17

10.4K 628 28
                                    

"Yaa selama ini kan dia itu mencerminkan sosok pasangan yang baik gitu dan sayang sama anak." Kilah Yola.

Teresa melirik Yola dengan gaya malas, Yola itu susah sekali untuk mengakui, selalu banyak berkilah nya. "Ngomong-ngomong kamu sudah nemuin Pak Ustad yang di bilang sama Om Thomas?"

Yola menggeleng pelan, kuliah nya lagi sibuk ia sedang mengejar satu matkul lagi dan  ia juga sedang cari-cari informasi untuk mengurus kkn nya.

"Ya udah sekarang aja! Mumpung lagi gak ada kerjaan kan" Ajak Teresa.

"Iyadeh, yuk"

.
.
.
.

"Saya masih berpikir apa ia yakin mau menerima saya, seorang duda yang memiliki dua orang anak." Pandangan mata keduanya begitu serius. Dua pria yang sudah berstatus menjadi seorang ayah.

"Dulu Yola pernah bercerita ke saya bahwa ia ingin menikah. Sudah lama sekali sih itu sewaktu dia baru-baru mengenal dunia islami. Alasannya karena ia ingin menyempurnakan separuh ibadahnya. Ia ingin mencari perhatian Allah sebagai hamba yang mulia. Namun tak lama setelah itu ia berubah pikiran." Ucap Ilham terhenti sejenak menyisakan rasa penasaran yang melanda untuk Thomas.

"Lalu?" Thomas bertanya segera. Ia penasaran dengan kelanjutan ceritanya.

"Yola tidak mau menikah dahulu, karena dia ingin mendapatkan pasangan hidup Yang shalih. Dan untuk mencapai keinginannya itu ia berpikir bahwa ia harus memperbaiki diri. Baginya terlalu sombong sekali kalau kita tidak tau apa-apa tentang agama kita dan kita selama ini kebanyakan membangkang kepadanya lalu seenak hati meminta jodoh yang shalih. Dan itu namanya sama saja dengan tidak tau diri."

Thomas terpukau dengan penjelasan Ilham, pintar sekali Yola 'batin Thomas.

"Mendengar itu saya sebagai abang nya justru mendukung pemikirannya. Saya terus menasehati dia, walau ia sering sekali goyah. Hijrah itu memang mudah sekali bukan? Tinggal kita buka kitab suci Al-Qur'an kita pelajari kita ikuti apa yang tertulis disana. Kita tegakkan sunnah melalui hadist-hadist Rasulullah kalau kita perempuan kita menutupi aurat, perbanyak sholat dan introspeksi diri. Tapi itu semua butuh kekuatan, diawal menggebu gebu namun tiba ditengah jalan semangat itu hilang. Inilah yang dinamakan tidak istiqomah. Syaiton itu banyak, ketika ia tau hamba allah sedang memperbaiki diri maka ia akan semakin gencar menggoyahkan keteguhan hati seseorang. Dan itu sudah dialami Yola."

"Ya benar, bahkan saya pun pernah begitu. Apakah Yola masih istiqomah?" tanya Thomas pelan.

"Alhamdulillah hingga kini ia semakin memperbanyak ladang ilmunya."

"MasyaAllah..."

.
.
.

Yola turun dari mobil yang dikendarai Teresa. Matanya tak henti-hentinya melebar melihat tempat yang ia kunjungi saat ini. Ia dulu sering kesini sewaktu Ummu nya masih hidup.

"Yola.. Ih ngapain malah bengong! Ayo masuk!" Yola tersadar dari lamunannya. Ia melangkah mengikuti Teresaa yang justru terlihat lebih semangat darinya.

'Ini yang mau taaruf siapa sih?' Batin Yola.

"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh" ucap Yola dan Teresa. Mereka menunggu didepan pintu rumah seraya memperhatikan luasnya halaman dan beberapa ikhwan yang memakai gamis menggantung.

"Wa'alaykumussalam warohmatullahi wabarokatuh" Sahut seseorang dari dalam rumah yang bisa ditebak bahwa itu suara wanita.

"Ada apa ya... Nak Yola? Ana gak salah lihat kan? Anti Nak Yola kan?"

Yola terbelalak melihat wanita paruh baya yang berpakaian serba hitam.
"Ummu Amrullah?... Ummahhhh Yola kangen" Yola membawa tubuhnya mendekat ke arah ibu paruh baya tersebut. Ia memeluknya dengan erat rasa rindu kian meluap seiring eratnya pelukan mereka.

Jodohku, Duda Bangkotan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang