Ranita sudah menduga kalau mereka harus menunggu di lobby dulu. Dan benar saja, suaminya bilang kalau trio kerusuhan itu sedang dalam perjalanan dan akan segera tiba.
"Pah, siapa tadi namanya anak ibu haji?"
"Yah? Papa lupa. Cek aja nanti, Ma" Raditya kemudian menoleh mencari beberapa orang yang dia kira sudah datang tapi ternyata belum. "Mereka gak tiba-tiba mules dijalan atau kecelakaan kan ya?"
"Kenapa Papa yang khawatir setengah mati?" Tanya Ranita sambil geleng-geleng kepala. Dia bingung juga kenapa suaminya yang repot kalau tiga orang itu belum datang
"Malu, Ma. Masa dateng kesini sendirian"
"Lah, Mama apaan kalo Papa sendiri? Kentang Mcd?" Kemudian Ranita menggelengkan kepalanya sekali lagi. Kesal saja gitu sama suaminya. Kadang-kadang goblok sih jadi laki
Raditya cengengesan lalu menarik lengan istrinya dan mengeluarkan jurus andalan, "Aduh. Mama cantik. Istri Papa panutan papa. Maksudnya itu kan yang kenal dari aplikasi kan Papa doang. Malu, Ma. Kalo di dalem gak ada yang Papa kenal gimana?"
"Iya sih. Mama masih rapi gak?" Ranita kemudian menjauhkan tubuhnya dari suaminya lalu menatap dengan bertanya
Kalau begini Raditya bingung jawab apa. Istrinya ini kan selalu cantik. Walaupun badannya sudah lebih berisi dari pertama kali bertemu. Tapi Ranita masih jadi wanita paling cantik setelah mamanya buat Raditya. Pakai daster saja sudah cantik kok. Apalagi pakai dres begini. Raditya cuma ngangguk saja buat memastikan kalau jawabannya memuaskan.
"Masa sih, Pa?" Masih saja Ranita tidak percaya. Iyalah. Kalau weekend ini kan, Raditya tidak ada kerjaan nongkrong gak jelas sama teman-temannya. Mungkin Raditya khawatir diusir dari kamar seperti malam-malam kemarin. "Yang bener, awas bohong loh"
"Lah, Mama. Orang kamu tuh cantik. Mantan putri indonesia tercinta sepenuh jiwa dan raga. Masa pernah jelek?"
Ranita mendecak sebal juga, "Waktu Mama tidur terus ngorok. Papa bilang Mama jelek banget kayak sapi"
"Itu becanda kali" kemudian Raditya menghampiri istrinya dan melingkarkan tangannya ke pinggang sang istri supaya enggak ngambek lagi. "Mama tuh selalu dan selalu cantik"
"Iya?"
"Iya beda cerita kalau Mama muji cowok lain ganteng. Langsung jelek Mama dimata Papa"
Ranita mencubit lengan suaminya. "Papa nih. Ini nih yang bikin Mama gak bisa marah. Ada aja caranya ngeles. Bisa aja sih, kamu"
"Kalo gak, mana bisa aku nikah sama kamu apalagi sampai punya anak kita yang unyu itu. Sudah, Ma. Jangan nempel-nempel terus bahaya. Bisa-bisa Papa kepingin lagi"
Ranita cuma tertawa saja enggak sadar ada orang-orang yang memperhatikan mereka dengan pandangan yang menjijikkan. Iyalah. Pasangan sok manis ini bikin yang melihat pengen kabur aja buat operasi mata.
Apalagi Arsy yang antipati sama acara romantis-romantisan. Langsung datang dan nyindir romantis, "Yah, dunia serasa milik berdua ya. Yang lain cuma tukang siomay"
Ranita langsung menoleh dan melihat perempuan yang berkulit coklat tanning dan memakai gaun dengan lengan panjang tapi belahan di dada cukup menantang. Cantik. Elegan dan seksi adalah kesan yang Ranita dapatkan dari perempuan itu. Kok bisa ada perempuan secantik Arsy yang masih belum menikah. Ranita gak habis pikir.
"Jangan galak-galak dong sama bini gue" Raditya menggerutu kemudian menarik lengan istrinya dan mengenalkan pada Arsy, "Ini, Arsy. Nah disebelahnya itu Arya, itu Rasya"
Wah. Ranita langsung dapat anugrah mata paling indah yang pernah Ranita rasakan. Bayangin aja, Arya itu ternyata ganteng banget. Hidungnya mancung dan rahangnya tegas. Tipe Ranita banget lah. Apalagi lehernya tinggi. Waduh.
Mana di sebelahnya ada Arsy yang cantik. Persis pasangan suami istri, apalagi pas Arsy lagi benerin kalungnya dan dibantuin Arya. Ditambah disebelah mereka ada anak ganteng unyu-unyu mirip boneka yang Ranita nyaris pikir anak Arsy karena Arsy juga mirip boneka. Wah. Ini sih, ngeship hard banget kalau Arya harus sama Arsy.
"Mbak Arsy, Ranita" kata Ranita lalu menyalami Arsy dan Arya bergantian, "Ayo, masuk. Dari tadi kita tungguin. Kirain pada kena macet di depan situ yang ada kecelakaannya"
"Lah, kecelakaannya dalem mobil" Semua langsung menoleh kepada Rasya, dan anak itu melanjutkan kalimatnya tanpa memikirkan ada berapa banyak orang yang berada di lobby dan dengan santainya berkata, "Kan daritadi si Papi dapet servis dari Mami"
Raditya dan Ranita melongo sementara dua A sudah mengeluarkan sumpah serapah dan mengejar Rasya yang kabur duluan
