32 - Diculik [2]

559 28 2
                                    

Suara suara binatang disekitar menambah kesan seram pada malam hari ini. Suara beberapa jangkrik yang bersahutan, atau beberapa kodok yang seolah bersorak meminta hujan kepada sang pencipta. Sama sekali tidak dipedulikan oleh gadis yang saat ini tengah mengatur detak jantungnya yang sedang berlomba bersama suara hewan disekitar.

Seharusnya ia sudah berada diatas kasur keras kesayangannya dengan memeluk guling tipis yang sudah tidak empuk lagi. Seharusnya ia sudah berkelana ke alam lain.

Bukannya berada disini, duduk diatas kursi taman yang dinaungi cahaya temaram dari lampu taman yang tepat berada diatas tampatnya duduk.

"Sorry gue malah ngajak lo kesini dulu, nggak langsung nganter lo pulang." ujar Riko, memulai pembicaraan setelah merasa kalau Vira mulai tenang.

Jika kalian berfikir bahwa yang menyeretnya pergi adalah Adam, kalian salah besar.

Seseorang yang memegang tangannya saat itu adalah Riko. Ia berpakaian serba hitam dan otomatis membuat Vira merasa kalau dirinya sudah dihampiri malaikat pencabut nyawa. Untung saja Vira belum sempat mengeluarkan jurus andalan yang ia pelajari dari novel action yang sering ia baca dan membuat Riko berakhir di rumah sakit.

"Iya nggak papa. Tapi ngomong-ngomong, ngapain lo disana?" tanya Vira.

Riko mengusap tengkuknya pelan, dari raut wajahnya Vira bisa merasakan kalau cowok itu sedang gelisah, "Sebenernya gue disuruh Adam buat nganter lo pulang."

Vira merasakan seperti ada sayatan tak kasat mata didalam dadanya. Kenapa Adam tidak memberi tahu Vira saja kalau ia tidak bisa menjemputnya. Bahkan Vira tidak pernah memaksa Adam untuk mengantarkannya pulang.

"Gue bisa pulang sendiri." ucap Vira sendu.

Sebenarnya Adam tidak mengatakan apa apa padanya. Riko hanya kebetulan lewat dan melihat Vira berdiri sendirian didepan cafe yang sudah tutup dengan tiga pemuda yang terus memperhatiakan gadis itu.

Tapi saat ini Riko menyesal mengatakan itu ketika melihat raut wajah sedih Vira. Mungkin setelah mengantarkan Vira pulang nanti ia akan pergi kerumah Adam dan menanyakan kepada cowok itu.

"Ayo pulang, udah waktunya kanjeng ratu tidur." ucap Riko berusaha membuat Vira tertawa.

Dan berhasil, Vira berdiri dari duduknya sembari tersenyum berusaha menyamakan langkahnya dengan Riko menuju motor besarnya yang terparkir tidak jauh dari cafe.

Vira hanya ingin segera sampai kos dan mengistirahatkan badan serta fikirannya malam ini. Sejenak berbahagia dengan dunia yang ia ciptakan sendiri, dunia yang bernama mimpi.

***

Seperti dejavu,Vira pernah merasakan hal seperti ini dulu. Bagaimana Adam tidak ada kabar beberapa hari lamanya.

Pertama saat cowok itu sakit dan kedua saat cowok itu marah.

Kali ini Vira merasa tidak punya salah, jadi tidak mungkin kalau cowok itu marah. Sakit? Bisa jadi iya. Mungkin nanti sepulang sekolah Vira akan mampir kerumahnya sebentar untuk mengecek apakah cowok itu benar benar sakit atau tidak.

"Tuan putri, dengan lo nggak makan gini nggak bisa bikin Adam langsung muncul sekarang juga kan. Jadi dari pada nanti lo nya yang sakit, mending makan dulu yah..."

"Iya iya gue makan kok." sahut Vira dengan senyumannya.

"Kalau penasaran, datengin aja rumahnya. Nanti pulang sekokah gue anter."

"Nggak usah, gue bisa pergi sendiri kok." tolak Vira, berusaha menolak bantuan Lili karena cewek itu sudah sangat banyak membantunya.

Lili melototkan matanya lucu, "Gue nggak nerima kata enggak ya!"

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang