29 - Maybe Romantic?

567 30 4
                                    

Puas berkeliling seaworld seharian akhirnya disinilah mereka sekarang, di warung makan pinggir jalan dekat sekolah mereka.

"Kamu doyan apa laper?" tanya Vira yang sudah menghentikan makannya karena melihat Adam yang hampir menghabiskan dua posri sate tersebut.

Seolah tidak dengar, Adam sama sekali tidak menghiraukan omongan Vira. Baginya tidak ada orang disekitarnya, yang ada hanya dirinya sendiri dan satu porsi sate tambahan didepannya.

"Aku belum makan dari tadi pagi." jawab Adam setelah menghabiskan satenya.

"Terus tadi istirahat nggak makan?"

Cowok itu menggeleng, "Enggak, kan kamu nggak makan jadi aku juga nggak makan." ujar Adam tanpa beban.

Lagi, omongan tak terduga Adam sukses membuat jantungnya kembali melompat girang. Setelah Vira berhasil menenangkannya sedikit, tapi berkat kalimat singkat Adam barusan mampu membuat jantungnya kembali melompat tak tau diri.

"Receh banget sih! Nggak makan siang tapi makan malem sampe dua porsi gitu." ada jeda dalam kalimatnya, "Kalau sakit gimana!? Untung tadi nggak pingsan, kalau sampe pingsan kan aku juga yang repot."

Antara Adam yang terlalu polos dengan Adam yang terlalu naif tidak jauh berbeda ternyata.

"Nggak usah sok sok an marah deh kalau muka kamu merah. Seneng kan digombalin?"

Ya tuhan sebenarnya terbuat dari apa makhluk didepan ku ini? Ucap suara dari dalam batin Vira.

"Apaan sih. Udah ah ayok pulang udah mau malem ini." perempuan itu menarik tangan Adam untuk berdiri yang sebenarnya hanya alibi saja untuk menyembunyikan mukanya yang semakin memerah.

Adam hanya terkekeh dibelakangnya dan mengikuti kemana langkah gadis kesayangannya yang terus saja menyeretnya dengan gumaman dimulutnya.

"Eh bentar deh, coba hadap sini." ucap Adam seraya menghentikan langkahnya.

Dengan berat hati akhirnya Vira menuruti perintah Adam, "Apaan?"

"Ck, masih marah aja. Yaudah maafin aku."

"Hmm." jawab Vira berupa gumaman.

"Kamu kebiasaan banget sih, kalo di ajak ngomong itu liat orangnya. Nggak sopan banget sih."

Cewek itu perlahan mengangkat kepalanya dan berhadapan langsung dengan mata caramel yang menatapnya lembut dengan senyum manis tersungging dibibirnya. Dengan cahaya lampu kota yang temaram membuat Adam semakin bersinar dibawahnya.

Padahal mereka sudah beraktifitas seharian full tapi tetap saja raut muka Adam tidak menunjukkan raut wajah capek sedikitpun. Malah dirinya kelihatan semakin bahagia dengan sinar mata yang berbinar cerah.

Vira membandingkan Adam dengan dirinya yang tentu saja sangat jauh berbeda. Ia meraba wajahnya dan menemukan banyak minyak dimana mana, belum lagi rambutnya yang sudah lepek karena seharian terkena keringat.

Mungkin ini yang orang orang sebut dengan perbedaan bagaikan bumi dan langit.

"Ngomong apaan tadi?" tanya Vira setelah berhasil kembali ke dunia nyata.

"Males harus ngulangin lagi. Emang mau bayar berapa?"

Vira membuang mukanya kesal, "Kamu kan udah kaya ngapain minta bayaran ke aku lagi!"

"Yang kaya kan papa aku, akunya enggak lah kan belum kerja."

Cewek itu menghentakkan kakinya dan berjalan dengan cepat meninggalkan Adam dibelakang. Sedangkan sang tersangka hanya terkekeh senang dan ikut berjalan pelan dibelakangnya.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang