Disinilah Nayla dan Firsya berada. Di apartemen milik Dilla.
"Lo ngapa lagi ngajak kita main kesini?gue ngantuk, mau tidur." keluh Firsya.
Dilla menatap Firsya sebal. "Gue mau cerita!" seru Dilla.
Nayla hanya diam saja.
"Cerita apa?Rifan?Farhan?Andrean?paling enggak jauh-jauh dari para doi lo!" sahut Firsya kesal.
"Bukan, bego!"
Nayla hanya menyimak Firsya dan Dilla yang sedang berdebat, hingga handphone -nya berdering tanda ada yang menelepon.
Nayla beranjak menjauh dari Firsya dan Dilla, lalu melihat nama Zidan tertera di layar handphone -nya. Nayla menggeser tombol hijau.
"Halo?"
"Kenapa?tumben lo nelpon gue?"
"Kangen hehe... enggak apa-apa. Btw, lo dimana?"
"Gue di apartemen Dilla. Emang kenapa?"
"Bisa ketemuan?"
Nayla menautkan alisnya. Heran dengan sikap Zidan yang tiba-tiba berubah menjadi manis.
"Lo... Kesambet apa?kok jadi gini?"
"Hah?"
"Enggak. Ketemuan dimana?"
"Entar gue kirim lokasi."
"Oke."
Sambung terputus. Nayla kembali kepada Firsya dan Dilla.
"Woi!kita mau di traktir Zidan."
Firsya dan Dilla yang sedang heboh bermain Ludo di iPad Firsya, langsung menoleh. "Serius?dimana?" tanya Dilla heboh.
"Lo bilang mau cerita!"
"Entar aja, deh!" jawab Dilla.
Nayla dan Firsya hanya mengangguk, lalu berjalan keluar dari apartemen Dilla. Tidak lupa pula Dilla mengunci pintu apartemen nya.
Setelah itu, mereka memesan taksi online ke alamat yang baru saja Zidan kirim. Café yang cukup terkenal di kalangan anak muda zaman sekarang.
🔳🔲🔳
Sesampainya mereka bertiga di café tersebut, Nayla langsung menyapu pandangannya ke seisi café, dan mendapati Zidan sedang duduk berdua dengan... Seorang perempuan.
"Itu... Zidan sama siapa?" tanya Firsya yang ternyata sudah menemuka Zidan.
"Cewek kayaknya." jawab Dilla.
Firsya mendengus kesal menanggapi Dilla.
"Jadi dia mau traktir kita buat ngasih peje, gitu?" tanya Nayla.
Firsya dan Dilla menoleh ke Nayla. "Lo... Gak cemburu kan, Nay?" tanya Dilla.
Nayla menatap sinis ke arah Dilla. "Udah yuk. Samperin aja!" seru Nayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Olvidarse [TAMAT]
Teen FictionNayla sadar kalau ia salah menaruh perasaan. Nayla sadar kalau perasaannya akan sia-sia. Seharusnya dari awal Nayla berhenti, namun hati dan pikiran Nayla tidak sejalan. Pikiran Nayla menyuruh berhenti, tetapi hati Nayla tetap tertuju kepada orang i...