SHAKE IT UP

9.1K 1K 122
                                    

"Loh? Kenapa makannya cuma satu?" tanyaku tatkala kulihat Jeongsan hanya memakan satu slice pizza, lalu bergerak menuju kamarnya. Meninggalkan seluruh anggota keluarganya dan dua kotak pizza.

"Tidak apa-apa, Eomma," sahut Jeongsan lantas melanjutkan langkahnya menuju kamar setelah terhenti untuk menjawab pertanyaanku.

Aku masih memandangi putraku itu hingga ia menghilang di balik pintu kamarnya. Entahlah. Selama dua hari belakangan ini dia terlihat tidak bersemangat. Setiap kali aku menanyakan apa yang terjadi, dia hanya berkata tidak apa-apa. Namun, tingkahnya yang tidak sesemangat biasanya membuatku merasa ada apa-apa.

"Jeon-a?" panggilku pada pria yang sibuk mengunyah pizza di dalam mulutnya.

Bukannya merespons dengan ucapan, suamiku hanya menoleh, memperlihatkan pipinya yang menggembung karena penuh makanan. Kedua alisnya yang terangkat seakan melukiskan pertanyaan, "Ada apa?"

"Jeongsan," kataku. Sejak aku menyadari keanehan Jeongsan, aku langsung menceritakan hal itu pada ayahnya. "Sepertinya dia memang sedang mengalami sesuatu."

"Mhemhangnyhah dhia sudhah bhilangh?" tanyanya, lalu menelan makanan di dalam mulutnya. "Dia tumben loh makan satu iris. Biasanya satu kotak."

"Makanya itu, aku curiga terjadi sesuatu padanya, tapi dia tidak mau bilang. Menurutmu apa, Jeon-a?"

Seraya mengambil satu iris pizza—itupun setelah berebutan dengan Jungwoo, dia berkata, "Entahlah. Mungkin dia sudah menghilangkan sesuatu. Coba cek apakah kotak bekal, sendok, atau tempat airnya dia bawa pulang? Dulu aku seperti itu kalau lupa membawa pulang botol air minum dan malah hilang di sekolah. Aku pura-pura lesu supaya tidak dimarahi."

Aku memutar kedua bola mataku jemu. "Ish! Kotak bekal, sendok, dan botol airnya masih ada. Pasti bukan itu. Kurasa sesuatu yang lebih serius."

"Misalnya?"

"Melempar seseorang dengan sepatu?"

Suamiku mendengus, lalu menarik pipiku sambil berucap, "Itu sih kamu, Junmi."

Terus apa?

Apa yang terjadi pada anakku?

***

"Jeongsan pulang."

Aku sedang memirsa drama seraya menemani Jungwoo yang sedang asik berjoget-joget ria mengikuti gerakan pada video anak-anak di ponselku ketika kudengar suara putraku. Segera kualihkan atensiku ke arah kamarnya. Dia baru saja masuk ke sana.

"Jeongsan mau makan?" tanyaku, menghampirinya di kamar.

Jeongsan yang tengah mengganti pakaiannya itu menggeleng pelan.

"Bekalnya habis, tidak?"

Alih-alih menjawab, putraku malah memilih naik ke tempat tidurnya dan berbaring memunggungiku di sana. Dengan inisiatif sendiri aku mengeluarkan kotak bekal dari tas bermotif power ranger miliknya. Uh? Tidak dimakan?

"Ya! Jeon Jeongsan, kenapa kamu tidak makan?"

Lagi-lagi pertanyaanku diabaikan. Aku lantas mendekatinya. Duduk di tepi tempat tidurnya.

"Ya! Jeongsan kenapa, sih? Jeongsan sakit? Ada masalah di sekolah?" tanyaku. "Belakangan Eomma lihat Jeongsan tidak bersemangat. Jeongsan juga jadi malas makan. Ada apa?"

Tidak ada jawaban.

"Ya!" Aku menggoyakan kakinya. "Jeongsan, jawab Eomma. Jeongsan kenapa? Jangan membuat Eomma khawatir."

Masih diam. Aish! Anak ini.

"Ya, sudah," tuturku, "kalau Jeongsan tidak mau menceritakannya sekarang, tidak apa-apa. Tapi, kalau Jeongsan sudah siap memberitahukan sesuatu yang membuat Jeongsan seperti ini, Jeongsan datang saja pada Eomma, oke?"

JEON FAMILY STORIES SEASON 3 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang