02 - Kebetulan

1.3K 58 2
                                    

Mungkin ini yang dinamakan habis gelap terbitlah terang. Karena setibanya di kelas, Vira mendapati teman sekelasnya sedang heboh karena guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mereka sedang berhalangan hardir.

"Woi Ra! gue tungguin lo dari tadi juga lama banget sih datengnya." sahut Lili teman sebangkunya.

"Iya, soalnya tadi alarm gue mati." Sahut Vira malas karena moodnya belum juga membaik.

"Beruntung banget lo kebetulan Bu Kiko nggak masuk."

"Hmmm.."

Lalu kemudian mereka sibuk dengan kegiatan masing masing. Vira masih dengan pemikiran tentang kejadian tadi pagi sedangkan Lili asik dengan hp ditangannya.

Setelah sekian lama keheningan menyelimuti mereka akhirnya Lili berteriak dengan suara menggelegarnya.

"OH IYE GUE LUPA LO TADI DI PANGGIL SAMA BU TULUS!"

"Nggak usah teriak juga kali Li, gue nggak budek ini." sahut Vira sambil mengusap telinganya yang berdengung akibat suara menggelegar Lili.

"Hehe.. Sorry sorry" cengir Lili tanpa dosa. Sedangkan Vira hanya memandang datar kearahnya.

"Ngomong-ngomong ngapain ya Bu Tulus manggil lo keruangannya ?"

"Lo belum ngumpul PR ya ?"

"Atau lo ketahuan nyontek?"

"Eh yang nyontek kan gue kok jadi lo yang di panggil?"

Vira tidak menanggapi ucapannya karena ia tau pasti Lili akan mengocek terus sampai istirahat tiba nanti. Sahabtnya itu memang cerewet bahkan melebihi ibu panti tempat ia tinggal dulu.

Memikirkan ibu Aisyah -Ibu Panti- membuatnya kangen dengan suasana panti tempat dulu dirinya tinggal. Apa kabar adik adiknya disana, apa kabar Ibu Aisyah yang sudah dianggapnya seperti ibu kandungnya sendiri.

Air mata Vira hampir jatuh ketika mengingat itu. Walaupun dengan keadaan yang kekurangan tetapi mereka masih bisa merasakan kasih sayang keluarga.

Memang semenjak Vira masuk SMA dia mau belajar mandiri dan tidak merepotkan orang lain. Dan dia tidak mau hidup dari belas kasihan orang lain. 

Setibanya di ruang guru Vira mencari keberadaan Ibu Tulus dan mendapati beliau sedang marah dengan seorang murid di hadapannya.

Kok firasat gue mendadak nggak enak ya batin Vira.

Setibanya di meja guru dia melihat punggung tegap seorang cowok duduk menyandar di kursi dengan malas.

kok kayak pernah liat ya. tapi dimana ? ah bodo amat  batin Vira

"Permisi bu. Ibu manggil saya tadi ?"

Merasa ada yang memanggil bu Tulus menoleh kesamping dan sejenak menghentikan aktifitasnya yang masih setia memarahi Adam.

"Iya. Ibu minta tolong kamu buat jadi tutor Adam paling tidak sampai kenaikan kelas."

"K.. Kok saya bu ?" Jawab Vira tergagap masih bingung dengan situasi ini. Sedangkan siswa yang di hadapannya tersenyum atau lebih tepatnya mengeluarkan smirk andalannya.

"Iya karena kamu rangking 1 pararel disini." 

"Dan ibu mau kamu laporkan perkembangan Adam setiap minggu, agar ibu juga bisa memantau perkembangan Adam"

"I.. ya bu." Tidak ada kata lain selain itu karena Vira takut beasiswanya akan di cabut.

Setelah mengucapkan terikamasih Vira keluar dari ruang guru.

Vira berjalan lesu sambil terus menunduk hingga ada sepasang sepatu yang menghalangi langkahnya. Saat dia mendongak matanya langsung bertatapan dengan mata coklat terang yang untuk sesaat membuat jantungnya berdegup lebih cepat.

"Didunia ini nggak ada yang namanya kebetulan bukan?!"




ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang