41 - Kenangan

352 16 4
                                    

Kemacetan sudah menjadi hal lumrah bagi warga kota-kota besar setiap harinya. Apalagi di jam-jam yang rawan seperti saat pagi, siang, dan sore hari. Pagi hari ketika para pelajar dan pekerja kantoran berangkat bersama. Siang hari ketika sebagian pekerja kantoran keluar untuk makan siang. Dan sore hari ketika para pelajar dan pekerja kantoran akan pulang kerumah masing-masing.

Terjebak dalam kemacetan merupakan hal yang sangat menjengkelkan. Mau maju susah, mau mundur pun tidak bisa.

Sudah hampir tiga puluh menit Vira dan Adam terjebak kemacetan dalam satu mobil dengan keadaan canggung. Baik Vira maupun Adam rupanya tidak ada yang berniat untuk membuka suara lebih dulu.

Sekuat tenaga Vira menahan rasa kantuknya agar tidak tergoda untuk tidur. Bagaimana tidak, disaat kalian terjebak macet dan diluar sedang gerimis maka pilihan terbaik adalah tidur. Apalagi alunan musik radio yang banyak direquest orang adalah lagu mellow, semakin besar saja godaan untuk tidur.

Adam melihat Vira yang mencoba menahan kantuknya mulai dari menepuk pipinya sendiri, melebarkan matanya, hingga bernyanyi mengikuti musik membuat senyum Adam perlahan muncul.

Kalau nanti Viranya sudah pergi, tidak ada yang menghiburnya lagi seperti sekarang. Bolehkan ia egois untuk kali ini dengan menahan Vira agar tetap tinggal disini. Meskipun ia tau betul kalau dirinya telah membuat Viranya sakit hati.

Adam hanya ingin membuat Vira menggapai cita-citanya dengan tenang tanpa ada satu orang pun yang mengganggunya, termasuk dirinya.

Demi Vira, Adam rela merendahkan dirinya didepan sang papa hanya untuk membuat Vira kembali mendapat beasiswa.

Tentang ancamannya waktu itu rupanya Adrian tidak main-main. Adrian bahkan dengan teganya mencabut beasiswa Vira yang sudah gadis itu idam idamkan. Jadi dengan terpaksa Adam harus menuruti semua keinginan Adrian, karena mata-mata Adrian selalu berkeliaran disekitarnya membuat Adam tidak bisa bergerak bebas.

Untungnya hari ini Luna beserta keluarganya pergi mengunjungi rumah neneknya yang berada di Jogja, jadi Adam bisa dengan bebas bertemu dengan Vira tanpa harus mencari banyak alasan.

"Masih lama ya?"

Pertanyaan yang sama untuk kelima kalinya yang Vira tanyakan hari ini. Vira sudah merasa kalau ia seharian didalam mobil dan sedari tadi jawaban Adam juga sama, "Bentar lagi nyampe."

Dan akihrnya Vira terkalahkan oleh rasa kantuknya. Entahlah sudah berapa lama ia tidur, yang jelas saat ini ia mendengar suara deburan ombak dan kicauan burung yang terdengar nyaring ditelinganya dan semilir angin menerbangkan rambut panjangnya.

Dengan mengumpulkan nyawanya yang masih berceceran, Vira mencoba berdiri dan ikut bergabung dengan Adam yang sudah lebih dulu memberi makan kawanan burung. Bahkan jaket denim yang dikenakan cowok itu sudah ia lepaskan.

Mungkin karena tadi hujan sempat mengguyur tempat ini membuat hawa disini semakin dingin.

Tanpa suara, Adam menepuk bagian kosong disebelahnya sebagai isyarat agar Vira duduk.

"Dari gue kecil gue selalu pengen pergi ke pantai. Gue suka nangis sendirian didalam kamar setelah denger temen-temen gue yang pamer liburan sama orang tua mereka ke pantai." ujar Vira dengan mata memandang jernihnya air laut.

"Tapi mungkin harapan gue terlalu tinggi makanya tuhan nggak mau ngabulin." lanjutnya diakhiri tawa sumbang.

Tangan Adam sangat gatal untuk memeluk Vira atau sekedar membelai rambut halus Vira.

"Gue juga nggak pernah ke pantai. Dan mungkin ini adalah kali pertama dan terakhir gue kesini."

Vira yang tertarik dengan ucapan Vira menoleh ke arah cowok itu menunggu kelanjutan kalimat Adam.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang