" It's hard to fight theese feelings when it feels so hard to breathe." Just a kiss-Lady Antebellum
" Dewa!"
Raya langsung memeluk Dewa begitu laki-laki itu membukakan pintu.
" Ray!" Seru Dewa menjauhkan Raya dari tubuhnya. Normalnya, perempuan itu akan merasa tersinggung. Namun kali ini matanya terpancang pada lengan Dewa yang masih digendong.
" Sakit De? Parah?" Serunya cemas. " Ayah ibu nggak ngebolehin aku ngejaga kamu. Maaf ya. Kamu di rumah sama siapa? Aku dengar Dilla pulang."
Dewa mengabaikannya dan berjalan ke sofa di depan televisi.
" De!!" Rengek Raya di sebelahnya, memeluk erat lengan Dewa yang sehat. Dewa berusaha mengontrol emosinya.
" Lepas, Ray. Badanku masih sakit." Kata Dewa melepaskan diri dari belitan Raya. " Kamu kenapa ke sini? Nggak ada yang ngurus kamu. Aku masih belum bisa ngapa-ngapain."
" Kan ada bi Sumi." Tukas Raya mengedik bi Sumi yang segera ke kamar Raya untuk menata kembali pakaian Raya. " Dilla di sini, ya? Wah! Nggak sabar pingin ketemu adik ipar. Dia pasti seneng dengar kabar kita mau nikah!"
Dewa memejamkan mata seraya memijit dahinya. Yang ada, Dilla akan menghancurkan separo barang di apartemennya.
Saat itu, Raya berteriak hingga Dewa terkejut.
" Kenapa?" Tanya Dewa waspada melihat Raya yang terbelalak dengan kedua kaki ia angkat ke atas sofa.
Gadis itu menunjuk ke bawah meja.
" KECOA!!" Teriak Raya. " KECOAAAA!! BUANG JAUH! DEEEEE, BUANG KECOANYA! AKU GELI!! AKU JIJIK!"
" HAP!"
Belum sempat Dewa berbuat sesuatu. Dafa sudah menabok sang tersangka dengan sapu tanpa ampun hingga sapunya patah jadi dua. Dafa mengangkat sapu dengan hati-hati untuk memeriksa, kemudian ia mendengus.
" Itu bukan kecoa." Ucapnya meraih tisu di atas meja. " Ini ngengat mati, lihat! Sayapnya habis dimakan semut! Pantesan banyak semut di sini." Komentar Dafa seraya mengangkat bangkai si ngengat hitam seukuran jempol tangan yang sekilas memang mirip kecoa dan menunjukkannya pada Raya. Namun Raya yang sudah berdiri di sofa demi menghindarkan diri sejauh mungkin justru mengkeret.
" FAAA, BUANG!" Rengek Raya menatap nyalang bangkai ngengat itu. Ia mengusap-usap pundaknya sembari bergidik.
" Iya iya! Kak Raya berisik! Cuma ngengat aja! Aku buang di luar. Di dalam nanti malah dirubung semut lagi." Ucap Dafa bangkit dan berjalan keluar sambil menenteng sapu yang patah.
Dewa menghembuskan nafas lagi ketika keadaan menjadi tenang.
" Turun, Ray. Bahaya!" Perintah Dewa tegas.
" Nggak mau!" Tolak Raya jahil. Raya justru melompat-lompat di sofa.
Jarang sekali rasanya Dewa marah hingga separah ini. Jika saja Raya sedang tidak hamil, ia yakin dirinya akan tega menyeret Raya keluar dari apartemennya, tidak peduli Raya menjerit-jerit keras.
Dewa bangkit dan menghadap Raya. Wanita itu justru menyeringai lebar. Ia mengira berhasil megajak Dewa bermain.
" Bajumu dibenahin!" Perintah Dewa dingin. Raya menunduk sekilas, kemudian menggeleng.
" Gerah." Rengek Raya masih memantul-mantul.
" Raya! Turun! Kasihan anak kamu!" Tegas Dewa dengan suara meninggi. Raya megerucutkan bibir.
" Anak kita." Katanya tidak terima. Ia berhenti bergerak dan mengulurkan kedua tangannya pada Dewa. " Tolong!"
" Aku nggak bisa, Raya." Dewa berusaha melebarkan kesabarannya yang mulai habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENTWINED [COMPLETED]
Roman d'amour"Kamu melepaskanku dan aku melupakanmu. Itu wajar." Mana berhak Nala menyebutnya 'mantan'? Kata Jess, bertemu mantan adalah salah satu hal tersulit yang akan ditemui dalam hidup. Oh bukan! Mana berhak Nala menyebutnya mantan? Lebih tepatnya bekas-or...