06 - Shock

1K 42 10
                                    

"Karena gue mau deket sama lo."

Pernyataan itu terus terngiang ngiang di kepala Vira. Saat Vira hendak bertanya apa maksudnya, Adam langsung menjawab jika itu bercanda dan tidak berbicara lagi sampai mereka sampai di cafe. Dan entah mengapa jawaban cowok itu sedikit mencubit hati Vira. Ia merasa marah tapi entah marah karena apa. Dan baru kali ini Vira merasakan perasaan seperti ini.

Bahkan saat ia sedang melayani pengunjung di cafe Vira hampir saja menumpahkan minuman yang ia bawa. Untung saja Vira berhasil mengembalikan kesadarannya sebelum semuanya terlambat.

"Kamu kenapa sih dari tadi nggak fokus? Ada masalah?" Mbak Ani bertanya dengan nada khawatir sambil mengelus kepala Vira. Karena memang Mbak Ani sudah menganggap Vira seperti adiknya sendiri.

"Nggak papa mbak. Cuma tadi disekolah masih ada pelajaran yang Vira belum ngerti." Vira menjawab sambil tersenyum meyakinkan Mbak Ani kalau ia baik baik saja. Vira tidak ingin mengatakan yang sebenarnya karena mungkin perasaannya ini cuma karena terkejut saja.

Selama ini tidak ada satupun cowok yang mendekati Vira. Mungkin karena Vira anak panti jadi cowok disekolah tidak ada yang mau mendekatinya atau sekedar mengajaknya berteman.

Vira tidak mempermaslahkan itu semua karena memang ia sedang tidak mau menjalin hubungan dengan siapapun sampai lulus sekolah.

"Udahlah jangan terlalu dipaksa. Nanti stres lagi. Aku nggak mau punya adek gila ya." Mbak Ani menyahut disertai gurauan agar Vira tidak terlalu memikirkan masalahnya itu.

"Yaelah mbak nggak sampe gila juga kali." Vira mencebikkan bibirnya kesal, sedangkan lawan bicaranya justru tertawa.

"Udah ah ayo kerja lagi. Nggak pake acara ngelamun lagi tapi ya..." Mbak Ani kembali menggoda Vira yg membuat gadis itu menghentakkan kakinya kesal. Dan membuat tawa Mbak Ani kembali pecah.

Kedua cewek itu tidak tau kalau sedari tadi ada yang mengawasinya dengan senyum misterius tersungging dibibirnya.

***

Keesokan harinya di sekolah, Vira masih sibuk menjelaskan materi kepada seseorang dihadapannya.

"Lo dengerin gue nggak sih?" Vira bertanya dengan kesal karena sedari tadi Adam cuma memainkan pulpen dengan kedua jarinya.

"Hmm... Lo ngomong apa?" Jawab Adam sambil menggaruk tengkuknya.

Vira hanya mendengus kesal dan kembali menjelaskan materi yang ada di buku. "Kuadrat sisi AB = kuadrat sisi AC + kuadrat sisi BC. atau ABkuadrat = ACkuadrat + BCkuadrat" Vira kembali menjelaskan materi yang ada di buku.

Sedangkan Adam masih sibuk memainkan pulpen dijarinya. Hari ini Adam sama sekali tidak bisa fokus. Pikirannya melayang ke kejadian tadi malam.

Sebenarnya Adam juga termasuk salah satu anak broken home. Tapi dia bisa dengan pintar menyembunyikan kesedihannya. Kata kata Papanya tadi malam yang membuatnya kembali harus memikirkan kejadian itu dan harus kembali membuka luka lama.

Adam terus menatap kosong pulpen ditangannya sampai sebuah suara menyentak mengembalikan kesadarannya. "Adam, kalo lo masih nggak bisa fokus lebih baik kita udahan aja."

Sedangkan Adam hanya terkekeh dan menjawab dengan sorot mata yang berbeda "Loh kok udahan sih, mulai aja belum." 

Vira hanya mendengus dan menjawab Adam, "Belum kata lo? Mulut gue udah berbusa dari tadi ngejelasin materi ini dan lo dengan entengnya bilang belum. Lo gila ya!?" Dada Vira naik turun menahan emosi yang sedari tadi sudah ditahannya untuk tidak membentak cowok dihadapannya.

Adam hanya terkekeh dan semakin tertawa meras kala vira menoleh kearah lain dan mengibaskan tangannya di depan mukanya.

Adam sangat suka melihat wajah emosi Vira. Dan mungkin menjahili Vira akan ia masukkan kedalam list hobinya sebentar lagi.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang