30 - Senja

555 25 2
                                    

Warna jingga yang kini menerangi langit kota itu sangat menggoda untuk dinikmati dengan secangkir teh hangat dan mungkin beberapa cemilan untuk menemani.

Tapi tidak dengan gadis itu, menurutnya hanya untuk duduk santai menikmati senja seperti ini adalah hal yang sangat mewah baginya. Setiap hari ia harus dipusingkan dengan rumus yang memeras otak. Belum lagi masalah masa depannya.

Mungkin menurut orang bermimpi itu perlu untuk memacu diri kita agar menjadi lebih baik kedepannya, dan tentu saja mimpi adalah menjadi hal mewah lainnya untuk gadis itu.

Baru saja mimpi itu datang menyambutnya, menuntunnya perlahan menaiki tangga menuju kebahagiaan dunia. Tapi sebelum itu ia harus rela berjuang untuk mempertahankan mimpi itu agar setia membimbingnya hingga benar-benar bisa ia raih dikemudian hari.

"Gue mau lo jauhin Adam."

Gadis itu memandang lurus kearah cewek yang duduk dengan angkuh disalah satu kursi cafe tersebut. Mengabaikan sinar jingga yang mencoba menerobos masuk melalui kaca transparan besar seolah memanggilanya untuk segera dinikmati.

"Maaf, maksud lo apa?" ucap Vira dengan kerutan didahinya.

Cewek angkuh itu menyilangkan kakinya dan tersenyum meremehkan, "Cih, ini yang dibilang juara umum? Nyatanya kalimat gitu aja masih nanya." ujarnya dengan nada yang sama sekali tidak bersahabat.

Vira berusaha menenangkan dirinya yang kini nafasnya sudah mulai memburu dan mendadak seluruh tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.

"Gue nggak ngerti lo ngomong apa. Dan seharusnya lo nggak perlu buang buang waktu cuma buat ngomong gitu. Karena pada kenyataannya gue nggak akan pernah ninggalin Adam." ujar Vira dengan keyakinan tinggi.

Mendengar nada menantang dari ucapan Vira membuat cewek itu kembali menggeram marah. Ia tidak habis fikir cewek lugu seperti Vira berani menentangnya.

"Lo harus tau diri kalau lo nggak pantes buat Adam. Lo cuma anak yatim piati yang bahkan nggak jelas asal usulnya.

Dan asal lo tau, gue udah kenal Adam lebih lama dari yang lo bayangin. Gue yakin kalau Adam cuma main main sama lo, dan sebelum lo semakin menyedihkan gue saranin lo buat jauhin Adam mulai sekarang." ucap cewek itu dengan nada sombongnya.

Vira meramas jarinya yang berada dipangkuannya. Ia tidak tau harus mengelak seperti apa sedangkan Adam saja tidak pernah memberi tahu siapa sebenarnya cewek didepannya ini.

Apakah dia mantan pacarnya dulu atau hanya perempuan yang terobsesi kepadanya sehingga membuatnya rela melakukan apapun untuk mendapat apa yang ia mau.

Jujur, ini pertama kali dirinya mengalami hal seperti ini, sehingga membutnya bingung harus merespon seperti apa.

"Gue nggak peduli sama apa yang lo omongin karena gue percaya sama Adam." ujar Vira dengan keberanian yang entah ia dapatkan dari mana.

Bukannya menyerah, cewek itu malah terkekeh senang. "Ternyata ini yang Adam suka dari lo.." ada jeda dalam kalimatnya "Lo terlalu mudah buat dibodohi."

Kalau diibaratkan perasaan adalah sebuah benda mungkin saat ini perasaan Vira sudah mulai retak dan sebentar lagi akan berlubang dimana mana. Seharusnya ia sangat paham akan apa yang dikatakan cewek didepannya ini tidak boleh ia telan bulat bulat ucapannya.

Akan tetapi tetap saja semua manusia mempunyai sisi ketakutan masing masing yang tidak bisa kita hindari, semisal ketakutan akan kehilangan atau dibohongi.

"Gue nggak perduli lo mau apa. Yang gue tau kalau gue sayang dan percaya sama Adam." ucap Vira sembari berdiri dengan tangan seolah membersihkan roknya dari debu yang tidak terlihat.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang