"Deal!""Deal......"
"Berangkat!!"
"Emangnya mau kemana?" Teresa Ica dan Melly nyaris saja ingin bunuh diri jika mereka tidak cepat berpikir jernih.
Jadi ceritanya yg Deal itu apa? Fiuh... Sudah memakan waktu berjam-jam untuk susun rencana dan si Yola dong-dong masih juga kagak nyambung. Ingin rasanya mereka bertiga membenturkan Yola ke kloset horang kaya yang ada dikamar mandi Yola segera.
.
.
.
."Cepet ih Yola!" Bisik Melly dengan melotot kesal. Yola masih ragu-ragu untuk berjalan menghampiri objek yang sejak tadi mereka ikuti.
"Yola Ya Allah jangan sampe ini sia-sia, buruan ih!"Ucap Teresa mulai sebal.
Yola menggeleng takut, wajahnya menjadi pucat semua kata-kata yang ia susun seakan buyar setelah ia melihat Sang Duda Bangkotan. Rasa rindu itu ada entah sudah berapa lama tidak bertemu? Sudah berapa lama juga tidak beradu mulut dengan Duda itu?.
Ica mendorong Yola kuat dibantu oleh Melly dan Teresa. Kaki Yola seakan tertanam ditanah yang ia pijaki saat ini. Yola rasanya ingin menangis mengingat posisinya yang tidak jadi berada direngkuhan sang idaman.
"Yaaaaa dia malah mellow, nanti aja lo nangisnya Yola"
Dengan sekuat tenaga dan melalui perdebatan panjang akhirnya Yola berada tepat sekitar dua meter dari objek yang mereka incar berdiri.
"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh" ucap Yola pelan. Keringat dingin mulai menggangu dirinya. Ditambah lagi degub jantung yang semakin berontak seakan mampu mengoyak dada Yola hingga menganga lebar.
Thomas terdiam sejenak, rasanya ia merindukan suara ini. Apa ini mimpi? pikir Thomas. Dilirknya jam yang melingkar ditangannya, ini sudah jam makan siang ah mungkin saja dia lapar hingga sampai berhalusinasi begini.
"Om" cicit Yola. Tubuh Thomas menegang, benarkah? Benarkah ini suara seorang gadis yang seharusnya menjadi ibu dari dua anaknya?.
Thomas berbalik untuk mencari asal suara dan detik itu juga Yola berbalik. Tidak kuat Yola untuk berhadapan dengannya. Iblis disekitaran menggodanya untuk berlari dan memeluk lelaki yang bukan mahram untuknya.
"Yo...la" Panggil Thomas dengan terbata. Ada apa ini? Kenapa degub jantungnya beritme seperti saat ia dulu berada didekat Dima?.
"Omongan ketiga teman Yola itu bohong-" Yola tercekat air mata menghalau pandangannya. Ia takut saat ia meminta dan ternyata ia terlambat. Sungguh jika itu terjadi ini akan jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Thomas membisu ia tidak fokus dengan yang dibicarakan oleh Yola. Ia justru hanyut dalan ribuan penyesalan akan kebodohan dirinya. Coba saja waktu itu ia lebih giat memberi penjelasan kepada ayahnya untuk merestui mereka. Andai saja ia tidak segera memutuskan yaaruf mereka. Mungkin saja sekarang Yola tetap menjadi taarufnya dan akan sampai ke jenjang pernikahan.
Huh... Itu semua penyesalan yang sudah diatas angan. Kini semua sudah tak ada guna, yang diinginkan telah di embat oleh yang lain. Bisa dibilang ini antara bodoh dan memang keterlambatan.
"Yola tidak di pinang oleh siapapun-"
ZRRTTTTTR
Anggap saja ada kabel listrik yang jatuh mengenai kepala Pakde Thomas. Pusing akan keterjutan dari ucapan gadis yang sudah masuk daftar calon istrinya ini membuat Thomas ingin jatuh pingsan saja. Apakah ini benar? Atau halusinasi lagi?. Tolong ambilkan parutan kelapa dan tamparkan ke pipi Thomas agar ia sadar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, Duda Bangkotan?
RandomSequel TEARS Benarkah jodohku si BANDOT TUA! BERANAK DUA! Ya Allah jelasin ke gue, apa gue kehabisan stok? Stok bujangan keren contohnya. Aisyah Yola Nurjannah menikah lagi? dengan anak kecil? kurasa aku akan gila Thomas Edison #313 -29 Juni 2017 #6...