DESIGNER CHO

7.3K 937 163
                                    

Aku duduk di teras belakang, memangku sebuah buku sketsa. Tanganku kanannku menggerakkan pensil, membuat garis dan arsiran sedemikian rupa sehingga pola sebuah pakaian terlihat. Setelah dari Busan dan bertemu dengan beberapa teman-teman Ara Eonni yang bekerja sebagai desainer, aku seakan mendapat inspirasi. Aku mulai terpikir untuk membuat desain baju, alih-alih hanya menjual pakaian saja.

Aku tidak punya banyak pengalaman dan pengetahuan di bidang tata busana. Tetapi, aku pernah mengikuti kursus menjahit selama enam bulan. Aku juga pernah membaca beberapa buku mengenai tata busana kepunyaan Ara Eonni. Jadi ..., kupikir mungkin aku bisa mencoba sesuatu yang baru. Yaaa, walau kuakui sketsa yang kugambar tidak sebagus sketsa milik teman-teman Ara Eonni.

"Uh? Gambar apa, Eomma?" Sejenak kualihkan pandanganku ke asal suara. Putriku menghampiri bersama gelas berisi sirup di tangannya. "Eomma sedang ingin membuat pakaian?" tanyanya, duduk di sebelahku sembari melongokkan kepalanya untuk melihat lebih dekat buku sketsa di pangkuanku.

"Y-ya ... begitulah." Aku agak gugup. Bagaimanapun, Taya lebih pandai menggambar dariku. Jadi, aku sedikit minder dengan hasil goresan garis demi garis yang dibuat oleh tanganku. "Bagaimana menurut Nuna? Bagus?"

Aku memperlihatkan desain baju one-shoulder berwarna hijau tosca. Bagian bawahnya bergelombang dengan hiasan pita-pita di setiap ujung lengkungannya. Di bagian pundak kuberikan hiasan bunga-bunga.

"Mmm ... lumayan." Aku tahu dia cuma tidak mau membuatku kecewa. "Tapi, tampaknya Eomma harus menggambar lebih banyak lagi."

Tuh, kan?

"Baiklah."

"Eomma baru menggambar satu?" tanyanya.

"Ada sih beberapa lainnya."

Seperti seorang teman yang memperlihatkan karya pada temannya, aku memperlihatkan sketsa busana yang telah kugambar sebelumnya pada putriku. Aku meminta pendapatnya, seakan dia orang yang paham tentang fashion.

"Eomma, ini terlihat aneh. Tampaknya bagian bawahnya tidak perlu dilipat-lipat."

"Eomma, ini bagus."

"Eommaaa, baju seperti ini terlihat kuno."

Well, mungkin dia paham sedikit. Atau, dia hanya memberi pendapat berdasarkan penglihatannya. Atau, mungkin gambarku juga yang tidak begitu bagus ... hahaha. Dari total empat gambar yang kuperlihatkan padanya, hanya ada satu yang katanya bagus.

Hah! Tampaknya aku harus bekerja keras jika benar-benar ingin menjadi desainer.

***

"Kau serius ingin menjadi desainer?" Suamiku terdengar kaget saat aku bilang bahwa aku ingin menjajal kegiatan baru—mendesain pakaian.

Sementara aku mencuci piring, Jungkook tengah duduk di meja makan, menyantap puding sebagai pencuci mulut setelah makan malam. "Iya. Tampaknya pekerjaan itu menyenangkan. Aku ingin mencobanya. Boleh, ya?"

"Apa ini bukan keinginan yang bersifat sementara? Maksudku, kamu kan bilang kalau kau tiba-tiba ingin menjadi desainer setelah bertemu dengan teman-teman Ara Nuna. Bisa saja ini hanya keinginanmu yang menggebu setelah mendapat pengetahuan baru."

"Tidak kok." Aku berhenti mencuci sebentar untuk melihat ke arahnya. "Aku benar-benar ingin mencoba dunia baru ini—mendesain. Ini bukan keinginan sementaraku. Aku yakin."

"Yang benar?"

"Tentu saja. Kau hanya perlu memberiku kesempatan."

Jungkook menghampiriku dengan piring kosong yang baru saja ia letakkan di dalam bak cuci piring. "Tidak. Kau jadi istri dan ibu yang baik saja, oke? Ya, sebagai pemilik olshop yang sukses juga. Tidak perlu menjadi desainer."

JEON FAMILY STORIES SEASON 3 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang