05 - Bye Hidup Tenang

1.1K 49 17
                                    

Sebuah motor memasuki pelataran sekolah dengan dua orang penumpang diatasnya. Kejadian itu menyita seluruh perhatian siswa yang baru datang. Bagaimana tidak, selama ini Adam dikenal sebagai pribadi yang dingin dan tak tersentuh. Bahkan ia jarang sekali berbicara dengan orang lain, kecuali Riko -sahabat sekaligus tetangga Adam dari kecil.

Seseorang yang dibelakang boncengan perlahan turun dengan menundukkan kepala. Padahal dia sudah bersikeras tidak mau ikut. Berbagai macam alasan sudah di cobanya, dan alhasil usahanya sia sia.

****

Beberapa menit setelah kedatangan Adam.

"Gue nggak mau bareng lo." Vira menjawab dengan tangan masih memegang helm.

Sedangkan lawan bicaranya hanya diam memandang tajam dan menunggu kelanjutan kalimat gadis dihadapannya.

"Ya... emm.. pokoknya gue nggak mau." Sial kenapa jadi gugup gini sih gue batin Vira.

Setelah lama diam dan memperhatikan gadis di hadapannya ini Adam kemudian menyahut, "Naik sendiri atau gue paksa." Nada bicara bicaranya datar tapi penuh dengan intimidasi. Oh jangan lupakan tatapan matanya yang masih memandangnya tajam.

Sesaat Vira melirik jam yang ada dipergelangan tangannya. Akhirnya Vira menghela nafas kasar dan mengikuti perintahnya. Kalau ia terus meladeni cowok dihadapannya ini seratus persen maka ia akan terlambat. Cukup sekali saja ia telat dan tidak mau mengulanginya.

Vira menaiki motor besar itu dengan menggerutu pelan. "Dasar pemaksa, keras kepala, nggak punya ekspresi, mulit cabe." Untuk kata terakhir itu adalah julukan baru karena setiap kata yang dilontarkan Adam pedes banget, mirip cabe.

Sedangkan Adam yang berada di depan mendengar dengan jelas gerutuan Vira karen jarak mereka yang terlalu dekat. Adam hanya menarik sudut bibirnya keatas karena ia sangat suka melihat muka bete Vira.

***

"Lo sih ah, gue kan udah bilang gue mau berangkat sendiri." Sahut Vira dengan muka memerah antara malu dan kesal dengan cowok dihadapannya. Sedangkan si lawan bicara hanya memasang ekspresi datar andalannya. Merasa perkatannya tidak digubris, Vira buru buru menyerahkan helm dan berlari agar segera bisa cepat sampai kelas.

Dia tidak tahan dengan banyaknya pasang mata yang memandang sinis kearahnya. Bagaimana tidak, penguasa sekolah yang selama ini diketahui anti dengan yang namanya perempuan tiba tiba dengan santainya membonceng seorang cewek kesekolah.

Sesampainya dikelas Vira buru buru duduk dibangkunya dan menyembunyikan kepalanya diantara kedua lengannya yang disilangkan diatas meja.

Tidak lama kemudian datang seorang cewek dengan teriakannya yang sudah dihafal Vira diluar kepalanya. Siapa lagi kalau bukan sahabat kesayangannya, Lili. 

"VIRAAA.. LO HUTANG CERITA SAMA GUE!." Vira masih tetap pada posisinya. Merasa diabaikan Lili mengguncang heboh bahu Vira hingga mau tidak mau Vira mengangkat kepalanya.

"Li gue harus gimana sekarang? Gue nggak mau jadi bahan bullyan lagi." Vira menyahut dengan muka sedih dan mata yang mulai berkaca kaca.

Sedangkan Lili hanya menatap iba sahabatnya. Ia sering membela sahabatnya, tapi karena kalah jumblah tetap saja mereka kalah.

Selama ini Vira memang kerap mendapat perlakuan tidak baik dari teman seangkatan dan kakak kelasnya karena ia anak panti asuhan. Vira tidak terlalu memperdulikan karena ia tidak mau mencari masalah yang mengancam beasiswanya. Dan selama beberapa minggu ini tidak ada lagi yang mengganggunya. Tapi dengan kejadian tadi pagi ia yakin seribu persen akan mendapat gangguan lagi, dan mungkin akan lebih buruk.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang