diam diam

157 16 0
                                    

Saat ini aku telah duduk di bangku kelas 8 dan aku berpisah kelas dengan semua sahabatku, dan doaku tidak dikabulkan karena aku tidak dapat sekelas dengan Jace.
Teman sebangku ku bernama, Clara, dia teman sekelas Nina semasa kelas 7. Di sana ada seorang cowok yang membuatku tertarik.
Dia rajanya dalam pelajaran matematika, dan namanya adalah Marquez Antonio nama panggilannya adalah Marq.
Minggu demi minggu di kelas 8 ini ku lalui dengan tenang. Sampai akhirnya, sampai di bulan September tanggal 18. Ini adalah hari ulang tahun Jace.
Aku sedang termenung sendirian di balkon belakang kelas. Termenung karena aku bingung mau memberinya ucapan selamat ulang tahun atau tidak.
"Hai.. Levin," ucapnya lembut tapi mengagetkanku.
Ku balikkan badan dan melihat di belakangku ada, Marq si raja matematika, "hei Marq, ada apa?"
"Ah.. Enggak. Kok ngelamun? Ada apa?"
"Ng.... Enggak kok, nggak ada apa apa," aku meringis.
"Bener nggak mau cerita sama pacarnya sendiri?" godanya.
"Iih.. Apaan coba?" aku tertawa dan menyenggol lengannya.
Ya, kami, aku dan Marq kami telah berpacaran sejak pertengahan Agustus lalu.
Aku dan Marq sengaja menyembunyikannya dan bertindak seolah kami hanya teman biasa.
Mungkin kata pacaran dengan diam diam itu lebih tepat. Terkadang aku cemburu melihatnya didekati atau di dekat perempuan lain.
Tak ada yang mengetahui hubungan kami, bahkan Jace dan para sahabatku sekali pun. Walau sebenernya Jace itu teman dekatnya Marq.
"Marq jalan yuk nanti, nemenin aku ke toko buku," ajakku.
"Kamu lupa apa udah pikun? Sekarang itu hari Senin Levinsa Balancine sayang."
"Oiya lupa, kamu ada basket ya nanti, maaf ya.. Mmm.. Kamu nemenin aku ke toko buku besok aja gimana?" tawarku.
"Besok kita ke Paris."
"Ya ampun kok aku bisa lupa gini?"
"Kamu pasti kecapekan, kemarin kamu habis dihukum, kan sama kakak kamu," aku mengangguk.
Kemarin memang aku dihukum karena pulang terlalu larut.

karena aku juga butuh kepastian✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang