Sudah sebulan ini Arya sibuk dengan pekerjaannya. Singapura adalah salah satu cabang besar tempat Arya harus melakukan audit besar-besaran dan dia sedang tidak ingin diganggu masalah apapun. Pagi ini dia sudah kembali ke Jakarta dan langsung mengurung diri di kantor mengabaikan Sarmila yang mengatakan kalau Arya mendapat telepon dari Rasya yang mengatakan kalau anak itu sakit
Sarmila jadi sedih. Langsung kepingin kasih perhatian lebih ke anak bos. Siapa tahu bisa dapat bapaknya. Lama-lama Sarmila kepikiran juga siapa emaknya si Rasya kok bisa anaknya ganteng banget. Yang jelas bukan Kanaya kan. Makanya siang itu pas kebetulan Rasya datang ke kantor dan menghampiri meja Sarmila buat tanya jadwal Arya, Sarmila langsung nembak pertanyaan
"Rasya ganteng, Mami kamu bukan Mbak Kanaya kan?"
Rasya mengernyitkan dahinya. Jelas bukanlah. Dia tahu kalau kekasih Arya itu namanya Kanaya. Tapi, mana mau Rasya kenal dekat-dekat dengan kekasih Arya. Enggak penting. Beda cerita kalau dekat-dekat sama yang pdkt Arsy. Menang banyak Rasya dapat uang jajan cuma buat dititipi salam. Dekat sama Ranita juga enak, dapat bekal makanan enak terus.
"Bukan. Mami aku tuh kerjanya di Wall-Alter. Jangan digosipin ya, Mbak. Mami lagi cari suami baru soalnya"
Sarmila kan berasumsi kalau bosnya itu cerai karena si Rasya anak dari kecelakaan jadi ya sudah. Setuju saja. "Memangnya Mami kok gak sama Papi kenapa? Kamu gak sedih gitu? Mami kamu kayak gimana sih?"
Rasya yang memang sudah jahil darisananya sudah tersenyum penuh arti lalu mengeluarkan hpnya dan membuka galeri. Cari-cari foto waktu sebulan lalu datang ke kondangan dan minggu lalu habis main di kantor Arsy. "Yah, ngapain sedih. Yang penting kan dua-duanya tahu kalo punya anak, aku" ada makna tersirat didalamnya
Sekertaris Arya itu cuma bisa melongo waktu melihat foto mereka bertujuh sama si anak ibu haji yang ternyata keturunan arab itu. Sarmila menatap dengan lekat foto itu dan Rasya me-swipe layar hapenya lalu memunculkan foto mereka bertiga.
Sarmila masih enggak habis pikir saja kalau mantan istri bos itu bagaikan dewi kayangan dan sangat serasi sama bosnya. Si Sarmila enggak tahu saja kalau foto ini penuh perjuangan. Sekertaris Arya ini malah nangkepnya kalau foto itu kesannya memang foto kelas atas yang mukanya dingin-dingin ala majalah fashion eropa. Padahal memang mood Arsy sama Arya waktu itu enggak banget buat diajak foto.
"Cantik, kan? Mami aku tuh. Tapi jangan bilang-bilang loh. Nanti Papi gak jadi nikah, Mami gak dapet suami baru deh" kata Rasya kemudian menyudahi acara pamer fotonya
"Lah, cocok sama Mami kamulah. Daripada Mbak Kanaya ew ew" Sarmila kemudian menatap malas pada sekelilingnya, "Kamu mau makan apa?"
Rasya berpikir sejenak kemudian menggelengkan kepalanya. "Nanti aja deh. Mami ngajak makan siang. Nanti dikasih masuk aja ya, Mami aku?"
Wah tanpa disuruh juga Sarmila dengan sukarela akan mengijinkan si mbak cantik masuk ke kantor bosnya. Secara Sarmila suka banget lihat orang cantik dan tampan berpasangan. Apalagi sepertinya Rasya juga seneng banget kalau Mami sama Papinya bersatu. Sarmila mah mendukung banget!
Saatnya Sarmila pergi gosip ke pegawai lain. Biar semua tahu kalau mantan istri bosnya cantik banget ngalahin Kanaya si model endorse olshop instagram.
...
Arsy enggak habis pikir kalau sekertaris Arya bisa ramah banget beda sama bosnya. Pakai di jemput di lobby segala. Padahal kan niatnya Arsy cuma mau nunggu di bawah dan bawa anak dedemit itu pergi makan siang karena ada hutang sama Rasya yang kemarin habis minjemin mobilnya ke Arsy buat dipakai selama mobil kesayangan Arsy diservis
"Mbak, kalau boleh tahu namanya siapa ya?" Lumayan kan kalau pendekatan ke mantan istri bos, siapa tahu balikan lagi kan bisa tetap memandangi bos tanpa dapat tatapan tajam si istri
Perempuan itu mengernyitkan dahinya, "Arsy. Udah lama jadi sekertaris Arya?"
Hotpink565: Anju ramah amat sekertaris lo
Hotpink565: Gak lesbi kan doi?
Hotpink565: Serem tai
Hotpink565: Tau gini gue mending gue jadi jelek ajaSalamander67: Lurus kali
Salamander67: Tapi emang ramah sama manusia tertentu MihMangojuice: Masa sih?
Mangojuice: Lo mau dikerjain paling. Kali aja abis ini lo dibawanya ke pantri terus dikunci terus lo diperkosa sama satpam pas doi nemuin loHotpink565: Ler
Arsy enggak habis pikir sama Arya yang suka banget bahas pelecehan seksual ke dirinya. Kemudian si Sarmila menunjukkan Arsy salah satu ruangan dengan warna hijau dan membuka pintu
"Pak Arya, Maminya Rasya sudah datang"
The hell. Arsy baru saja mau mengumpat tapi Sarmila sudah meninggalkan ruangan itu dan Arya yang sudah menatapnya malas.
"Gih, lo bawa tuh anak" kata Arya kemudian mengedikkan dagunya pada sofa kerja yang berantakan dan Rasya yang sudah tidur sambil memakai headsetnya
Arsy tidak memanggil atau menyahut dan langsung mendaratkan stiletonya di paha anak muda itu sampai Rasya bangun dan meringis menatapnya, "Halah. Bangun buru. Mau balikin mobil nih gue"
"Ckck. Gila lo. Masa mobil anak sekolahan di embat juga" komentar Arya masih setia dengan memandangi layar laptopnya
"Bacot. Lo aja gak mau tuh kasih gue pinjem walaupun udah denger keluh kesah gue yang mogok di tengah jalan malem-malem"
Arya mengadahkan wajahnya dan menatap perempuan yang sedang membereskan tas sekolah Rasya. "Bini bukan, masa gue fasilitasi mobil gue yang jauh lebih mantap goyangannya dari lo"
"Ya Tuhan tolong bikin Arya mandul aja" kata Arsy kemudian mendelik ke arah Arya
"Enggak apa-apa. Bisa puas celup sana sini tanpa perlu tanggung jawab"
Rasya menggelengkan kepalanya kemudian memijit keningnya lalu mengikuti langkah Arsy untuk keluar dari ruang kerja Arya. Masih di sekitar ruangan Arya, tiba-tiba Rasya menghentikan langkahnya dan berkata, "Mih, pusing nih gak enak badan. Pake mobil Papi aja yuk"
Arsy langsung melotot dan mendekati anak muda itu lalu berbisik dengan malas, "Sengaja ya, lu setan"
Rasya cuma nyengir saja. Habis Arsy mengganggu waktu tidur siangnya tadi. Balas dendam itu menyenangkan. Sekarang saja semua mata tertuju pada Arsy dan bisik-bisik tetangga
"Pantesan Rasyanya ganteng ya, Papi sama Maminya cakep gitu"
"Cocoklah Pak Arya sama Maminya Rasya itu ya ampun..."
