26 - Kebenaran Yang Terlupakan

634 30 11
                                    

Setelah kaejadian perekrutan anggota geng di kantin kemarin, kini membuat Riko selalu hadir tiap mereka makan dikantin atau sekedar menemani Adam membuntuti Vira di cafe. Dan tentu saja membuat Vira semakin meradang, pasalnya kini ada dua makhluk yang dengan setia merecokinya ditempat kerja.

"Kalian pulang aja sana, ngapain sih betah banget disini! Kalau disini dihitung perjam bisa kaya ini cafe lama lama!" gerutu Vira sambil mengantarkan gelas ketiga mereka.

Sudah tidak terhitung lagi berapa menit yang dua cowok itu habiskan ditempat itu, untuk sekedar berbicara random atau diam ditempat dengan pemikiran masing masing. Dan kehadiran dua cowok itu menyedot perhatian sebagian pengunjung yang masuk kedalam cafe.

Bahkan ada yang rela duduk lebih lama hanya untuk melihat kedua cowok yang kini salingmelempar candaan itu.

"Terimakasih." ucap Adam diiringi senyuman yang kelewat manis membuat Vira menutup mulutnya seolah hendak muntah.

Sedangkan anggota baru mereka hanya terkekeh senang. Semenjak karir pertemanannya dengan Adam baru kali ini ia melihat senyum Adam selebar itu. Dari dulu yang Riko lihat hanya muka tanpa ekspresi Adam atau yang paling sering adalah raut wajah marahnya.

Tentu saja sebagai teman sekaligus tetangga sejak mereka masih membawa botol susu kemana mana membuat Riko bahagia bukan kepalang.

Ternyata sebesar ini pengaruh Vira untuk Adam, tidak salah kalau Riko merestui hubungan keduanya.

"Lo juga, pacar lo mana? Kenapa malah ngintilin dia sih?" tunjuk Vira pada Adam.

"Tau nih ngintilin gue mulu. Ntar kita dikira kita homo lagi." ucap Adam tak terima.

"Eh? Ide bagus tuh. Lo nggak jelek jelek amat kok jadi homoan gue." balas Riko sambil menaik turunkan alisnya dan mengedipkan sebelah matanya.

Yang otomatis membuat beberapa cewek yang duduk disebrang meja mereka memekik tertahan melihat kedian mata Riko.

Sedangkan Adam yang termakan omongannya sendiri malah melempari Riko dengan kentang goreng yang ada dihadapannya dan membuat Riko menghindar sambil tertawa keras.

Berdehem sebentar guna menertralkan suaranya, cowok itu kemudian mengangkat bahu sekilas sambil mengaduk sedotan didalam gelasnya sembari berucap, "Soal pertanyaan lo tadi gue udah putus."

Seketika itu juga dagu Vira seperti tertarik kebawah mendengar penuturan teman barunya itu. Ia mengucapkannya tanpa beban sama sekali membuat kepala Vira mendadak pening.

"Lo kok santai banget sih? Nggak sedih atau gimana gitu?"

Kembali mengangkat bahunya, pertanyaan itu seolah tidak penting sama sekali bagi Riko, "Nggak jodoh kali." ucapnya tanpa beban.

"Lo kayak nggak tau Riko aja. Bagi dia ganti pacar itu kayak ganti kolor." ucap Adam yang dihadiahi pukulan di bahunya.

Sementara yang jadi bahan omongan malah tertawa keras dan tidak memperdulikan teriakan beberapa cewek didepannya karena terkena serangan jantung mendadak. Ternyata pesona Riko sebesar itu. Pantas saja kalau ia mudah sekali berganti pacar.

Untung saja susana cafe malam ini lumayan sepi dan hanya terdapat beberapa kelompok remaja, mungkin karena diluar sedang hujan lebat disertai petir membuat sebagian besar lebih memilih bergelung diselimut hangatnya. Tapi menguntungkan juga bagi Vira karena dirinya bisa mengobrol sedikit lebih lama dengan kedua cowok tersebut.

"Lo kok bisa putus sih?"

Melihat Riko yang hanya terdiam membuat Vira buru buru melanjutkan kalimatnya, "Sorry gua nggak maksud, kalau nggak mau jawab nggak papa kok."

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang