⭐15

1.3K 57 3
                                    

"MASALAH LO SAMA GUE!JANGAN GANGGU DIA, BANGSAT!"

Perkataan Andrean pun terputus, karena terdengar teriakkan seseorang.

Andrean pun membalikkan tubuhnya untuk mengetahui siapa orang yang berani berteriak tadi.

"Masih berani lo?" tanya Andrean kepada lelaki itu dengan nada meremehkan.

Lelaki dengan alis tebal itu pun hanya menaikkan sebelah alisnya, "sejak kapan gue takut sama lo?" tanya nya balik.

Andrean terdiam.

"Kalo lo emang berani, kenapa lo pindah ke SMA Universal?kita semua butuh lo, Ram!"

Ya, lelaki itu adalah Rama.

Rama hanya tersenyum sinis sambil memberikan sorot mata tajamnya kepada Andrean.

Firsya sedari tadi hanya menyaksikan perdebatan antara Rama dan Andrean.

"Butuh?bukannya gue udah gak berarti lagi buat kalian?" tanya Rama enteng.

Andrean hanya meneguk ludahnya kasar, ia tahu betapa bengis nya Rama jika emosinya sudah tak tertahankan lagi.

"Bukannya kalian semua pernah bilang bahwa gue itu cuma cowok yang gak bisa apa-apa?gue itu cuma cowok cemen yang gak berani ngasih serangan kepada musuh gue?gue itu cuma cowok penakut yang gak bisa diajak tawuran?"

Andrean kembali terdiam, begitu juga dengan Firsya dan dua orang anak buah Andrean tadi.

Rama melangkah maju mendekati Andrean. Andrean mundur seiring dengan langkah Rama yang terus mendekat ke arahnya.

"Lo tenang dulu, Ram!" bentak Andrean berusaha melawan rasa takutnya.

Langkah Rama pun terhenti, begitu juga dengan langkah Andrean.

Bugh!

Satu tinjuan mendarat telak di wajah Andrean.

"Jadi, lo pindah cuma gara-gara itu doang!?"

"Gue pindah karena gue muak!gue muak sama tingkah kalian yang seenaknya datang ke gue pas cuma lagi butuh!giliran kalian semua sedang bahagia, gue dibuang begitu aja!" Rama menarik nafasnya, sepertinya ia akan melanjutkan lagi kata-katanya, "dan gue pindah karena gue gak mau lagi terlibat dalam tawuran konyol yang kalian buat itu!sekarang lo minta apa?" Rama mengakhiri perkataannya dengan pertanyaan.

Benar dugaan Firsya, jika SMA Abdi Jaya merupakan SMA yang paling suka tawuran.

"Gue minta, SMA Universal tunjukkin kemampuannya!"

"Gue sih, oke aja. Gini, besok lo ajak anak buah lo temuin gue di café dekat SMA Abdi Jaya."

Andrean hanya mengangguk tanda ia setuju.

"Cabut!" ajak Andrean kepada dua anak buahnya tadi.

Setelah hilang di belokan sebuah gang, Rama langsung menghampiri Firsya.

"Pulang. Sebentar lagi mau maghrib, gak baik," Rama berujar dengan nada dingin.

Firsya mengangguk sambil mulai berjalan lagi. Firsya merasa ada yang berbeda dengan Rama, jika ia lihat Rama bersama Yudha atau temannya yang lain, maka yang terlihat adalah sifat selengekan cowok itu. Sedangkan sekarang, sifat qdinginnya tak tertolongkan.

Baru berapa langkah berjalan, Firsya mendengar suara deruman motor di sampingnya.

"Cepet naik."

Firsya menoleh, "eh?"

Tanpa menunggu apa-apa lagi, Firsya langsung naik ke atas motor Rama.

🔲🔳🔲

"Bohong lo mah Fir."

Firsya berdecak kesal, "gue serius, Nay!" geram Firsya.

Firsya menceritakan kejadian tadi kepada Nayla di sebuah café dekat sekolah mereka, dan juga mereka sekalian mengerjakan tugas sambil menumpang wifi di café tersebut.

"Yaudah deh, simpan dulu ceritanya, kita tunggu Dilla datang."

Firsya mengerucutkan bibirnya tanda ia kesal kepada Nayla dan juga Dilla. Apalagi Dilla yang ngaret.

"Dilla mana lagi?udah hampir jam delapan malem ini, tapi belum kelihatan tuh batang hidungnya." keluh Firsya, lalu mendengus sebal.

"Hai!wazzap, girl!"

Nayla dan Firsya pun terlonjak kaget.

"Ih, Dilla!udah ngaret, pakai kagetin pula!" Nayla berucap dengan nada kesalnya.

Firsya memutar bola matanya kesal, "lama banget lo. Terus tadi di antar siapa?" tanya Firsya.

Dilla hanya menyengir tak jelas.

"Rangga."

Sontak, Nayla dan Firsya pun membulatkan mata tak percaya.

"Rangga?anak basket yang playboy itu, kan?" tanya Nayla tak percaya.

Dilla menyengir lagi, "udah, ah!sekarang, ada perlu apa kita kesini?" tanya Dilla langsung.

Firsya menggaruk kepala nya yang tak gatal.

"Firsya lagi dekat sama kak Rama." jelas Nayla singkat.

"HAH!?" mulut Dilla menganga lebar, dan beberapa pengunjung café tertawa dan ada juga yang risih melihat tingkah Dilla.

"Gak usah mangap juga kali, Dill," Firsya berujar.

Dilla hanya tersipu malu.

"Coba ceritain sama gue, Fir," pinta Dilla.

Firsya pun meceritakan ulang kejadian tadi, dan ditanggapi oleh anggukan dari Dilla. Sedangkan Nayla hanya menyimak kembali, karena tadi ia sudah mendengarkan cerita Firsya lebih dulu daripada Dilla.

Dilla pun mengangguk, "jadi intinya, kak Rama tu pindah ke sekolah kita karena ada masalah di SMA Abdi Jaya?" tanya Dilla.

"Bisa dibilang begitu, tapi gue masih penasaran gitu. Gue pengen nanya ke dia pas lagi di motor tadi, tapi takut dikira mau tahu banget soal privasi nya dia." jawab Firsya.

"Gue juga salut saat lo berusaha ngelawan omongan si Andrean loh, Fir!" seru Nayla.

Firsya hanya tertawa, "itu juga gue sebenernya takut setengah mati, Nay."

Setelah itu, mereka melanjutkan mengerjakan tugas kelompok mereka sambil sesekali tertawa jika Firsya atau Dilla melemparkan sebuah lawakan.

🔳🔲🔳

Alhamdulillah, update.
Oke gais, jadi sekarang author punya jadwal update, yaitu setiap hari Rabu.
Tapi itu kalau author ga sibuk.
Tapi Insha Allah tetap diusahain update setiap hari Rabu.
Oke, ditunggu vomment dari kalian,
Tengkyu😜

Olvidarse [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang