Jihyo sedang membaca buku pelajaran desain di kamarnya malam itu. Ia harus banyak menghafal istilah dalam produksi pakaian yang rumit.
Ponsel di sebelah bukunya berbunyi.
Jihyo menatap layarnya beberapa saat yang memunculkan nama 'Kim Seokjin'.
"Ji, bisa bicara sebentar?" ucap Seokjin dari seberang telepon.
"boleh, oppa. dimana?" tanya Jihyo.
"aku ada di depan rumahmu" jawab Seokjin.
Jihyo segera turun dari kamarnya.
Gadis itu bertemu Jungkook yang baru selesai mandi.
"mau kemana?" tanya Jungkook dengan nada penasaran.
"aku pergi sebentar" ucap Jihyo dengan cepat.
"jangan lama-lama. sebentar lagi Chanyeol saem pulang~" saran Jungkook.
.
Jimin mengerutkan keningnya saat melihat Kai menyodorkan sebuah kontrak, "apa ini?".
"aku menawari pekerjaan di G-Bar sebagai penyanyi utama. kalau kamu mau, aku akan menfasilitasi semua biaya hidupmu" jelas Kai.
"aku pikirkan dulu" ujar Jimin. Ia segera bangkit dari tempat duduknya di bar.
"kamu harus segera memilih, Jimin. Meninggalkan Jungkook atau bertahan tanpa kepastian dari Jungkook. kurasa kamu akan lebih bahagia jika meninggalkannya saja. Dia tahu perasaanmu tapi masih diam saja sampai sekarang" ucap Kai.
Jimin menoleh, "itu urusanku dan Jungkook. Kamu tak berhak mengaturnya. permisi".
.
Seokjin membawa Jihyo ke sebuah restoran mewah.
Mereka duduk di sebuah ruangan privat yang sudah di pesan oleh Seokjin sebelumnya.
"aku ingin mengucapkan terima kasih karena kamu sudah merawatku tempo hari" ujar Seokjin.
Jihyo tahu Seokjin sulit melepaskannya. Maka Jihyo berniat yang mengakhiri segalanya saat ini dengan Seokjin.
"apa oppa tahu bedanya orang yang disayangi dengan orang yang dibutuhkan?" Jihyo mencoba mengutarakan perasaannya dengan analogi.
Seokjin menggeleng setelah memikirkannya.
"kita membutuhkan orang yang kita sayangi, tapi kita kadang menyayangi orang yang sebenarnya tidak kita butuhkan" jawab Jihyo.
Seokjin tertegun mendengar jawaban gadis pintar di hadapannya ini.
"aku tahu oppa lebih membutuhkan dokter solar daripada aku. jadi, kumohon oppa, jangan lagi memikirkanku. oppa hanya menyayangiku, tidak lebih. saat merawat oppa, aku sadar kalau perasaanku selama ini pada oppa bukanlah cinta" jelas Jihyo.
"tapi aku sering mengigau namamu" ungkap Seokjin. "dan kamu mengira bahwa selama ini aku hanya menyayangimu sebatas teman?".
Jihyo mengangguk. "perasaan manusia tak punya standar pasti, oppa. begitu juga dengan perasaanku. kumohon mengertilah. oppa pasti bahagia setelah melepasku, aku percaya padamu oppa" Jihyo menggenggam tangan Seokjin untuk terakhir kalinya sebelum berdiri.
"aku akan mengembalikan kotak barang oppa" ujar Jihyo.
"tak perlu. kamu simpan saja atau buanglah" jawab Seokjin.
Jihyo menunduk pamit. Ia keluar dengan perasaan lebih lega. Kini ia tahu bahwa melepaskan Seokjin dari hatinya adalah cara untuk melanjutkan hidupnya dengan lebih menyenangkan.
.
Jungkook sedang berusaha menulis lirik lagu dari melodi yang diberikan Yoongi saem untuknya. Ia sudah berjanji pada dosennya itu untuk membantunya merilis mixtape.
Saat Jungkook membuka buku catatannya, ia tak sengaja membuka halaman belakangnya.
ada tulisan yang tak dikenalnya tapi berhasil membuatnya tersenyum.
'Jungkook, semoga aku hadir lebih cantik di dalam mimpimu. -jh'
Saat Jungkook tersenyum, ia menoleh ke arah pintu masuk rumah.
Jimin menatap Jungkook dengan wajah bingung. Pria blonde itu pun lebih memilih langsung masuk kamar dan menguncinya.
Jungkook jadi bingung dengan kelakuan Jimin yang tak biasa.
Jungkook mengetuk pintu kamar sahabatnya itu beberapa kali.
Jimin membukanya setelah mengganti baju.
"kamu kenapa sih?" tanya Jungkook heran.
"kita perlu bicara" jawab Jimin.
.
tekan tanda bintang dan komentar ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommates [✔]
FanfictionJihyo dan Jungkook tinggal seatap dengan mimpi yang berbeda.