25 - Ketua Geng

617 29 0
                                    

Sudah terhitung beberapa hari ini gadis itu tidak henti hentinya tersenyum seperti orang bodoh. Bahkan saat akan memejamkan mata, bibirnya masih terus setia menyunggingkan senyum.

"Lama lama kok gue takut ya liat lo kayak begini?" ucap Lili yang sudah mengawasi pergerakan Vira sejak cewek itu melangkahkan kakinya memasuki kelas.

"Begini gimana? Gue dari kemaren kemaren ya begini, Li."

Kali ini mata Lili turun kebawah dan kembali lagi keatas seolah sedang memindai sesuatu yang aneh yang baru saja dilihatnya untuk pertama kali, "Ya lo jadi sering senyum senyum najis, bahkan lo senyum senyum nggak jelas pas pelajaran sejarah."

Mengerutkan dahinya seolah bertanya, Vira kembali mengingat kapan pelajaran sejarah terakhirnya.

"Masa sih? Ya tapi kan gue emang suka pelajaran sejarah." jawab Vira kelewat santai.

Kali ini mulut Lili berkomat kamit seolah sedang melafalkan mantra sambil sesekali tangannya berjerak seperti menghitung sesuatu dengan kedua mata terpejam.

"Lo ngapain?" tanya Vira.

Tidak ada jawaban dari Lili membuat Vira kembali memanggilnya dengan guncangan di bahu kiri Lili.

"Lo nggak kesurupan kan? Lili?" tanya Vira takut.

Pasalnya ini sudah kesekian menit dan Lili masih saja betah dengan kegiatannya yang melah membuat Vira takut.

Lili membuka matanya sambil meniup niup wajah Vira, "Gue mau ngerukiah lo! Jangan jangan lo ketempelan setan didanau yang lo bilang itu."

Vira berusaha menghindar tapi sedikit susah karena terdapat meja dikanan kirinya ditambah tembok besar yang tepat dibelakang punggungnya yang membatasi ruang geraknya.

"Lo apaan sih! Yang harusnya dirukiah tu elu bukan gue... Lili ih!"

Seolah tuli, Lili terus saja meniup Vira dimana pun. Bahkan Vira kini merasakam wajahnnya sedikit basah akibat hujan lokal buatan Lili.

"Aduh Lili lo pake ngasih hujan lagi. Jauh jauh sana!" ucap Vira berusa mendorong Lili sedikit agak kuat.

"Setan di tubuh lo terlalu kuat, gue nggak sanggup. Nanti pulang sekolah kita ke tempat ustad di komplek gue ya."

Vira melebarkan kedua kelopak matanya dengan mulut yang terbuka lebar. Sahabatnya ini benar benar, kalau seperti ini bukan dia yang harus dirukiah, tapi cewek didepannya ini.

Sebelah tangan Vira terulur menyentuh kening gadis didepannya, "Nggak panas kok."

Kini giliran Lili yang melototkan matanya. "Enak aja, gue sehat tau!"

Vira hanya menggelengkan kepalanya saja enggan menanggapi perkataan sahabatnya yang berujung kepada kesahatan jiwanya sendiri.

"Eh ngomong ngomong lo tadi baca mantra apaan?" tanya Vira penasaran.

Lili mencebikkan bibirnya kesal, "Tadi aja ngata ngatain gue, pengen juga kan lo sekarang."

"Elah gue tanya doang ini."

Lili mengipaskan tangannya didepan dada menyuruh Vira untuk lebih maju mendekat, "Gue kasih tau tapi jangan bilang siapa siapa ya?"

Karena rasa penasaran yang sangat tinggi akhirnya Vira mengangguk dengan semangat.

"Janji?" ucap Lili sambil menyodorkan jari kelingkingnya.

Vira memutar bola matanya tapi dengan tangan yang terangkat untuk menyatukan kelingkingnya dengan kelingking Lili.

"Oke karena ini rahasia perusahaan jadi gue bisikin aja, nanti banyak yang niru gue lagi." ucap Lili seraya mengecilakan volume suaranya.

"Hamena hamena hamena hamena hamena."

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang