30

12.5K 446 21
                                        


"Itu Dafina."Ucap Seorang pria dengan pelan. Thomas mengernyit bingung. Hatinya bertanya-tanya siapakah Dafina?.

"Siapa Dafina?." Tanya Thomas wajahnya memancarkan raut penasaran. Di kepala Thomas terlintas berbagai macam nama seseorang yang mungkin sama dengan nama Dafina. Namun setelah berpikir keras nyatanya nama itu tidak ada.

"Ceritanya terlalu panjang dan mungkin akan sulit masuk diakal. Ayah tidak akan sanggup menceritakannya. Panggil istrimu dan ikut aku." Titah Pria itu. Thomas mengangguk singkat dan menyusul istrinya.

.
.
.

Thomas menghentikan mobilnya ketika mobil putih didepannya berhenti tepat di halaman sebuah rumah besar. Matanya menatap Yola, segaris senyum ia berikan kepada Yola untuk menenangkan Yola. Thomas tahu Yola sangat cemas ada banyak tebakan dalam kepalanya.

Yola ikut tersenyum saat melihat Thomas tersenyum padanya. Walau sedikit dipaksakan, ia tetap harus tenang dan tegar. Semoga ini semua tidak seperti yang ia pikirkan dari tadi.

"Itu....."Yola menunjuk wanita yang berparas sama dengan Mantan istri suaminya. Hatinya terasa sesak ketika wanita itu begitu sama dan membuat suaminya terpaku kepada wanita itu.

Yola berusaha menepis rasa perih dari goresan tak kasat mata dihatinya.

"Dima..." Gumam Thomas. Mata Yola tiba-tiba saja memanas. Ia ikut menatap lurus kepada wanita yang sedang berbicara dengan Ipar suaminya itu. Berusaha sekeras mungkin agar ia tak menggerakan matanya, sebab Yola takut cairan bening itu jatuh dan melintas di kedua pipinya.

Remasan ditangan Yola kepada tangan Thomas semakin menguat ketika Thomas belum juga tersadar dari keterpakuannya pada wanita itu.

Thomas menatap wanita itu dalam diam, tak ia pungkiri memang benar wanita itu sangat mirip dengan mantan istrinya. Istri tercintanya, istri yang begitu lemah lembut penyayang dan perhatian.

Hati Thomas berdesir, tanpa sadar ia memegang dadanya merasakan detakan itu. Ingin rasanya Thomas menangis saat kenangan itu melintas dikepalanya. Semua sudah terlewati waktu tak bisa berjalan mundur dan yang lalu tak akan terulang kembali.

Namun Thomas yakin wanita itu hanya sekedar mirip dengan mantan istrinya. Tidak!. Tidak mungkin ia istrinya sebab ia yakin bahwa kekasih hatinya telah pergi lebih dulu darinya.

Dan wanita itu bukanlah Dima istri tercintanya....... Dulu.

Yola tak mampu menahan kesedihan dihatinya. Tanpa bisa ia cegah air bening itu mengalir. Ia menangis pelan ia tak ingin tangisannya akan membuat Thomas sadar dan mengasihaninya.

"Dia bukan Dima. Oom yakin dia bukan Dima. Dan kalaupun dia Dima, ia tak akan bisa merubah keadaan yang sekarang. Karena sekarang ada dirimu wanita yang kupilih Yola." Thomas menolehkan kepalanya dan menarik kepala Yola kedadanya.

Yola tak kuasa menahan tangisnya hingga isakan kencang itu terdengar. Begitu memilukan dan meremukkan hati Thomas. Ia memeluk istrinya erat dan mengusap lembut punggung wanita ringkih yang kini menangis di dadanya.

"Only you. You. You again . And always You. Yang akan ada didalam hatiku hingga akhir hayatku. Karena kau lah yang Allah pilihkan untuk ku. Berhentilah menangis sayang. Sungguh hati ini begitu teremas melihat mu menangis pilu saat ini." Thomas meletakkan kedua telapak tangannya ke kedua sisi wajah Yola. Ia rangkum wajah cantik bagaikan boneka barbie itu.

"Tersenyumlah sayang. Ayo kita hadapi bersama, percaya padaku. Bahwa kini hanya ada aku kamu dan kedua anak kita." Ucapan Thomas begitu menenangkan hati Yola. Perasaan sedih itu kian meredup diganti kan sebuah rona merah di kedua pipinya.

Jodohku, Duda Bangkotan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang