10

12.1K 711 20
                                    

"Om napa om?," Thomas seketika tersadar.

'Astagfirullahallazim.... Allahuakbar....allahuakbar semoga itu tidak terjadi,' batin Thomas.

Yola yang melihat wajah pias dari si Duda Tua itu menjadi kebingungan sendiri. "Idih aneh.." Cibir Yola.

"Sudah makan?" Tanya Thomas dengan gaya seperti biasa 'sombong, berwibawa, dan tak lupa tatapan tajam'.

Yola hanya melihat sekilas dan mengangkat bahu malas. "Kalau orang tua bicara itu dijawab" Yola jadi kesal ia menoleh dan melotot kearah Thomas, lebih tepatnya ke arah dahi Thomas karena takut terjadi Zinah mata bagi Yola sih.

"Akhirnya sadar juga kalau anda sudah tua!" Balas Yola kejam sambil menggit bibir dan melotot tajam.

Thomas seketika ingin memuntahkan lahar panas dari mulutnya,  belakangan ini emosi Thomas  sering turun naik tidak terkontrol entah apa sebabnya. Ingin pergi dari ruangan itu tapi Thomas tidak mau. Enak saja! Di dalam sana kan ada dua buah hatinya dan sampai kini ia masih tercatat sebagai ayah biologis mereka. Jangan sampai hak nya diserempet oleh gadis kecil menyebalkannya ini.Berbicara menyebalkan teringat kembali kejadian saat ia menguping dua gadis cantik disebelah rumahnya.

Yola Pov

Dari sebelum gue nyanyi sama Dima  gue udah tau kalau tua bangka yang.. Err sialnya rada-rada hot itu berada didekat pintu. Kenapa giliran dia dateng perasaan gue jadi nyaman ya? Berasa lengkap aja?.

Duch gue kena virus cinta beneran nih! Sekarang tu gue heran, tiap hari ketemu gue gak pernah banget dia pasang muka baik hati. Selalu aja muka antagonis, kan gue jadi bosan lihatnya. Kasih senyuman kek, anggep ajalah itu bayaran buat gue. Selama ini gue juga yang urus si bayi dia mah apa? Kerja doang taunya. Kalau gue punya lakik begitu dah gue tinggal! Masa kerja mulu nikah aja sanah ama kertas-kertas dokumen.

Loh kok jadi melantur ke 'nikah' Haduhh yang mau nikah kan Ica. Mulai gak singkron otak gue kalau radar si tua bangka mulai menyebar disekitaran gue.

"Kenapa? Kepala kamu konslet?" Iss... Lihat tuh! Mulai kan nyolot. Errr

"Iya konslet karena kena radiasi tidak baik dari lo Tua Bangka!" EHHH gue bilang Tua Bangka? Mampus!

"Apa kamu bilang!," noh...noh wajahnya tiba-tiba berubah suram rahangnya sedikit mengeras terdengar gemelutuk gigi, emang masih punya gigi? Oh punya kayaknya.

"KAMU!," kalau begini gue kok jadi takut ya. Loh.. Dia mendekat lagi tanda bahaya mulai terlihat. Siap-siap Yola mundur 1...2...3...

"PLAK"

"ADUHHH...."

"Rasain! Ancur-ancur tuh muka!" benar-benar mantap! Kekuatan raket nyamuk milik Yola sudah terbukti dapat melumpuhkan Duda Tua beranak dua ini.

"Kamu tau tidak kalau ini sakit?"

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

Pukul 14:30 Yola baru saja menyelesaikan mata kuliah wajib universitasnya. Masih didalam kelas ditemani Ica dan Teressa mereka baru saja membereskan buku-buku mereka. Yola berdiri lebih dulu dari temannya sambil menyandang tas hitam miliknya. Perlahan ia mengangkat tangannya untuk melihat waktu saat ini.

"Pufft... Udah siang banget. Panas lagi" Keluh Yola.

"Iya sih, tapi kita tidak boleh mengeluh nanti Allah marah. Jangan sering-sering mengeluh! Tidak baik." Nasihat Ica kini ia juga telah siap dengan tas yang tersampir di bahunya.

"Hehe iya deh, Astagfirullahallazim." Teressa tertawa mendengarnya. Kemudian mereka bertiga berjalan beriringan bersama keluar kelas.

"Sarung tangan gue mana ya? Risih banget gue tangan gue di lihatin" Ucap Yola. Ia sudah mengobrak abrik tas nya.

Jodohku, Duda Bangkotan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang