Walaupun sering ribut. Gini-gini Arsy lumayan baik. Bukan saudara, bukan teman, pacar apalagi. Musuhan juga enggak, malah siang ini ikut bercokol di rumah Arya Wiratama karena tadi pagi habis anterin Arya kebutuhan sayur-mayur. Pria itu kebingungan karena Rasya tidak mau pulang ke ekosistem awalnya. Pembantunya juga lagi pulang kampung.
Hasilnya adalah menyogok Arsy pakai salah satu parfum mahal punya Arya yang ternyata jadi incaran Arsy sejak lama. Makanya perempuan separuh iblis itu bisa berubah baik dan mau membantunya menata lemari dapur dan kulkas.
"Orang tua lo kemana, Ya?" Tanya Arsy yang tidak nyaman saja dengan kecanggungan diantara mereka. Sekali-sekali enggak ribut kan tidak rugi juga. Malas juga kalau ribut, dia yang masuk penjara karena bikin ulah di rumah orang.
Arya mengedikkan bahunya. "Bertahun-tahun gak pulang. Punya anak lain kali"
"Lo anak tunggal?" Arsy kemudian melihat Arya mengangguk dan meletakkan roti di atas meja makan lalu menutupnya. "Lo bikin salah apaan sampe orang tua lo yang kabur?"
Sebenarnya Arya sangat enggan membahas masalah ini. Tapi mau bagaimana juga, orang tuanya memang meninggalkannya sendirian di rumah sementara Arya tidak tahu sampai saat ini dimana mereka. "Yah, buntingin anak orang. Udah sih. Lo bisa masak?"
Arsy yang sebenarnya menangkap sinyal kalau pria itu sama sekali tidak ingin membicarakan orang tuanya akhirnya menyerah dan beteriak memanggil satu lagi anak laki-laki perusuh kehidupan nyaman Arsy. "Rasya! Mau makan apa?! Turun ke bawah sini!"
Pria itu melangkah mendekatinya dan akhirnya menghela nafas sambil menyerahkan sekaleng soda yang sudah dibuka, "Kelayapan paling itu bocah. Paling jajan ke depan"
"Si Salamander kudisan" Arsy mendesis pada akhirnya dan meneguk begitu saja sodanya. "Gue bisa sih, masak. Mau makan apa lo?"
"Fettuccini-..."
"Sayur asem aja kalo gitu" Arsy memotong dan kemudian mengambil peralatan masak setelah tadi Arya menunjukkan tata letaknya sementara pria itu mengekorinya
"Ngomong-ngomong ya, kok lo masih sendiri aja? Bukannya kepo tapi, yah cewek kayak lo ini kasihan kalo lama lakunya. Bisa-bisa kendor duluan" kata Arya lalu menyelidiki Arsy dari atas sampai bawah
"Gak kendor. Gue senam kegel tiap hari"
Hampir saja Arya tersedak soda kalau saja dia tidak berhasil menahan diri. Benar-benar mulut perempuan ini. Tapi, Arya akui kalau Arsy merupakan salah satu impian setiap laki-laki. Bukan enggak memungkinkan bahkan untuk menjadi bahan fantasi laki-laki buat melakukan rutinitas mengeluarkan susu murni dari kejantanan mereka. Rasanya janggal kalau Arsy belum menemukan tambatan hati. Apalagi yang kurang dari hidup Arsy?
"Lagian kalo kendor kan hm, bisa di double...."
"Sensor anjing" potong Arya kemudian menggeser tubuh Arsy untuk membantu perempuan itu menumis beberapa sayuran dan menggoreng daging
"Elo, kenapa masih gak nikah aja? Kan lo itu ibaratnya, yah, gue gak munafik sih. Aslinya lo itu ganteng banget dan jantan di ranjang"
Arya mengerling dengan nakal kepada Arsy, "Aw, girl. Wanna try with me mumpung anak kita lagi gak dirumah? Meja makan itu tempat paling enak loh"
Perempuan itu menutup kupingnya lalu melanjutkan aksi potong terong dengan ganas
"Aw. Jadi ngilu" kata Arya lalu terkekeh kemudian membalikkan beberapa potong daging empal yang sudah mulai kecoklatan, "Yah, belum kepingin aja. Takut juga sih batang gue menciut terus pelumas gue bisa encer. Tapi emang kenapa ya?"
"Ih, kok nanya gue sih? Ya, enggak kenapa-napa. Sodara gue juga ada yang baru nikah umur 40. Tapi bininya cantik sih terus masih muda" kata Arsy masih terus melakukan aksi potong sayurannya
"Nantilah. Buat apa buru-buru kalo nanti pisah juga karena ego masing-masing"
Dan Arsy hanya membisu. Kalian tahu kan pernah dengar ada nada dalam yang terluka kalau membicarakan suatu kalimat. Arsy merasakannya sekarang. Seperti Arya pernah terluka di masa lalu yang sangat dalam.
Sama seperti dirinya
Seperti dirinya karena pria ituRasya Atmanegara is calling...
Arya menatap layar ponselnya kemudian mematikan api kompor. Mengajak Arsy menjauh sedikit dan panggilan itu berubah jadi misscall.
"Eh, dia nelpon. Kerjainlah ini bocah sialan bikin kantor gue geger aja kemarin"
Arsy mengernyitkan dahinya, "Ayolah. Masa dia ngerjain bos gue minta duit 500ribu buat jajan asalkan dapet nomor hp pribadi gue"
"Terus bos lo dapet gak?" Tanya Arya. Lumayan sewot juga karena Rasya dapat duit sebanyak itu tapi enggak bagi-bagi ke dirinya
Arsy menggelengkan kepalanya dan melihat ponsel dirinya yang bergetar kali ini. Rasya ini pasti mau ngerjain mereka lagi, kan?
"Ya, udah. Gue desah-desah nih" kata Arya sudah mengangkat kedua tangannya seperti menepuk tangan, "Lo yang seksi ya, sayang"
"Sampah" omel Arsy tapi menyetujui rencana sinting itu dan mengangkat panggilan Rasya
Arya sudah mendesah-desah sambil menahan tawa dan menepukkan tangannya entah membuat suara apa, yang jelas pria itu berhasil membuat Rasya tidak bicara beberapa detik
Perempuan itu mendesah sebentar dan membuat Arya membatin Buset. Seksi amat. "Kenapa, sya?"
Mereka masih saja meneruskan aksi untuk mengerjai remaja tanggung itu dan merubah mode panggilan menjadi loudspeaker
"Mih, gue lagi di kantor polisi nih"
Arya dan Arsy menggeleng bersamaan dan saling menatap dengan malas. Masih saja ini anak suka mengerjai mereka.
"Ahhh, Apa sya? Ahhh, bentar sya nanggung" tanya Arya lalu kembali meminta Arsy untuk mendesah
"Pih! Gila lo berdua ini gue serius! Sini buruan kantor polisi deket rumah. Hehehe bentar-bentar..."
Arsy mengernyitkan dahinya sementara Arya masih saja mendesah tidak peduli, "Apa?"
"Selamat siang, Bu. Ini kami dari kepolisian..."
Arsy langsung membekap mulut Arya dengan tangan lentiknya dan mendengarkan dengan serius. Bagaimanapun kan ya, Rasya menyeret namanya kalau sampai itu kantor polisi benaran
"Bisa ibu jemput anak ibu ke kantor polisi kami?"
"RASYA ATAMANEGARA GUE POTONG TITIT LO!"