Setelah acara gendong menggendong dramatis tapi romantis menurut orang-orang yang lihat. Arsy ngedumel di dalam mobil soal kelakuan Rasya.
"Gila, lo. Wah. Parah ini anak. Minta di gampar banget sih, Rasya. Anak babi"
Arya menyetir sambil memijat keningnya. Sebenarnya sedang memikirkan nama baiknya yang langsung rusak dalam sehari karena Rasya si geblek yang minta disunat. "Untung aja si Arsy pake pingsan. Bisa cepet kaburnya. Coba kalo enggak. Gue gampar kali lo disana"
Rasya cuma nyengir saja dan main hp lagi dibelakang. "Makasih sama gue dong, lo bisa grepe-grepe Arsy"
Dan yang kena tabok bukannya Rasya melainkan Arya yang lagi menyetir. Gila. Memang sih, dia menikmati acara remas bokong dan dada mereka yang bersentuhan. Tapi demi, Arya juga panik pas Arsy pingsan tadi.
"Gak usah senyum-senyum, setan! Enggak cocok! Pantat gue yang suci ini..." Arsy langsung mengerucutkan hidungnya dan menatap kesal pada Arya
"Lembut banget. Mau gue bantuin bikin tambah kenyal gak?"
"Urus dulu tuh batang lo tegak"
Rasya menutup kupingnya dengan headphone yang memang dia taruh di mobil Arya. Bisa-bisanya mereka berdebat dengan heboh seperti ini.
"Sya. Lo tuh kenapa nelpon kita? Lo kan bisa nelpon keluarga lo"
Rasya tidak memedulikan dan masih sibuk memilih lagu apa yang akan dia dengarkan. Tidak peduli bagaimana Arsy sudah mendecak sebal berkali-kali karena dicuekkin. Rasya enggak mau bahas keluarganya. No. Way.
"Gue penasaran, sya. Lo masih punya orang tua kan?"
Rasya hanya diam memandang jendela dengan malas menyahuti jawaban pertanyaan Arsy. Buat apa juga kan mereka tahu masalah Rasya. Toh orang tuanya juga tidak pernah menganggap Rasya ada.
"Gue balik ke apartement gue aja..." kata Rasya kepada Arya kemudian meminta Arya menurunkannya di salah satu halte bis.
Arya dan Arsy tidak banyak bicara kemudian. Kesal mungkin sama Rasya yang cuek sama mereka. Padahal kan Arsy sudah masak makanan enak buat mereka makan. Memang enggak tahu diri si Rasya.
Remaja tanggung itu menundukkan wajahnya dan menelpon seseroang untuk menjemputnya. Lima belas menit kemudian, Rasya sudah berada di dalam mobil dengan supirnya sejak kecil dan Pria itu diam saja.
"Papa sama Mama aden sudah di rumah" kata supir itu
Ya. Masa bodoh juga. Mau mereka terbang ke antartika juga Rasya tidak peduli. Buat orang tuanya, Rasya kan tidak pernah ada.
...
Sampai di apartement. Rasya sudah mendengar ucapan menyakitkan Mamanya kepada Papa seperti biasa dari arah foyer. Rasya masih saja meneruskan jalannya dan mendapati kedua orang itu sedang beradu argumen di ruang tamu.
"Kamu! Kamu! Kamu yang rusak hidup aku!"
Rasya membeku di tempatnya. Papanya menuding Mama dengan satu tangan lalu menatap tajam pada Mamanya.
"Oke! Kamu ambil aja anak kamu itu! Papa kamu mau anak kamu buat penerus kan! Ambil! Bawa pergi dia dari hidup aku!" Mamanya menuding dengan tidak mau kalah dan menatap marah pada pria didepannya
Rasya sama sekali tidak berusaha untuk bergerak dari tempatnya berdiri. Apakah hari ini? Semua ketakutan Rasya akan jadi kenyataan?
"Heh! Kamulah yang bawa anak kamu! Hak asuh itu ya jatuhnya di ibunya kalau belum 17 tahun!"
Ah. Rasanya Rasya ingin berumur 17 tahun lebih cepat saja. Kalau begini, dia ingin memilih hidup sendiri saja. Buat apa Papa dan Mama kalau mereka bertengkar seperti ini tanpa menyadari Rasya yang sudah berdiri di depan pintu dengan menatap mereka. Sumpah Rasya sudah biasa tapi tidak menyangka kalau rasanya masih saja menyakitkan.
"Kamu tahu anak kamu itu kebutuhannya banyak! Aku mana mungkin bisa belikan dia mobil setiap ada keluaran baru! Kenapa gak kamu kasih ke Papa kamu saja hah?!"
"Aku sudah bilang kan kalau aku mau menikah sama dia! Dia mana mau punya anak! Kamu yang bawa Rasya! Papa aku sudah terlalu tua urus Rasya!"
See? Mereka bahkan dengan mudah mengoper Rasya kesana kemari seperti Rasya itu bukan manusia yang punya nyawa dan perasaan.
Mamanya seperti melihat Rasya dan kemudian berjalan kearahnya. "Kamu ikut Kakek kamu. Papa kamu mau menikah sama perempuan murahan yang dia kenal di facebook. Murahan"
Rasya memandang Papanya sekarang. Laki-laki itu hanya menyahut sekenanya. "Ya. Daripada punya istri yang gak becus urus anak. Pasti gak tahu kalau anak berandalan kamu ini suka masuk kantor polisi kan?!"
Rasya hanya memejamkan matanya saja dan memilih untuk menuju kamarnya. Sepertinya dia harus pindah rumah. Masa bodoh dengan kedua orang tuanya. Mereka hanya egois. Mereka tidak akan peduli dengan Rasya.
