28 - Akuarium

500 28 2
                                    

Gadis itu melangkah gontai kearah kelasnya, memikirkan apa yang barusan terjadi dengan kisah hidupnya.

Ternyata tuhan memang sangat menyayanginya. Mestinya ia harus bersyukur atas apa yang tuhan berikan kepadanya. Bukannya mengeluh seperti kebanyakan orang- atau bahkan dirinya sendiri saat ini.

Sudah tidak terhitung berapa kali ia menghembuskan nafasnya gusar dalam beberapa menit ini. Terkadang kepalanya mengadah hanya untuk menatap langit. Apakah diatas sana dirinya bisa bahagia tanpa memikirkan apapun yang membuat kepalanya berdenyut seperti dibawah sini. Perlahan tangannya terulur keatas seolah bisa menggapai awan putih yang mirip dengan kapas itu.

"Gimana? Bu Tulus ngomong apaan lagi tadi?" pertanyaan Lili menyadarkan Vira kalau gadis itu sudah berada didepan kelasnya.

Kemudian mengalirlah cerita Vira tentang bagaimana kejadian di ruang guru tadi. Selama dirinya bercerita tidak ada satupun ekspresi yang ditampilkannya membuat Lili harus menebak apa yang dirasakan sahabatnya kini.

"Gue punya ide, jadi lo nggak usah khawatir okey.." ucap Lili mesterius yang membuat Vira memutar bola matanya.

"Ide apaan emang?" tanya Vira

Gadis itu memamerkan senyum mesteriusnya, "RAHASIA." ujar Lili.

Semua murid dikelas itu kini sudah membersihkan barang mereka masing masing karena bel pulang sekolah memang sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. "Lo mau ke rumah gue nggak?" tanya Lili.

"Nanti nanti deh. Gue mau me time dulu hari ini."

Ucapan Vira sontak membuat gadis disebelahnya memicingkan matanya curiga, "Lo nggak nekat kan dirumah sendirian? Jangan sampai besok gue liat kabar dikoran ada berita kalau seorang siswi dikabarkan gantung diri dikamar mandi karena mendapat saingan dalam berpacaran."

Tangan Vira otomatis terangkat untuk membelai kepala Lili yang ternyata menyimpan banyak imajinasi didalamnya, "Lo kalau ngomong suka bener. Tapi gue nggak mau gantung diri, sakit. Mending gue milih opsi lain."

"Apaan? Minum racun?"

Vira memegang dagunya seolah berfikir, "Emm.. enggak ah. Racun mahal. Kalau pakai sabun atau baygon mahal juga..."

Lili menaik turunkan kepalanya ikut menyetujui ucapan Vira, "Bener bener. Jadi nggak usah ya." ucapnya tanpa dosa.

Kembali memutar matanta jengah, gadis disampingnya ini membuatnya ingin melemparinya dengan sepatu kalau saja gadis ini tidak banyak berjasa dalam hidupnya.

"Udah ah ngomong sama lo bikin gue naik darah. Bisa mati muda gue gara gara lo."

Bukannya marah, Lili malah tersenyum senang dan mengamit tangan Vira untuk diseretnya keluar sekolah.

Vira sedikit kecewa karena tidak menemukan Adam diluar kelas. Biasanya cowok itu akan setia menunggunya untuk kemudian mengantarkan Vira bekerja. Bahkan cowok itu akan pulang sebentar hanya untuk berganti pakaian dan akan kembali ke kafe tempat Vira bekerja hingga gadis itu selesai melakukan tugasnya.

Yah mungkin Adam sedang asyik dengan teman lamanya yang baru haru ini kembali masuk sekolah. Setidaknya ini lebih baik daripada kejadian tadi siang. Semenjak insiden kantin waktu itu memang Vira sama sekali belum bertemu Adam.

Dan karena tugasnya kini sudah digantikan oleh orang lain mungkin intensitas bertemunya dengan Adam akan semakin jauh berkurang.

Belum sempat langkahnya mencapai gerbang, dari kejauhan Vira bisa melihat seorang cowok yang menjungkir balikkan dunianya belakangan ini sedang duduk diatas motor kesayangannya dengan seorang cewek cantik berdiri didepannya.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang