"Cha! Pegang tangan Appa."
Turun dari mobil, aku berjalan menuju gedung sambil menggenggam tangan mungil putra bungsuku. Hari ini, dia terpaksa ikut bersamaku sebab kamu harus ke Busan bersama Ara Nuna--masih dalam rangka pengembangan bisnis yang dijalankan bersamamu. Pengasuh anak di rumah Ara Nuna--yang biasanya turut mengurus anak-anak jika kamu pergi ke luar kota bersama kakakmu--juga sedang cuti. Jadi, aku tidak mau merepotkan Ryu Hyungsuami Ara Nuna.
Dengan tas beruang yang berada di punggungnya, aku mengajak Jungwoo berjalan menuju lift. Hampir semua orang yang berpapasan dengan kami, mampir sekadar menyapaku, terlebih menyapa Jungwoo. Jika Taya dan Jeongsan akan senang-senang saja bertemu dengan orang-orang di kantor, Jungwoo malah sebaliknya.
"Aaa! Jangan centuh (sentuh)!" Jungwoo menegur seorang staf perempuan dari divisi humas yang bersama kami di dalam lift.
“Manajer-nim, anak Anda galak.”
Aku memperhatikan wajah Jungwoo. Wajahnya kusut, lengkap dengan tatapan yang mengawasi stafku--sepertinya dia berjaga-jaga kalau staf tersebut menyentuh pipinya lagi. "Jungwoo, dia Saeri Nuna. Dia bekerja dengan Appa."
"Annyeong, Jungwoo. Aku Saeri Nuna."
Sekali lagi Saeri hendak menyentuh pipi Jungwoo, tapi anakku itu malah berteriak. Dan, teriakannya semakin sering saja terdengar begitu aku tiba di bagian humas dan seluruh staf mengalihkan perhatian padanya. Ya, Jungwoo memang baru kali ini kuajak ke kantor. Jadi, jangan tanyakan betapa banyak staf-stafku--utamanya yang perempuan dan masih muda--menghampirinya.
Pagi ini, Jungwoo sukses jadi artis di divisi humas.
Artis yang galak.
Dan, sulit didekati.
***
Aku tengah membaca sebuah laporan, sedangkan Jungwoo duduk manis di sofa ruanganku bersama sebuah robot dan boneka beruang mini--jangan tanya mengapa aku membawakan boneka beruang itu. Belakangan, Jungwoo sangat menyukai benda berwarna krem tersebut. Tepat di saat aku selesai menandatangani laporan tersebut, telepon di atas mejaku berdering. Telepon dari sekretarisku, Bona.
"Ya?"
"Manajer Jeon, Direktur Bang ingin bertemu dengan Anda sekarang."
Aku mengalihkan pandanganku ke sisi kiri. Jungwoo masih bermain dengan mainannya. Duh! Bagaimana ini, ya? Aku tidak mungkin mengajak Jungwoo ke ruangan Direktur Bang.
"Memangnya ada apa?"
Aku berharap bukan sesuatu yang mendesak.
"Tentang rencana kegiatan sosial yang akan dilakukan, Manajer."
Aku menghela napas panjang. Itu sesuatu yang penting sebab berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Tapi, bagaimana dengan Jungwoo? Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian di sini.
"Bona?"
"Ya, Manajer?"
"Kau bisa menemani Jungwoo di ruanganku selama aku bertemu Direktur Bang?"
Bukan hanya alasan ingin ke ruang direktur sehingga aku meminta Bona menemani Jungwoo. Bona sudah biasa datang ke rumah dan bertemu Jungwoo--ya, walaupun Jungwoo tidak mau disentuh olehnya. Lagi pula, Bona itu terlihat menyukai Jungwoo--dalam arti gemas, tampaknya. Jadi, ya Bona tampaknya orang yang tepat.
"A-ah, ba-baiklah, Manajer."
Mungkin tidak begitu tepat karena Bona sendiri tampak ragu. Tapi, aku tidak punya pilihan lain.
"Ya, sudah. Masuk ke ruanganku sekarang."
Begitu Bona masuk, kubilang padanya untuk mengalihkan perhatian Jungwoo dan menemaninya selama aku di ruang direktur. Gadis itu terlihat ragu. Ya, mengingat bagaimana Jungwoo menolaknya setiap kali datang ke rumah--termasuk pagi tadi saat Jungwoo baru datang, tampaknya aku baru saja memberikan tugas sulit padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEON FAMILY STORIES SEASON 3 [SUDAH TERBIT]
Fanfiction#75 dalam FANFICTION - 20170930 Season ketiga dari kumpulan cerita yang ringan dan manis tentang keluarga kecil kamu dengan Jeon Jungkook dan anak-anak kalian--Jeon Taya, Jeon Jeongsan, dan Jeon Jungwoo