18

9.8K 539 17
                                    

"Abang! Abang gak bohong kan sama Yola?" Tanya Yola cemas, air matanya nyaris saja meluruh namun sekuat tenaga untuk Yola tahan.

Ilham tak dapat berbicara apa-apa ia hanya mengeluarkan ekspresi sendu yang justru telah direka-reka bahwa itu memang benar.

"Abang..... Kenapa? Apa salah Yola? Kenapa harus dihentikan. Apa tidak ada kecocokan bagi dia?." Yola terisak kecil seraya berusaha untuk mengusap air mata yang telah berlelehan diwajahnya.

"Yola! Istigfar, tidak boleh begini. Jangan jatuhkan air matamu hanya untuk dia yang tak halal untukmu" Yola kian terisak saat tubuhnya direngkuh oleh istri abangnya. Ia butuh kekuatan tidak boleh terjatuh.

"Sudahlah Yola, ini belum seberapa. Huznudzon sama allah. Semua ini pasti ada hikmahnya." Ucap Istri Bang Ilham.

"Tapi kak kenapa? Kenapa saat Yola sudah benar-benar serius bahkan berharap lebih kepada Allah subhanahu Wata'ala. Tetapi justru ini yang Yola dapat. Apa Allah meragukan Yola kak?"

"Istigfar Yola, jangan berbicara begitu. Pasti ada jawaban lain yang jelas lebih baik dari yang kamu pikirkan" Yola kian terisak. Angan-angan akan pernikahan kandas sudah, khayalan bahwa ia akan menjadi seorang istri dengan mengurus si kembar pupus sudah.

Kecewa sedih tidak rela semua berada di diri Yola. "Itu namanya tidak jodoh, sudahlah nak jangan ditangisi tak baik. Ini bukan apa-apa dan tidak akan membuat mu berhenti hidup saat ini. Ayo semangat anak Ummu" Suara Ummu Citra menginterupsi mereka. Yola sedikit demi sedikit mulai tenang dan akan menerima kenyataan lantunan istigfar terus ia ucapkan.

"Gak usah sedih gitu, kalau memang berniat untuk menikah. Nikah saja dengan nak Zafran, kemarin dia sudah kemari hendak melamar mu namun terlambat karena kamu sedang taaruf dengan pak Thomas." Suara Abi nya Yola justru membuat Yola ingin melompat saja dari lantai seribu. Bagaimana bisa? Yola ingin menikah memang, namun Yola hanya ingin dengan duda bangkotan yang menjijikan katanya dulu itu. Ia juga ingin hidup bersama si kembar.

Yaa benar memang kalau dulu itu Yola yang berharap bahwa Zafran akan melamarnya. Tapi harapan dan impian teradahulu bisa saja berubah, karena apa? Takdir!.

Namun sekarang takdir seakan berkata lain lagi, setelah gagal akan angan-angan hidup bersama dengan Duda Bangkotan ia justru dihadapkan dengan seorang Buker bujang keren.

Ohh bukan! Maksudnya...
Buseh, Bujang sholeh

Hiyaaa kalau begini Yola juga jadi bimbang, tapi kan... Ah akan selalu ada kata tapi selalu begitu.

.
.

.
.

"Lah terus lo nyerah? Helowww lo udah tua kali! Lo bukan bujangan atau anak gadis yang baru dilepas nikah ama orang tuanya yang mesti diberi titah dan nurut apa kata orang tua" Ledek Medi ketika Medi ikut kerumah thomas mengerjakan tugas kantor mereka.

"Nurut kata orang tua itu kan baik, kita harus berbakti sama orang tua." Balas Thomas acuh.

"Iya gue tau, tapi nurut yang begimana dulu. Kan lo yang bilang perihal nikah itu ibadah jangan diberat-beratin harus dipermudah. Nah sekarang bokap lo mempersulit lah apa ini nggak salah? Gue tau ridho orang tua itu ridho Allah juga." Balas Medi tak kalah sok pintarnya. Ada sisi puas dapat menceramahi Thomas.

Ubah profesi sekarang, dengerin dulu ceramah ustad medi yaa.

"Lantas aku harus bagaimana?" Tanya Thomas polos. Ia sandarkan tubuhnya dikursi kerja yang ia tempati saat ini helaaan nafas panjang begitu terdengar.

Jodohku, Duda Bangkotan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang