Hari itu sinar matahari yang hangat masih terasa dikulit karena jam baru menunjukan pukul sepuluh pagi. Aku dan sahabat dekatku, Krisa, berdiri di bawah pohon maple.
"Krisa, sebenernya lo tu suka sama cowok yang kayak gimana si?" tanyaku.
"Yaa... Ada deeh Vin." jawabnya.
"Ihh kamu kok gitu sih? Jawab dong.."
"Oke oke aku jawab, jadi, aku tu suka sama cowok yang mukanya agak sangar, tapi dia masih kelihatan ganteng, manis, lucu, yah pokoknya gitulah," jawabnya sambil tersenyum.
"Nah.. Contohnya kayak dia," Krisa menunjuk kearah seorang cowok yang baru berjalan di lapangan voli.
"Hah... Cowok kayak dia masuk kedalam tipe lo? Oh my god oh my god," aku tertawa karena tak percaya.
"Iih.. Lo jangan ngetawain gue, ntar lo suka lhoh malahan sama dia, ingat karma masih berlaku," dia terkekeh.
"Ng.... Apaan si lo, yuk masuk kelas."
Aku dan Krisa masuk kelas karena bel masuk telah berbunyi, aku dan Krisa menemui sahabat kami yang lainnya. Kami (aku dan para sahabatku) di dalam kelas mendengarkan cerita aneh yang dikarang oleh Krisa. Ada yang duduk di meja ada juga yang di kursi.
Sambil mendengarkan cerita Krisa aku mulai memikirkan sesuatu tentang cowok yang ditunjuk oleh Krisa saat kami masih berada di bawah pohon maple tadi.
"Setelah dipikir pikir dia lumayan juga, apalagi senyumannya uhh manis banget..."
"Hoyy.. Ngelamun aja, hayoo ngelamunin siapa hayo..." kejut Alice salah satu dari tujuh orang sahabatku.
"Ahh.. Enggak emang aku ngelamun?"
"Emm.. Gausah bohong deh sama kita kita," ejek Fiana.
"Benertuh kata Fiana, tos dulu kita," lalu Krisa tos dengan Fiana. "Vin lo pasti mikirin cowok yang tadi, kan?" sambungnya.
"Ihh.. Enggak apaan si_" Alda memotong perkataanku.
"Apa... Cowok? Jadi bener Vin yang dibilang sama Krisa?"
"Ihh.. Nggak kok nggak kok, itu ngga bener sama sekali, Krisa mah sukanya gitu," jawabku kesal.
Tiba-tiba ada seorang murid laki-laki memasuki kelas, "Woy woy... Penjajah dateng dia udah sampai di ujung jalan dan lagi jalan ke sini."
Kebetulan kelas kami berada di ujung paling utara. Kita sekelas sepakat mengganti kata guru menjadi "penjajah" karena mereka dianggap menjajah waktu kemerdekaan para siswa.
Jadwal pelajaran setelah jam istirahat hari ini adalah matematika, pelajaran yang paling membingungkan dan cukup menguras daya pikir otak.
Sebenarnya aku lumayan membenci pelajaran ini, bukan karena materinya tetapi karena penjajahnya.
Setelah lama hanya mendengarkan penjelasan materi akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Spontan seisi kelasku bersorak sorak gembira.
Aku berjalan sendirian menuju gerbang sekolah, Krisa dan 3 temanku yang lain pulang menaiki sepeda, sedangkan 3 lainnya masih berbincang bincang dengan teman kelas lain.
Tak lama aku menunggu di gerbang akhirnya kakakku datang juga. Rumahku hanya berjarak sekitar 3 sampai 4 kilo meter dari sekolah.
Di jalan aku melihat cowok yang ditunjuk oleh Krisa. Dia menaiki sepeda BMX yang hampir keseluruhan berwarna biru, kecuali ban sepedanya. Aku terus melihat wajahnya. Di wajahnya tidak menunjukkan satu ekspresipun.
Sampai akhirnya motor yang ku naiki mulai menjauh. Setelah jarak yang memisahkan cukup jauh, aku mulai tersenyum-senyum sendiri layaknya orang gila.
"Ish.. Apaan si, enggak lah, mana mungkin aku tertarik sama dia," ujarku dalam hati.
Tak lama kemudian aku telah tiba di rumah. Ku taruh tas ku, melepas sepatu, dan mengganti seragam ku.
"Sebenernya, siapa sih dia tu? Penasaran gue. Btw... Dia manis juga. Oke mulai besok gue bakalan nyari tahu tentang dia!!" kataku yang terlanjur terbakar api penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
karena aku juga butuh kepastian✅
Teen Fiction"Harapan?" aku sudah muak dengan kata itu!! Maaf, belom ada niatan buat revisi. Jangan kaget isinya berantakannya subhanallah 😌 Ini cerita pertama saia, harap maklum kalau alay atau gimana:)