23 - Akhirnya

581 32 0
                                    

Langit sudah mengganti warnanya menjadi jingga. Sebentar lagi sang surya akan pulang keperadaban dan tugasnya akan digantikan oleh sang rembulan.

Sedangkan satu orang cewek masih betah duduk ditempatnya tanpa mengganti posisinya sama sekali sejak beberapa puluh menit yang lalu. Ia sudah tidak bisa menghitung berapa menit yang sudah dilaluinya disini.

Ia hanya ingin sendiri, merenungi nasibnya akhir akhir ini yang membuatnya sakit kepala.

Dengan wajah yang jauh dari kata baik dan baju yang berantakan tidak membuat sang cewek risih.

Vira beberapa kali melempar kerikil kecil kearah danau didepannya.

Hari ini dirinya ingin bolos kerja. Tidak mungkin juga ketempat kerja dengan muka yang hampir membiru dan kedua mata yang bengkak.

Cewek itu berdoa didalam hatinya, kalau orang tuanya sudah bahagia disurga, Vira juga ingin ikut bersamanya. Karena disini, Vira sudah hampir menyerah menghadapi semuanya.

Semua beban ini terlalu sulit untuk ia tanggung sendiri.

Suara langkah kaki yang mendekat membuat tangan Vira yang sudah siap untuk melempar terhenti diudara.

Sejak tadi tidak ada yang datang karena danau ini masih belum banyak orang tau.

Vira ingin beranjak dari duduknya ketika sebuah tangan menggagalkan niatnya.

Disebelahnya ada Adam yang sudah duduk dengan menekuk kedua kakinya. Cowok itu hanya diam memandangi danau yang berubah warna menjadi keemasan.

"Maafin gue."

Setelah sekian lama Adam berfikir untuk mencari kata yang tepat, hanya kata itu yang keluar dari bibirnya.

"Bukan salah lo kok," gumam Vira menahan nyeri dibibirnya.

Telapak tangan Adam terangkat menyentuh luka dibibir dan pipi Vira membuat sangempunya berjingkat kaget. Badannya tiba tiba kaku seperti tersengat sesuatu tapi bisa membuat kegelisahannya hilang seketika.

Cowok itu memandanginya dengan tatapan yang tidak Vira pahami.

Perlahan air mata Vira mulai turun, dan kini menjadi isakan tertahan. Padahal sejak awal kakinya menginjak rumput disini, sekuat tenaga Vira menahan air matanya agar tidak kembali turun.

Tapi hanya dengan sentuhan telapak tangan Adam dipipinya membuat pertahanan Vira runtuh. Seolah dengan elusan tangan itu mengatakan kalau semuanya akan baik baik saja.

Tangan Adam yang tadinya berada dipipi Vira kini terulur kearah punggung gadis itu untuk menariknya semakin mendekat untuk mamasukkan gadisnya kedalam pelukan hangatnya.

Seakan pelukan Adam dapat melindunginya dan menjanjikannya keamanan kalau berada didalamnya.

Adam tidak mengeluarkan sepatah kata pun dengan tangan yang tanpa henti mengelus punggung gadis yang masih menangis didalam dekapannya.

Setelah selesai dengan tangisannya, Vira menjauhkan sedikit badannya untuk mengusap kedua matanya yang masih berair. Ia tidak peduli lagi dengan tampilannya didepan Adam.

"Udah puas nangisnya?" tanya Adam yang dijawab dengan anggukan.

Cowok itu berdiri dan mengulurkan tangannya yang disambut tatapan bingung gadis dihadapannya.

Berdecak tidak suka, dan tanpa kata lagi Adam langsung menarik tangan Vira untuk mengikutinya.

"Duduk disini tungguin gue! Jangan kemana mana!" perintah Adam.

Setelah sampai dibangku taman didekat kos Vira, tiba tiba Adam menyuruhnya duduk dan langsung meninggalkannya begitu saja membuat Vira mengangguk tanpa sadar.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang