-Your POV-
"Hari ini mau berangkat dengan Cheonsa lagi?" Pertanyaan ini kutujukan pada laki-laki kecil yang lahap menyantap roti buatanku di meja sana.
"Iya, Eomma."
Sembari menyiapkan bekal untuknya, juga untuk kakak dan ayahnya, aku hanya menyahut "oke". Untuk hari ini dan beberapa hari sebelumnya, aku tidak lagi mengomel, menyuruh Jeongsan cepat menghabiskan sarapannya atau berhenti bermain dengan Jungwoo sebelum berangkat ke sekolah. Toh, Cheonsa, teman sekolah sekaligus tetangga kami yang baru, biasanya berangkat lebih lama 15 menit dibanding Jungkook.
"Mana bekalku?" Jungkook bertandang ke dapur, baru selesai merapikan penampilannya. Oh! Kecuali dasi yang masih belum terikat dan sekarang menggantung di lehernya.
Tepat di saat itu, aku baru selesai menutup kotak bekalnya, lanjut menutup kotak bekal Taya. "Itu." Aku menunjuk dengan dagu lantaran kedua tanganku kini sibuk menyimpulkan dasi merah di lehernya.
"Dia berangkat dengan teman barunya lagi?" bisiknya dengan mata yang melirik ke arah Jeongsan.
"Begitulah," jawabku. "Kamu dan Taya terlalu cepat, sih."
"Kan harus mampir di banyak tempat. Sekolah Taya, sekolah Jeongsan."
"Iya, iya," aku merespons. "Nah, sudah selesai."
Seraya mengisi botol dengan air, aku mendengar suamiku berkata pada putranya, "Kenapa tidak mau berangkat dengan Appa? Memangnya tidak malu menumpang di mobil Cheonsa terus?"
Kudengar Jeongsan menjawab, "Kenapa malu? Cheonsa tidak melarang. Lee Ajumma juga tidak melarang, malah senang kalau Jeongsan ikut."
"Hari ini hari terakhir, ya, numpang di mobil Cheonsa. Kita kan punya mobil juga."
Kulihat Jeongsanku membersit hidungnya. Tampaknya ia tidak setuju dengan ucapan ayahnya. "Taya Nuna cerewet kalau di mobil. Jeongsan tidak suka."
Jungkook melihatku, menarik napas panjang. Yang dikatakan Jeongsan memang benar. Dan sebagai adik, Jeongsan harus mengalah. Lagi. Terus-menerus.
"Tapi, tetap saja tidak boleh. Pokoknya hari ini terakhir berangkat dengan Cheonsa, ya. Biar nanti Appa yang menegur Nuna supaya tidak cerewet."
Seseorang mencebik. Jeongsan benar-benar tidak suka dnegan keputusan ayahnya.
Begitu persiapan selesai, kuberikan kotak bekal milik suamiku, juga kotak bekal milik putrinya, lengkap dengan botol air masing-masing. Taya mungkin sudah memakai sepatu, malas melepasnya lagi hanya untuk mengambil kotak bekal dan botol airnya. Anak itu.
"Aku berangkat." Jungkook mengecup sekilas keningku. "Jeongsan, belajar yang baik di sekolah."
Hanya mulut manyun yang Jeongsan berikan untuk ayahnya.
***
-JK's POV-
Sore hari biasanya kulewatkan dengan duduk santai atau menemani Jungwoo menonton kartun. Namun, sore ini, aku melewatkan soreku dengan hal yang tidak biasa—mengintip Jeongsan yang belajar bersama Cheonsa.
Oke, ini memang agak kurang kerjaan, tapi ... aku penasaran.
Apa yang mereka berdua lakukan? Tawa-tawa renyah itu terdengar nyaris tanpa henti. Mereka belajar atau sedang membaca cerita lucu, sih?
Dan, tahu apa yang aku lihat?
Jeongsan sedang melakukan membuat mimik wajah bodoh yang terlihat lucu bagi Cheonsa. Tuh, kan? Kubilang mereka tidak belajar—ah, atau mungkin sudah selesai belajar. Tapi, kenapa Jeongsan-ku bertingkah bo—tunggu! Dia ... tidak sedang menyukai anak perempuan itu, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
JEON FAMILY STORIES SEASON 3 [SUDAH TERBIT]
Fanfiction#75 dalam FANFICTION - 20170930 Season ketiga dari kumpulan cerita yang ringan dan manis tentang keluarga kecil kamu dengan Jeon Jungkook dan anak-anak kalian--Jeon Taya, Jeon Jeongsan, dan Jeon Jungwoo