Bukannya takut mengganggu melainkan karena bosan.

Dahulu, setiap salju turun di Ukraina, Jace selalu keluar untuk bermain salju bersama tetangganya yang bernama Yukina. Membuat boneka salju atau perang bola salju. Namun sekarang Jace hanya memilih duduk di depan perapian untuk merasakan udara hangat yang berasal dari perapian. Dingin, setidaknya itu yang menggambarkan sifat Jace saat ini. Jace memandang lurus ke arah perapian.

"Sayang, kamu nggak ikut main sama kakak?" tanya seorang wanita paruh baya.

Jace menengadah, "nggak ma."

"Kenapa?" tanyanya lagi.

"Nggak papa," jawab Jace.

Wanita itu tersenyum sambil mengusap pelan rambut hitam milik Jace. Jace yang mengetahuinya hanya diam tanpa ada satu ekspresipun di wajahnya. Tak lama wanita itu pergi meninggalkan Jace menuju dapur. Jace hanya menatap kepergian Anne mamanya sekejap lalu memalingkan wajahnya. Ia bersandar di bahu sofa, menengadah menatap langit langit ruangan yang berwarna coklat tenang. Jace menutup matanya.

****

Jace sedang berlari di taman dan tertawa lepas. Sesekali ia menoleh kebelakang sambil tersenyum lebar hingga menampakkan barisan gigi rapihnya. Lalu tampak seorang perempuan sedang berlari mengejar Jace, ia tersenyum senang sambil berlari.

"Jace.." panggil perempuan itu.

Jace hanya menoleh ke arah perempuan cantik, dengan kulit putih bersinar, dan mata biru terangnya yang tenang sambil tetap mempertahankan senyum lebarnya. Jace tetap berlari membiarkan perempuan itu mengejarnya.

Bruk

Perempuan tadi tergelincir dan jatuh tersungkur karena jalanan taman masih ada sedikit sisa salju karena musim dingin belum lama berakhir.

"Auuwhh.." perempuan itu mengerang kesakitan.

"Astaga," Jace menoleh, "Levin.." Jace berlari menghampiri perempuan yang dipanggilnya Levin itu.

Levin mencoba bangkit namun usahanya selalu gagal dan membuatnya kembali terjatuh. Jace datang dengan raut wajah cemas saat menatap Levin yang kini duduk di atas aspal bersalju dengan lututnya yang mulai memerah.

karena aku juga butuh kepastian✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang