37 - Flasback [2]

314 16 2
                                    

Matahari dengan sangat beraninya bersinar terang dipagi hari ini. Bahkan jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi tapi sang matahari sudah bersinar sangat terang seolah ia baru saja me upgrade sinarnya menjadi lebih terang.

Adam mengucek kedua matanya pelan akibat sinar matahari yang langsung menembus jendela besar kamarnya. Tubuh besarnya jatuh kembali keatas kasur setelah berusaha untuk bangun.

Kemarin malam setelah menelfon Vira untuk menyuruhnya menunggu dicafe, Adam bergegas untuk pergi kesana mengabaikan rasa sakit disekujur tubuh dan terutama di kepalanya. Tapi belum beberapa langkah ia pergi meninggalkan kamarnya, rasa sakit dikepalanya bertambah parah dan sekarang penglihatannya semakin lama semakin menghitam.

Adam memutuskan untuk kembali kekamar dan menghubungi Vira untuk langsung pulang saja. Melihat layar ponselnya yang tidak menyala membuat Adam mengumpat pelan. Untuk masuk kedalam kamar saja ia membutuhkan tenaga yang sangat besar.

Apalagi untuk mencari chargernya yang entah ia letakkan dimana membuat Adam mengerang frustasi. Akhirnya Adam membiarkan saja ponselnya mati dan berdoa didalam hatinya semoga saja Vira tidak menunggunya dan langsung pulang kerumah setelah beberapa menit tidak mendapati Adam menjemputnya.

Ia tidak menyangka kalau sakit kepalanya terus berlanjut hingga sekarang. Sebenarnya ini bukan pertama kali Adam dipukuli oleh papanya. Tapi ini pertama kali Adam merasa kesakitan setelah perkelahiannya dengan sang papa.

Adam memaksakan untuk bangun dan bergegas pergi kesekolah meskipun sudah sangat telat sekarang, setidaknya ia bisa melihat Vira dan sedikit mengurangi rasa sakitnya.

Membayangkan Vira dikepalanya membuat senyum indah Adam terbit dibibirnya yang kemudian disesali sang pemilik bibir.

Adam tidak menyangka kalau keadaannya akan sekacau ini. Beberapa memar membiru di pelipis dan matanya, belum lagi sobek di bagian kiri bibirnya dan memar di punggung dan perutnya membuat keadaannya benar-benar seperti zombie saat ini.

Mengabaikan rasa sakitnya Adam tetap memaksakan pergi keluar rumah, justru kalau ia tetap berada didalam rumah akan membuat keadaannya semakin parah nanti. Mungkin ia urungkan saja untuk bertemu Vira karena ia tidak mau kalau sampai gadinya nanti akan cemas. Membayangkan raut muka sedi milik Vira membuat hatinya ikut pilu. Ya meskipun Adam sudah terbiasa dengan semua ini tapi tentu saja ini adalah hal baru untuk Vira.

Dan disinilah Adam sekarang. Berlutut di depan gundukan tanah yang sudah lumayan banyak ditumbuhi rumput liar. Tapi tidak dengan mawar putih yang tumbuh subur dibelakam nisan tersebut.

Adam sudah mewanti-wanti penjaga makan disini untuk terus menyiram bunganya setiap hari. Karena dengan melihat mawar itu tumbuh setiap hari ia bisa merasakan kalau sang mama juga terus bersamanya setiap saat.

Tangan besar Adam bergerak lincah mencabut semua rumput yang mengelilingi makam sang mama.

Sejak ia kecil ketika Adrian memukuli atau memarahinya, Adam akan berlari kesini dan kadang menangis sendirian disini. Berulang kali meminta pada tuhan agar ia bisa ikut mamanya disurga.

"Ma maafin Adam ya sekarang udah jarang kesini." ujar Adam dengan memegang batu nisan didepannya.

"Ma Adam tadi berantem lagi sama papa. Tapi mama nggak perlu khawatir, aku nggak papa kok. Ya meskipun semua badan Adam agak sakit sih, tapi dikit aja kok." lanjutnya.

"Adam harus gimana ma? Adam nggak mau pisah sama Vira, tapi Adam juga nggak mungkin bisa nolak mau papa.

Oh iya Adam udah janji kan sama mama buat bawa Vira kesini buat kenalan. Mama pasti suka sama Vira nanti, mama harus restuin kami ya." kekeh Adam pada akhir kalimatnya.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang