⭐28

1.1K 49 18
                                    

Ketika mereka sampai di rumah sakit, tanpa menunggu siapapun Nayla langsung berlari begitu saja meninggalkan Firsya, Dilla, dan Indri.

Firsya yang melihat itu langsung mengejar Nayla tampa memedulikan teriakan Dilla dan Indri.

"Nayla!"

"Nayla tunggu dulu!"

Nayla berhenti.

"Lo main nyosor aja. Emang lo tau kak Yudha dimana?"

Nayla menggeleng.

"Dia di ruang ICU. Kita tunggu Dilla sama Indri dulu." ucap Firsya.

Seolah teringat akan sesuatu, Nayla langsung merogoh saku jaketnya dan ternyata kosong. "Mampus!gue lupa bawa handphone gue!" seru Nayla.

Firsya menoleh. Lalu mengernyitkan dahinya.

"Lo mau nelpon seseorang?"

"Ya. Kak Audya lebih tepatnya!"

Firsya mengambil handphone miliknya yang berada di dalam jaket almameter nya. "Nih pakai handphone gue aja!"

Sambil berjalan memasuki kawasan rumah sakit, Nayla tak henti-hentinya menghubungi nomor Audya yang sedaritadi tidak aktif. Karena lelah, Nayla menghentikan aktifitasnya.

"Kenapa?" tanya Dilla yang tiba-tiba muncul.

"Mana Indri?" tanya Firsya tak menanggapi pertanyaan Dilla.

"Nelpon Zidan."

Firsya mengangguk, lalu menyusul Nayla yang sudah berjalan duluan.

🔳🔲🔳

Rama tahu apa resiko atas perbuatannya. Mungkin saja ia di penjara atau di hukum mati.

Tetapi bagaimana ia harus menjelaskan kepada semuanya? Apa ia harus mengaku saja? Atau menunggu semuanya terungkap?

Rama tidak mau berpikir panjang, ia sedang tidak ingin mengurusi apa yang akan terjadi kepada dirinya nanti. Sekarang yang ia pentingkan adalah nyawa Yudha.

"Kak Rama!"

Rama menoleh dan mendapati Nayla tengah berlari kearahnya. Bukannya tersenyum atau menyambut, yang ada malah wajah Rama berubah cemas. Ia takut jika Nayla dan yang lain tahu apa yang sebenarnya terjadi, Rama akan dibenci.

"Kak?"

Lamunan Rama buyar.

"Gimana kak Yudha?" tanya Nayla dengan nada cemas.

"Lo apain kak Yudha!?" suara seorang perempuan menggelegar di koridor rumah sakit yang sepi ini.

"Firsya! Jangan emosi dulu!" ucap Dilla sambil menahan lengan Firsya.

Firsya melepaskan cekalan Dilla di tangannya, lalu berjalan mendekat kearah Rama.

"Jangan dekat-dekat gue! Gue enggak mau lo celaka juga!" tegas Rama.

Langkah Firsya terhenti, sedangkan Nayla dan Dilla menampilkan wajah terkejut.

"Ma-maksud lo? Maksud lo apa!?" suara Firsya kembali menggelegar.

Rama hanya terdiam.

"Jangan bilang lo..."

"Iya! Gue yang buat Yudha kritis!"

Olvidarse [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang