" So let me tell you how much I love you"
Nala tahu sekali kemana Dewa akan membawanya ketika ia mengenali jalanan yang mereka lintasi. Namun gadis itu diam saja. Hingga akhirnya Dewa berhenti di depan rumah berwarna putih itu, Nala masih terdiam.
Rumah itu masih sama seperti terakhir kali Nala melihatnya. Megah dan lengang. Bi Inah dan keluarganya merawatnya dengan baik. Ada kerinduan yang menyelimuti ketika Nala menatap rumahnya, juga rasa sakit mendominasi yang menjadi alasan Nala tidak pernah kesini lagi. Rumah ini adalah saksi bisu dirinya kehilangan Radit, mama, papa dan Dewa. Rumah ini menyaksikan sendiri bagaimana mereka pergi satu per satu meninggalkannya.
Kali ini dia justru kemari bersama Dewa. Bukan saja menarik memori buruknya, tapi menyusupkan ketakutan lain di hatinya. Seolah Dewa yang memasuki pekarangan rumahnya adalah pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi.
Dewa pun juga sama diamnya. Setelah mendudukkan Nala di kursi roda, Dewa mendorongnya perlahan memasuki gerbang, membuat Nala lagi-lagi merasa memasuki dimensi waktu yang berbeda.
" Di sini tempat aku menyakiti kamu." Kata Dewa ketika masuk ke dalam teras. " Aku mau kamu mengulang semua perkataan yang kamu ingat di hari itu."
" Kamu gila, De. Mana bisa?" Nala membalas dengan getir. Mana mau dia mengulang lagi kejadian itu?
Namun Dewa memutar kursi roda Nala hingga keduanya berhadapan tepat di depan pintu.
" Aku berusaha mengubah masa lalu di memori kamu." Bisik Dewa pelan. Mendengarnya, Nala tertawa pedih.
" Kamu sakti, ya?" Ucapnya. Namun Dewa hanya tersenyum tipis menanggapi tawa Nala yang sarat akan kesedihan. Laki-laki itu membungkuk di depan Nala dan merangkum wajah Nala dengan kedua tangan.
" Di sini aja." Kata Dewa menatap Nala lekat.
Deg.
Dewa tidak main-main. Detik itu juga, dirinya merinding hebat kala detail-detail ingatan di hari itu membanjirinya tanpa ampun. Ia seakan melihat bayangan Dewa delapan tahun lalu yang berdiri dan menatapnya dengan pandangan tidak peduli.
Dewa yang dulu sangat mengerikan.
" Jadi kamu udah tahu tentang perjanjian itu?" Dewa melanjutkan dengan nada biasa. Tapi di telinga Nala, suaranya terdengar dingin seperti waktu itu. Sensasinya begitu nyata hingga Nala bergidik.
Gemetar, Nala mengangguk.
" Baguslah. Jadi aku nggak perlu ngejelasin apa-apa lagi sama kamu."
Nala menelan ludah. Laki-laki ini mengajaknya bermain dengan memori buruk Nala.
Nala menguatkan dirinya untuk membalas tatapan Dewa. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya ingin dilakukan laki-laki itu.
" Itu bener?" Nala mengatakan persis seperti apa yang ia katakan dulu.
" Kamu udah baca perjanjiannya." Jawab Dewa lancar.
Nala terdiam sejenak. Apa percakapan mereka menghantui hari-hari Dewa seperti Nala sampai-sampai Dewa mengingat setiap katanya?
Nala menggeleng. " Aku tanya, itu bener kalau semua sikap kak Dewa sama aku hanya pura-pura?"
" Kamu tahu sendiri jawabannya."
" Jawabannya cuma bener atau nggak." Nala berkata.
Dewa menatapnya lama, membuat Nala mencengkram ujung roknya erat-erat. Sebentar lagi...dia ingat...sebentar lagi dan hatinya akan patah untuk kesekian kali. Sebentar lagi...
KAMU SEDANG MEMBACA
ENTWINED [COMPLETED]
Romance"Kamu melepaskanku dan aku melupakanmu. Itu wajar." Mana berhak Nala menyebutnya 'mantan'? Kata Jess, bertemu mantan adalah salah satu hal tersulit yang akan ditemui dalam hidup. Oh bukan! Mana berhak Nala menyebutnya mantan? Lebih tepatnya bekas-or...