buku cerita

102 9 0
                                    

Oykinayla masih mempertahankan pelukannya. Tak bisa dipungkiri lagi kalau dia sedang merindukan Jace. Bukan lagi sedang, namun sangat. Sudah bertahun-tahun dia tidak bertemu dengan Jace karena keluarganya pindah ke Jepang. Jace ingin melepaskan pelukan Oykinayla dari tubuhnya, tapi Oykinayla malah semakin mempererat pelukannya.

Pintu rumah yang setengah terbuka itu kini menjadi sepenuhnya terbuka. Mengeluarkan sosok laki-laki dari dalam rumah. Matanya membulat sempurna setelah melihat adiknya sedang dipeluk oleh seorang perempuan. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Rowan mengucak mata kanannya dengan tangan kanannya. Dia sempat berpikir kalau semua yang terjadi hanya halusinasinya belaka.

Rowan masih terpaku di depan pintu. Mulutnya sedikit menganga dan matanya juga masih membulat. Oykinayla merasa ada yang aneh sedang terjadi di sekitar tempatnya berdiri. Dia melepaskan pelukannya lalu mengintip kebalakang.

"Astaga," katanya sambil memegang dada kirinya yang kini berdegup lebih kencang, "Rowan sejak kapan lo di situ? Mingkem lo entar ngeces!"

Rowan tersentak kaget, spontan dia langsung menutup mulutnya dan berkedip karena matanya mulai terasa perih.

"Yuki? Lo Oyuki Nayla Mauren, kan?" tanya Rowan, "apa kabar lo?"

Perempuan itu mengangguk. Rowan langsung memeluk perempuan yang dia panggil Yuki dan Yuki membalas pelukannya.

"Baik," balas Yuki lalu melepaskan pelukannya, "lo sendiri?"

"Baik juga," Rowan terkekeh, "ngapain lo meluk-meluk adek gue?"

"Kangen aja," Yuki tersenyum lebar.

"Kangen apa kangen?" goda Rowan, "btw bukannya waktu itu lo pindahnya ke Jepang, kenapa sekarang jadi ada di Rusia?"

"Kepo."

"Apa jangan jangan lo kabur ya dari Jepang?"

"Sembarangan. Gue sama papa pindah ke sini seminggu lalu. Karena papa ada kerjaan di sini."

"Oh gitu? Ya udah gue mau pergi."

"Ke mana?" tanya Yuki.

"Ketemu calon pacar."

Yuki tersenyum lebar menatap kepergian Rowan. Dia berpikir kalau Rowan masih belum berubah sejak terakhir kali dia bertemu dengan Rowan. Sekarang di teras hanya tersisa Jace dan Yuki. Jace ingin bertanya tetapi dia malas untuk mengungkapkan pertanyaan itu. Sampai akhirnya dia memilih untuk berlalu.

Yuki menatap bingung Jace yang sekarang sedang berjalan melaluinya. Dia mulai berpikir kalau Jace yang dilihatnya sekarang bukanlah sosok Jace yang dulu. Yuki penasaran lalu dia menggapai tangan kanan Jace. Jace yang merasa tangannya dipegang oleh Yuki langsung melepaskaannya dengan cara menepis dengan tangan kirinya.

Yuki yang ditepis bukannya merasa kesakitan ataupun marah justru dia membulatkan mata terkejut. Yuki sebelumnya tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh Jace. Mata Yuki memanas dan berkaca karena dia mulai bisa merasakan perubahan sifat Jace. Sampai akhirnya dia berkata..

"Jace, lo kenapa sih?" tanya Yuki, "gue perhatiin dari tadi sejak awal kita ketemu lo tu udah aneh."

Jace yang tadinya menghentikan langkahnya, kini dia kembali berjalan.

"Kalau lo emang nggak berubah, nanti malem lo bakalan ngajak gue keluar," Yuki pergi meninggalkan teras rumah Jace.

BRAK!!

Jace menutup pintu dengan kasar. Dia tidak merasa bersalah karena telah menepis tangan Yuki dan membuat Yuki pergi dari rumahnya dengan mata yang berkaca. Jace berjalan menuju kamarnya. Saat sampai di kamar, seperti yang tadi dia lakukan, menutup pintu dengan kasar. Entah apa yang telah membuatnya menjadi emosi hari ini.

karena aku juga butuh kepastian✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang