⭐6

2.1K 116 7
                                    

Sudah menjadi kebiasaan Zidan, jika setiap hari minggu bangun siang. Entah sifat warisan dari siapa. Padahal, ayah dan bunda nya, serta dua kakak nya, tidak pernah bangun siang seperti Zidan.

Ya. Zidan adalah anak terakhir alias anak bungsu.

Kakak pertamanya perempuan, namanya Athiya Putri. Sekarang sedang kuliah di salah satu Universitas ternama semester 3 jurusan Sastra.

Kakak keduanya itu laki-laki. Jangan remehkan ketampanannya. Namanya Devan Triansyah. Ia satu SMA dengan Zidan, sekarang kelas 12 IPA. Dulu, pernah menjabat sebagai ketua tim futsal.

"ZIDANN!!" terdengar teriakkan dari balik pintu kamar Zidan.

Zidan pun langsung membuka matanya.

"Apaan, Dev? Gue masih ngantuk, woy!" sahut Zidan dari dalam kamar.

Devan yang mendengar sahutan Zidan, kembali menggedor pintu kamar Zidan tanpa henti.

Akhirnya, Zidan pun pasrah dan segera bangun, lalu beranjak ke arah pintu kamarnya.

Zidan membuka pintunya.

"Lo berisik banget sih, Dev!"

"Yaelah. Noh dibawah sana ada Ayah, baru pulang. Siap-siap deh, lo kena marah!" ucap Devan sambil terkekeh, lalu pergi begitu saja meninggalkan Zidan yang masih melongo.

Tanpa menunggu apapun, Zidan langsung berlari ke bawah menuruni tangga.

Zidan selalu takut dengan ayah nya, karena ayah nya selalu keras dalam mendidik Zidan dan kedua kakak nya.

"Ekhem.. Gimana sekolah kamu?" tanya ayah nya saat Zidan baru turun dari tangga.

"Ya.. Seperti itulah, Yah!" jawab Zidan santai, padahal dalam hati nya ia sangat was-was jika ayah nya bertanya tentang pelajaran, permasalahannya di sekolah, dan lain sebagainya.

"Seperti itu bagaimana?"

Zidan mati kutu.

"Ehm.. Ya.. Begitu, Yah!" jawab Zidan menahan gugup setengah mati.

"Begitu gimana? Kamu masih sering mampir ke ruang BK?" ayah Zidan kembali menyerang dengan pertanyaan yang membuat Zidan gugup setengah mati.

"Eng.. Enggak kok, yah, malah aku sekarang rajin mampir ke perpustakaan."

"Ke perpustakaan?buat baca, atau buat onar?"

Zidan mengumpat dalam hati, karena pertanyaan ayah nya yang terlalu berbelit.

"Baca buku lah, yah."

"Oh, yasudah, kalau gitu kamu lanjutkan tidur kamu."

"Kok? Ayah tumben gitu?" Zidan nampak keheranan, karena tak pernah ayah nya bersikap seperti itu kepada Zidan.

"Tidur lagi aja, uang jajan kamu ayah potong. Tenang aja."

Zidan mendengus kesal, lalu beranjak untuk ke dapur.

Ayah nya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak bungsu nya itu yang tidak pernah berubah.

🔲🔳🔲

Keheningan tercipta di antara Yudha dan Nayla.

Ya, sekarang Nayla sedang berada di dalam mobil yang sedang dikendarai oleh Yudha. Entah, ia sendiri tidak tahu Yudha akan membawa nya kemana.

"Nay.." Yudha memecahkan keheningan.

Nayla menoleh, "apa?" sahut nya agak ketus.

Olvidarse [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang