6. CROSSROAD

37.2K 3.1K 209
                                        

"We have our own path. The moment we met, it is a crossroad"

Raka yang baru saja melangkahkan kaki ke dalam kelas ternganga hingga langkahnya terhenti. Keempat temannya sudah berwajah seperti zombie, sedangkan sang guru iblis berwajah malaikat itu duduk tenang di kursi guru sembari menikmati ekspresi Raka.

Namun Raka tetap tidak bisa memasang wajah biasa. Ruang kelas tercinta yang mirip penjara kelas atas itu telah berubah. Sekarang, seluruh dindingnya dipenuhi foto-foto yang akan membuat siapapun menjadi mual. Foto yang hanya Raka temukan dibalik bungkus rokok, berukuran kecil dan bisa ia abaikan. Disini, foto itu berpuluh-puluh kali lebih besar, menyita perhatian dan akan terlihat kemanapun dia menoleh.

" Apa ini?" Tanyanya dengan rahang mengeras. Ia berusaha menfokuskan diri hanya pada guru barunya tanpa mengindahkan foto di belakang tubuh mungil itu.

" Tantangan baru untuk kalian, tentu saja." Jawabnya ceria. " Nah, karena Raka sudah datang, saya akan menjelaskan tantangan ini."

Nala mengedik, menyuruh Raka duduk di bangkunya. Raka menelan ludah. Alam bawah sadarnya ingin melarikan diri dari pandangan yang akan membuatnya bermimpi buruk itu. Tapi di sisi lain, harga diri Raka masih memegang kendali. Akhirnya ia mematuhi perintah gurunya.

" Selama satu bulan, foto-foto ini akan menemani kegiatan belajar mengajar kita. Saya sudah berkonsultasi kepada kepala sekolah dan beliau mengizinkan." Kata Nala memulai. " Sederhana saja. Jika kalian bisa melewati satu bulan tanpa merusak atau menurunkan satu foto pun, kita akan jalan-jalan kemanapun kalian mau."

" Maldives!"

" Bora-bora!"

" Las Vegas!!"

Seluruh anak langsung menyambar begitu Nala menyelesaikan kata-katanya. Nala terkekeh.

" Kemanapun." Katanya pasti. " Tapi, lakukan tantangan saya dengan baik."

" Cih! Kalau gue nggak mau, bu guru bisa apa? Gue bisa rusak semuanya sekarang juga!" Seru Raka yang masih tidak terima. Guru cantik itu terlalu jauh menapaki daerah kekuasaannya.

" Percuma, Ka. Kita udah nyoba dari tadi." Kata Ali pasrah. Ia mengacungkan pentungan dari laci mejanya dengan lemas.

" Bulletproof." Gardan menyambung lesu. Ia pun menunjukkan dua buah batu sekepalan orang dewasa. " Sama sekali nggak tergores."

Raka menggeram dan menatap gurunya dengan penuh dendam.

" Sekarang, sudah saatnya saya menagih janji Ali kemarin." Kata Nala menyunggingkan senyum lebar, membuat Ali menelan ludah.

Kemarin adalah pertama kalinya seorang Ali kalah dalam pertandingan catur. Dia yang terlampau pintar hingga sengaja mengalah dengan Kevin karena Ali malas mengikuti kejuaraan catur mewakili SMA, dia yang dengan santainya melibas mantan wali-wali kelas mereka yang berani menantang Ali hanya dalam waktu lima menit, kini benar-benar kalah dengan guru biasa. Lima set pertandingan dan kesemuanya dibabat habis oleh Nala hanya dalam waktu singkat.

" Cih! Dia pikir bisa bikin kita berhenti merokok, gitu?" Decih Raka meremehkan. Ia maju dengan langkah congkak diikuti Gardan yang juga tertawa. Sedangkan Ali masih gondok karena kekalahannya kemarin.

Nala nyengir melihat anak-anak muda dan antusias seperti mereka. Ia terkekeh dalam hati.

" Dua puluh putung rokok dalam waktu lima belas menit." Kata Nala berbinar. " Kalau sudah merasa pusing, sebaiknya kalian berhenti."

" Hah! Jangan harap!"

Nala hanya nyengir semakin lebar. "Siap? Mulai!"

**

ENTWINED [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang