Sekertarisnya Arsy yang ternyata namanya adalah Kartika itu enggak banyak nanya soal Arsy yang masih muda tapi sudah punya anak. Dua hari yang lalu juga Rasya main ke kantor Arsy dengan kurang ajarnya bilang dia mau ketemu Maminya dan diantarin eksklusif karena Arsy itu adalah Chief Editor baru di Wall-Alter Books.
Banyak cowok yang menyayangkan cewek secantik Arsy jadi ibu dari Rasya. Tapi gak sedikit juga yang berharap kalau Arsy cepat cerai sama suaminya. Buat Arsy, baguslah daripada dia terjebak cinta satu kantor menjijikkan yang ujungnya harus salah satu keluar dari kantor karena di kantor gak boleh menjalin kisah kasih asmara. Halah sampah.
Tadi malam, Rasya sama si Arya minta barengan ke kondangan. Aturan standar seluruh dunia adalah Laki-laki yang menjemput perempuan. Nyatanya, Arsy sekarang sedang duduk cantik di dalam mobilnya sama si supir Supryanto di halaman rumah Arya.
Satpam Arya yang resek dari tadi nanya kenapa dia gak turun dari mobil. Lah, malas saja si Arsy harus nyamperin sampai ke depan pintu. Haram hukumnya lihat cowok lain sebelum pergi kondangan. Apalagi laki-laki model Arya yang sudah tua.
Baru juga mau kirim caci maki tambahan buat Arya yang lama banget di kamar mandi, Rasya sudah masuk ke mobilnya dan duduk di depan samping pak supryanto.
"Heh kutil. Lo kenapa duduk depan sih? Sini sama gue. Perbaiki dulu sini itu tuksedonya" Arsy meraih Rasya yang hanya menoleh kebelakang dan mengerucutkan bibir, sementara Arsy sibuk memperbaiki dasi kupu-kupu Rasya yang belok ke kanan.
"Eh, Pak Supir. Namanya siapa? Saya Rasya anaknya mami Arsy" kata Rasya setelah setelannya lengkap diperbaiki Arsy
"Heh, bedebah. Ngomong apa lo?" Arsy kemudian menjewer kuping Rasya. Kemudian bertanya dengan nada sedikit cemas, "Lo gak dicuci otak kan sama mangga asem kecut busuk itu?"
Rasya menggelengkan kepalanya lalu memainkan handphonenya tidak menggubris lagi Arsy. "Mana majalah gue? Mbak Kartika yang janji kasih ke gue"
"Besok. Kan hari ini baru cetak goblok. Ih, makanya sekolah jangan berantem kayak superhero kesiangan" omel Arsy, "Pak udah jalan aja. Si bangkotan biar ditinggal aja"
"Yah, jangan dong. Gue pengen dateng dengan formasi lengkap. Lagian kalo dateng lengkap kan enak, kasih kadonya gak repot"
Arsy diam juga. Dia kan lupa beli kado dan mandat bawa kado sudah diserahkan ke Arya dan Raditya. Raditya mah enak, sudah jalan duluan sama istri ke RC. Diam-diam jadi pengen nikah biar kalau kondangan gini ada yang digandeng.
"Loh, Den Rasya ini kok manggil Non Arsy Mami?" Tanya pak Supryanto heran karena anak abg macam Rasya bisa bersikap santai ke Nona Mudanya yang terkenal sadis itu. Heran juga kenapa manggil Mami. Secara Nona mudanya kan jomblo
"Kan Arsy itu Mami saya, Pak. Nah, itu Arya itu yang lagi jalan bawa bungkusan, Papi saya" Jelas Rasya tidak peduli dan memainkan handphonenya sementara si Arsy melotot sejadi-jadinya
Dia lagi malas ngomong. Malas saja buat menjelaskan kesalah pahaman ini. Biarin sajalah Pak Supri mau mikir apa. Toh kan kejadian sebenarnya enggak seperti yang Rasya bilang.
Arya masuk beberapa menit kemudian dan meletakkan kantong belanjaan di samping Arsy tanpa peduli kalau gaun cantik Arsy tertindih. "Duh, kenapa elo di sebelah gue?"
"Elo gak sopan, setan. Ngapain di sebelah gue? Belakang noh!" Arsy sambil menuding Arya dan kemudian memindahkan kantung hadiah itu ke belakang karena takut gaunnya rusak.
Pria itu menoleh dengan mendecak beberapa saat lalu membantu Arsy memperbaiki belahan gaun yang kelewat seksi itu. Arya menoleh ke belakang dan menemukan kain panjang entah apa dan menyerahkannya pada Arsy, "Nih. Aurat cuy kemana-mana. Lo gak mau di gangbang di mobil kan?"
"Anjing, apaan sih ah" Arsy mendesis tapi juga mengambil selimut itu dan menutupi tubuhnya. "Sini deh, kenapa sih lo itu sama Rasya gak bener make dasi sama kemejanya? Sengaja kan biar gue rapiin?"
Arya cuma memajukan tubuhnya kearah Arsy dan membuka aplikasi chatnya untuk melihat apakah Raditya sudah sampai di tempat atau belum. "Ya repot amat sih. Nih dah permak sesuka lo tapi jangan dicupang"
Perempuan itu lebih memilih untuk menggeplak bagian paling intim Arya sehingga laki-laki itu melotot kepadanya, "Kalo keluar sama gue itu gak boleh cacat sedikitpun. Sini lo kodok. Gak usah mendesah lo ah gitu doang juga. Katanya gak nafsu sama gue"
Rasya yang duduk di depan hanya geleng-geleng kepala saja lalu memilih memutar lagu kesukaannya dengan headset. Dia mau menyelamatkan kupingnya dari rentetan kalimat indah penuh makna dari dua A yang akan sibuk selama perjalanan.
Benar saja kan, baru beberapa menit, Arya sudah menumpahkan berbagai kata konotasi negatif kepada Arsy karena perempuan itu sengaja mencekiknya menggunakan dasi.
"Anjing kalau mau main kasar gak gini juga"
"Ah, diem lo sialan gak usah bacot"
"Sy, Aduh. Ahh!"
"Ngapain ngedesah goblok!"
Plak!
"Ya abis, lo ngapain ngeremmnfffttttthhh"