Liburan tahun baru baru saja selesai kemarin. Hari ini adalah hari pertama bagi Jace dan Rowan di sekolah barunya. Tak ada yang menyenangkan bagi Jace berada di sekolah barunya kali ini. Berbeda dengan Rowan yang sangat bahagia berada di sekolah barunya. Fiana Stanton adalah alasannya.
Mereka berada dalam tingkatan kelas yang sama dan kelas yang sama pula. Rowan yang setahun lebih tua dari Jace menjadi satu angkatan dengan adiknya karena semasa sekolah dasar dia sempat tinggal kelas karena sedang sakit saat ulangan kenaikan kelas berlangsung, sehingga tidak bisa mengikuti ulangan kenaikan kelas.
Bicara tentang sekolah, Fiana, Yuki, Marq, dan Neela juga ada di sekolah yang sama dengan Jace juga Rowan. Jace dan Rowan satu kelas dengan Marq juga Fiana. Neela ada di kelas yang berada di samping kelas mereka. Sementara Yuki, dia satu tingkatan lebih tinggi dari mereka semua.
Jace dan Rowan duduk bersebelahan di bangku kedua dari belakang. Di samping kiri Jace ada Marq dan teman lelakinya sedangkan di samping kanan Rowan ada Fiana dan teman perempuannya. Rowan sangat beruntung berada di posisinya saat ini, sementara Jace berkali-kali mendengus kesal dan beberapa kali juga mengucap umpatan-umpatan dan sumpah serapahnya.
Yang jelas, posisi itu sangat menyusahkan Jace.
Jace sudah berkali-kali meminta kepada Rowan agar pindah tempat duduk namun Rowan selalu menolak dengan alasan..
"Bangkunya udah nggak ada yang kosong, udah nikmatin aja," itulah alasannya.
Jace juga sudah berkali-kali meminta kepada Rowan untuk bertukar tempat duduk namun selalu mendapat jawaban..
"Nggak mau, gue mau deket sama Fiana," dan itu adalah jawaban yang berkali-kali keluar dari mulutnya.
KRING KRING!!
Bunyi bel tanda istirahat akhirnya berbunyi membuat semua murid bisa bernapas lega setelah pelajaran yang cukup menyiksa. Matematika seolah masih menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar murid yang sedikit lemah dalam urusan berhitung.
Jace sendiri berbeda dengan para teman barunya yang langsung bercengkrama dan menggosipi guru yang baru saja keluar dari kelas. Namun Jace justru keluar dari dalam kelas paling utama, bahkan sebelum guru mata pelajaran matematika itu keluar kelas.
Bu Vina yang melihat siswa barunya langsung lari keluar kelas dengan terbirit-birit setelah mendengar bunyi bel berbunyi, hanya geleng-geleng kepala. Begitu juga dengan Rowan dan beberapa murid lainnya yang mengikuti perbuatan gurunya.
"Akhirnya... Gue bebas.." dengan napas yang masih terengah-engah Jace mengatakan itu.
Jace menegakkan badannya dan mengamati lingkungan sekitar, dia cukup tahu di mana dia berpijak sekarang, namun dia tidak tahu bagaimana kakinya bisa membawanya ke tempat ini.
Di lapangan basket, adalah tempat yang sedang Jace pijaki sekarang. Dia ingin pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang mulai berbunyi, namun dia tidak tahu ke arah mana yang harus dia ambil.
Jace memang cukup sulit memutar otaknya saat pelajaran, namun jika menyangkut yang lain maka otaknya akan cepat bereaksi. Jace berjalan membuntuti seorang siswi yang dia pikir akan ke kantin.
Siswi yang dibuntuti oleh Jace merasa dirinya sedang diikuti oleh seseorang di belakangnya. Rasa penasaran dan takut mulai menggelayuti siswi itu walaupun dia tahu kalau dia sedang berada di lingkungan sekolahnya sendiri namun rasa itu tetap dia rasakan. Sedetik kemudian siswi itu balik badan dan..
"Jace.." panggil siswi itu, "lo ngapain ngintilin gue?"
Hah, ternyata cewek yang gue kintilin itu Yukina, si Yuki Oykinayla?
KAMU SEDANG MEMBACA
karena aku juga butuh kepastian✅
Novela Juvenil"Harapan?" aku sudah muak dengan kata itu!! Maaf, belom ada niatan buat revisi. Jangan kaget isinya berantakannya subhanallah 😌 Ini cerita pertama saia, harap maklum kalau alay atau gimana:)