40 - Hutang

297 12 0
                                    

Detik berganti menit, menit berganti jam, dan hari baru pun telah menanti dengan setia.

Meskipun enggan, tapi dalam kenyataannya kita harus menjalani hari demi hari yang kadang membosankan meskipun tak jarang juga menyenangkan dan menyedihkan.

"Lo udah nggak anggep gue sahbat lagi ya!" Lili menggelengkan kepalanya tidak percaya.

Lusa adalah hari keberangkatan Vira ke Singapura. Tempatnya mencari ilmu dan memulai hidup yang baru. Meskipun banyak kenangan yang ingin ia lupakan, tapi tidak sedikit juga kenangan yang ingin ia ingat selamanya.

"Maaf, bukannya gue nggak mau ngasih tau. Gue cuma nggak mau berubah pikiran aja nantinya." ujar Vira menyesal.

"Ya seenggaknya lo cerita sama gue, lo tau kan kalau gue udah nganggep lo kembaran gue sendiri."

Ucapan Lili sontak membuat Vira tertawa kecil. Ini adalah salah satu hal yang membuat Vira ingin tetap tinggal disini.

Lili mengbuskan nafasnya kesal. Bagaimanapun ini adalah keputusan Vira, meskipun ia tidak rela tapi sebagai sahabat yang sebenarnya, seharusnya ia mendukung apa pun pilihan sahabatnya kan, bukankah itu yang seharusnya dilakukan sahabat? Asalkan itu pilihan yang baik pastinya.

"Lo harus kabarin gue disana, paling enggak email gue dua hari sekali. "

Vira menganggukkan kepalanya, "Gue mau ucapin terimakasih karena selama ini lo udah banyak bantu gue. Lo emang sahabat terbaik yang gue punya." ujar Vira dengan mata yang sudah berkaca kaca.

"Kalo lo udah sukses nggak boleh lupain gue! Pokokonya lo nggak boleh lupain gue meskipun lo udah punya temen baru disana!"

"Udah ah, kok kita jadi cengeng gini sih, gue cuma mau kuliah bukan mau perang." ucap Vira mencoba menghentikan acara termehek-mehek ini, sebelum mereka benar benar menjadi pusat perhatian.

Sontak saja hal itu membuat Lili yang tadinya benar benar ingin menangis menjadi tersenyum ceria.

"Oke karena lo udah resign dari cafe juga kan, jadi hari ini lo harus seharian sama gue, buat cadangan kalo nanti gue kangen."

"Idih lo kaya pacar yang mau ditinggal ceweknya LDR-an aja sih. Makanya jangan kelamaan jomblo!" goda Vira.

"Eh ngaca neng, lo juga jomblo nggak usah ngatain orang deh." ujar Lili tidak mau kalah. Tapi kemudian ia menyesali perkataannya karena melihat raut wajah Vira yang perlahan berubah.

"Eits jangan salah, nanti gue bakalan nyari bule disana." ujar Vira sebelum Lili sempat mengeluarkan suaranya.

***

Lili benar-benar memanfaatkan waktu sehariannya ini dengan baik bersama Vira, mulai dari makan semua makanan kesukaan mereka, sampai berjam jam ditoko buku untuk mencari novel atau sekedar membaca buku yang plastik sampulnya sudah lepas.

Setelah capek seharian berkeliling dari satu tempat ketempat yang lain akhirnya mereka memutuskan untuk istirahat dikos Vira sembari membantunya untuk membereskan beberapa perlengkapan yang belum sempat ia bereskan.

"Emm.. lo nggak mau ngasih tau Adam?" tanya Lili ragu. Pasalnya ia sudah gatal ingin menanyakan masalah ini kepada Vira tapi ia urungkan karena takut Vira akan kembali sedih.

Vira menghembuskan nafasnya kasar, "Gue bukan siapa siapanya dia lagi, jadi meskipun gue pindah nggak akan berpengaruh apa apa buat dia kan. Lagian bukannya bagus kalau gue pindah, jadi dia nggak bakalan liat gue lagi."

Sebenarnya ada hal yang juga dirahasiakan oleh Lili dari Vira, dia sendiri saja bingung. Kalau masih saling sayang satu sama lain kenapa harus memilih jalan untuk berpisah.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang