"Letting you go doesn't mean I want to"
" Bu?"
Nala mengerjap, kemudian memfokuskan pandangan pada sosok di depannya.
" Iya? Kenapa?" Tanya Nala berusaha kembali ke masa kini.
Raka mengerutkan kening sekilas, kemudian memutuskan untuk mengabaikan tingkah gurunya yang sering melamun sejak tadi siang. Cowok itu menunjuk ke atas nakas dengan tangannya yang sehat.
" Minum!" Perintahnya. Nala mengangkat alis. Raka mendengus.
" Tolong ambilkan minumnya, Bu Kanala." Kata Raka melengkungkan senyum geram. Nala terkekeh geli. Ia memenuhi permintaan Raka.
" Kapan bisa keluar? Bosen ini! Ck!" Gerutunya setelah menyedot minumannya.
" Kalau dokter udah memperbolehkan kamu keluar." Jawab Nala singkat.
" Aku udah sehat! Bu guru nggak dengar apa kata Gardan? Wilayah kita diserang, bu! Banyak anak dipalak! Dan itu cuma gara-gara aku di sini beberapa minggu!" Protes Raka sebelum menyandarkan punggung pada tempat tidur yang dinaikkan. Cowok itu mendelik kesal pada televisi di depannya.
" Kan ada Ali sama Gardan. Ada yang lain juga." Kata Nala menenangkan.
Ini aneh. Dia harus menenangkan anak didiknya yang lebih memikirkan tawuran daripada ujian akhir semester yang belum diikutinya.
Raka menggeram. " Ini bukan soal menang atau kalah, Bu! Ini soal mempertahankan kehormatan! Ini soal melindungi anak-anak di wila...aduh!!"
Sebuah boneka pokemon kuning gendut sebesar telapak tangan melayang tepat ke dahi Raka. Membuat anak itu terpejam, kemudian lunglai seketika di kasur.
" Upsss!" Seru Gaby menutup mulutnya. Ia menghampiri Raka, " Raka, suer gue nggak sengaja! Rakaaaaa bangun dong! Kaaaaaa...nggak temen nih!!"
Nala terkekeh, kemudian menoleh untuk mendapati Kezia, Ali dan Gardan masuk dengan wajah penuh tanya.
" Rakaaaa!" rengek Gaby. " Bu! Raka koma lagi! Hiks...aku nggak niat kena kepalanya! Duh Kaaa, bangun dong! Masa ketimpuk gitu doang mau mati sih? Lo kesambit mobil aja nggak papa! Jangan mati dong kaaaa!!"
Gaby menggoncang-goncangkan tubuh Raka dengan panik.
Sebuah tangan melayang dari arah belakang Gaby, menjentik pelan belakang kepalanya.
" Gue bakal mati beneran kalau lo nggak berhenti ngegoncang gue!" Celetuk Raka dengan mata terpejam. " Kepala gue masih kocak!"
" Emang pernah nggak kocak?" Cibir Gardan kepanikannya mereda. Ia menjotos lutut Raka.
" Siapa suruh ngomong ngawur! Pingin tawuran segala. Digoncang gitu aja mewek lo!" Sungut Gaby menabok lengan Raka yang sehat, membuat laki-laki itu meringis.
" Gimana hasil ujiannya?" Tanya Nala menengahi. Beberapa waktu yang lalu, anak didiknya menghadapi ujian akhir semester kecuali Raka. Dan sekarang, hasil itu diumumkan.
Kezia menggaet leher Ali hingga anak itu terbatuk. " Ini bu, berandal ini jadi juara satu masa?"
" Gue nggak campur tangan kalau ini!" Kata Gardan mengangkat tangan dan nyengir lebar.
" Beneran lo?!" Seru Raka menegakkan diri dan menatap Ali lekat-lekat.
" Ini..duduuuhh leher gue..." Keluh Ali sembari mengulurkan secarik kertas pada Raka. Raka membacanya sebelum meremasnya dan menatap Ali sumringah.
" Hah? Tobat lo, Li?" Raka tertawa melempari Ali dengan kertas tadi.
" Soalnya Kezia, duduh iya...dia ngancem bakal putus sekolah kalau gue nggak jadi juara satu." Ujar Ali masih berkutat dengan Kezia.

KAMU SEDANG MEMBACA
ENTWINED [COMPLETED]
Romansa"Kamu melepaskanku dan aku melupakanmu. Itu wajar." Mana berhak Nala menyebutnya 'mantan'? Kata Jess, bertemu mantan adalah salah satu hal tersulit yang akan ditemui dalam hidup. Oh bukan! Mana berhak Nala menyebutnya mantan? Lebih tepatnya bekas-or...