04 - Bukan Adam

1.3K 54 12
                                    

Dering alarm membangunkan tidur nyenyak Vira pagi ini. Tangannya berusaha menggapai nggapai meja kecil disebelah temat tidurnya mencari sumber suara. Setelah mendapatkan benda tersebut dia bergegas bangun dengan mata masih terpejam. Sebenarnya ia masih mengantuk karena kemaren malam setelah Adam pergi meninggalkannya begitu saja Vira tidak bisa kembali tidur.

Dia memikirkan bagaimana bisa Adam sampai di rumahnya. Sebenarnya apa tujuannya kerumahnya. Berbagai pikiran tentang kemungkinan Adam kerumahnya menghantuinya. Tetapi sekeras apapun dia memikirkannya tetap tidak ada satupun pemikiran yang dianggapnya benar.

Akhirnya dengan malas Vira melangkahkan kakinya kekamar mandi. Dia memang tinggal di kos tapi setiap kamar kos memiliki kamar mandi sendiri sehingga ia tidak perlu antri untuk kekamar mandi. Dan kelebihan lain adalah tempat kosnya tidak jauh dari sekolah dan cafe tempat ia bekerja, jadi lebih irit karena tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi dan uangnya bisa ia gunakan untuk keperluan lain.

Setelah menyelsaikan ritual mandinya Vira begegas berangkat kesekolah dengan berjalan kaki.

***

Vira berjalam sendirian di koridor sekolah yang masih ramai. Ketika sampai dikelasnya Vira belum melihat Lili dibangkunya. Saat ia hendak duduk dibangkunya seseorang memanggilnya dari pintu.

"Woi tumben hari ini nggak telat ?" Tanya Lili dengan tersenyum sangat lebar. Sahabatnya ini memang periang dan cerewet.

"Ya kali tiap hari gue telat Li. Lagian selama satu smester ini gue telat cuma kemaren doang." jawab Vira sambil memutar bola matanya malas.

"Hehe.. Iya sih." Lili kembali tersenyum lebar dan kemudian duduk di sebelahnya.

"Oh iya lo kemarem ngapain dipanggil bu Tulus ?"

"Gue disuruh jadi tutor Adam."

"WAH SERIUS LO. BERUNTUNG BANGET SIH LO RA!" Lili berteriak hingga seluruh kelas memandang kearahnya.

"Li kebiasaan banget sih ngomong pake toa. Sakit tau kuping gue." Ini susahnya kalo cerita sama Lili, dia pasti akan berteriak heboh.

Tetapi selain itu hanya Lili yang mau berteman tulus dengannya tanpa memandang statusnya. Padahal Lili anak seorang pengusaha sukses dan dia termasuk most wanted girl SMA Garuda karena selain dia cantik dan putih sifatnya juga supel dan tidak pilih pilih dalam berteman.

Lili juga yang membantunya mendapatkan pekerjaan ini karena cafe tersebut milik papanya. Kadang Alvira merasa iri dengan kehidupan Lili yang dianggapnya sempurna. Memiliki orang tua yang masih utuh dan menyayanginya.

"Ya sorry. Elo sih kalo ngomong sukanya kayak petasan. Ngomong dikit tapi meledak."

"Apaan sih, kumat kan nggak jelasnya."

"Terus terus giman?"

"Gimana apanya?" Sahut Vira sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya gimana elo sama Adam. Pasti enak kan bisa mantengin mukanya tiap hari," Lili mengatakannya sambil menatap ketas membayangkan tiap hari bisa melihat muka ganteng Adam. "Aduh kok jadi gue yang deg degan ya?"

Kali ini Vira hanya diam mendengarkan karena bingung antara menceritakan kejadian semalam atau tidak. Tapi niatnya diurungkan karena dianggap itu tidak penting.

Saat Lili hendak menyahut tiba tiba Bu Tulus sudah masuk kekelas dan seketika suasana kelas menjadi hening. Termasuk Lili dan Vira yang menghentikan acara mengobrol mereka.

"Pagi anak anak. Buka buku kalian halaman 205." Semua murid kompak membuka buku mereka masing masing.

"Lama banget sih istirahanya. Otak gue udah panas nih." Lili mengeluh sambil menopang dagunya dengan tangan.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang