39 - Keputusan

295 14 0
                                    

Kicau burung tak lagi merdu, bau tanah sebelum hujan tak lagi harum, dan suara hujan turun tak lagi menyenangkan.

Bangun pagi seolah zombi yang baru dibangunkan dari kubur dan bahkan saat tidur yang paling menyenangkan bagi kebanyakan orang, sekarang terasa sangat menyiksa. Bagaimana tidak kalau setiap menutup mata, maka kilasan kejadian itu bagaikan kaset rusak yang tanpa diminta selalu hadir dengan senang hati di setiap malam gelapnya.

Sudah seminggu sejak hukuman mati itu dijatuhkan membuat Vira benar benar-benar merasa hidupnya telah berakhir.

Pendidikannya terbengkalai, pekerjaannya nyaris melayang, sampai yang paling parah adalah ia kehilangan beberapa pound berat badannya akibat tidak makan dengan benar. Bahkan pernah suatu hari ia hanya meminum beberapa mililiter air mineral untuk satu hari penuh tanpa ada makanan sedikit pun yang masuk kedalam perutnya.

Badannya semakin terlihat kurus, wajahnya semakin tirus dan kantung matanya semakin menghitam setiap harinya.

Sedangkan kondisi Adam tidak jauh lebih baik dari Vira, ia bahkan sudah tiga hari tidak menginjakkan kakinya kedalam rumah dan setiap hari yang dilakukan hanya duduk di depan makam sang mama dengan tatapan kosong yang membuat, ujang si penjaga makam berpikir kalau Adam sudah kerasukan makhluk halus penunggu makam disitu.

Beruntung Adam masih memiliki sedikit akal sehat sehingga ia tak melarikan masalahnya ke alkohol ataupun ikut tawuran seperti yang sudah-sudah.

Saat ini adalah teguran kesekian kalinya yang diterima Vira akibat tidak mendengarkan guru yang sedang menerangkan di depan kelas. Padahal ia akan mengikuti ujian akhir sekolah yang akan di selenggarakan beberapa bulan lagi.

"Kamu sudah beberapa kali saya peringatkan tentang hal ini, ibu harap masalah apapun yang kamu alami sekarang jangan sampai mempengaruhi sekolah kamu." jelas bu Tulus.

"Perjalanan kamu masih panjang, jangan karena satu cowok aja kamu jadi mengorbankan semuanya. Diluar sana bahkan banyak yang sudah ngantri mau jadi pacar kamu."

Berita tentang putusnya jalinan kasih antara Adam dan Vira memang sudah menyebar luas diarea sekolah, bahkan ada yang dengan terang-terangan mendatangi kelas Adam hanya untuk memberi cowok itu hadiah atau sekedar makanan yang tentu saja akan dengan senang hati Adam sumbangkan untuk para pencari makanan gratis yang bertebaran didalam kelasnya.

Vira hanya menundukkan kepalanya malu dihadapan bu Tulus yang dengan sabar menghadapinya setiap hari. Bukan dengan bentakan atau cacian, melainkan dengan nasehat khas seorang ibu yang membuatnya dihantam perasaan bersalah sekaligus menyesal.

Bu tulus sangat tau cara yang tepat agar anak didiknya tidak merasa terintimidasi melainkan ditelanjangi dengan kenyataan yang ia paparkan dengan nada yang sangat halus membuat siapapun yang berhadapan langsung tertunduk menyesal.

"Kalu aja ibu punya anak cowok seumuran kamu, ibu mau kok jodohin kamu sama dia. Orang cantik plus pinter gini, siapa yang nggak mau coba." goda bu Tulus saat melihat mata Vira sudah mulai memerah.

Mau tidak mau godaan bu Tulus membuatnya tersenyum dengan pipi bersemu.

"Ibu harap ini terakhir kalinya kamu nunduk kayak gini, di pertemuan selanjutnya ibu harap kamu bisa naikin dagu kamu dan tutup semua mulut yang cuma dipakai buat ngomongin orang dengan prestasi kamu seperti yang sudah-sudah."

Vira berjalan pelan dengan menundukkan kepalanya, dan tanpa diduga bayangan saat Adam mengucapkan kata-kata manisnya dengan nasehat ibu Tulus saling berebut ingin mencari perhatiannya membuat kepalanya berdengung nyeri.

Langkah kakinya berbelok kearah toilet berharap dengan mencuci mukanya akan menghilangkan kilasan bayangan yang bagaikan Virus mematikan yang terus menyerang pertahanannya.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang