Ready?
"Hah? Kenapa?" tanya Firsya
"Itu mobil Andrean anjir!"
Semua menoleh kearah Dilla, lalu menoleh lagi ke belakang. "Ngebut Dan! Ngebut!" seru Firsya.
Zidan pun menuruti perkataan Firsya, meskipun terlihat mulut Firsya dan Indri yang komat-kamit entah membaca doa atau bersumpah serapah.
Saat Zidan sedang melajukan mobil dengan kecepatan diatas rata-rata, tiba-tiba sebuah motor ninja hijau berhenti tidak jauh dari mobil mereka dan akhirnya Zidan pun menginjak pedal rem.
"Bangsat! Itu siapa sih?" seru Firsya kesal.
"Bentar! Gue aja yang turun!" ucap Zidan, lalu membuka pintu mobil dan keluar.
Firsya tak henti-hentinya mengumpat dan mengucapkan kata-kata kasar saking kesalnya, dan begitu juga Nayla.
Dilla hanya mendengus. "Hello! Ayolah! Percuma kalian ngumpat dan ngatain Andrean enggak jelas kayak gini. Orangnya juga enggak denger!"
Nayla dan Firsya pun diam, dan Indri hanya memutar bola matanya malas.
Keadaan kembali hening semua kembali fokus kedepan memerhatikan Zidan yang tampak berbicara serius dengan orang yang wajahnya masih tertutup helm itu.
"Oh ya! Telepon polisi, goblok!" seru Dilla.
"Tumben pinter cuk?" ejek Firsya sambil merogoh saku celana jeans miliknya.
Firsya yang tampak sedang fokus menelpon, dikejutkan oleh teriakan dari Indri dan semua menoleh kearah Indri.
"Apaan sih? Pasti karena oppa-oppa lo itu?" tanya Nayla kesal.
"Bukan! Kalian lihat kedepan!"
Semua kembali melihat kedepan.
"Kenapa?" tanya Nayla yang tak merasa ada yang aneh.
"Itu si cowok ber- helm itu bawa pisau di tangan kanannya!"
Semua pun fokus ke tangan kanan sang cowok yang berada di balik punggungnya.
"Eh iya!" seru Dilla akhirnya.
Dan benar saja, tidak lama kemudian...
"ZIDAN!" teriak Indri.
🔳🔲🔳
3 bulan kemudian
"Ih enggak seru jadi anak kelas 12!" gerutu Dilla.
Nayla dan Firsya mendengus mendengar keluhan Dilla daritadi.
"Yaudah sih kalau lo enggak mau jadi anak kelas 12, lo pindah lagi aja ke kelas 11!" seru Firsya kesal dengan keluhan Dilla.
Dilla merengut.
"Gue masih belum bisa ngelupain kejadian waktu itu." ucap Nayla tiba-tiba yang membuat Firsya dan Dilla menoleh kearah Nayla yang sedang mengaduk-aduk es kepal milo.
Firsya dan Dilla saling pandang. Seolah mengerti dengan maksud Firsya, Dilla angkat bicara. "Nay... Gue mau ngomong, tapi sumpah gue enggak maksud apa-apa. Kalau lo enggak mau es kepal milo itu, gue sama Firsya bisa habisin itu kok!"
"Bukan itu yang gue maksud, goblok!" ucap Firsya yang semakin dongkol dengan Dilla.
Nayla tertawa. "Kok gue jadi inget pas kak Rani ngelabrak lo, Fir. Gue ngakak sumpah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Olvidarse [TAMAT]
Fiksi RemajaNayla sadar kalau ia salah menaruh perasaan. Nayla sadar kalau perasaannya akan sia-sia. Seharusnya dari awal Nayla berhenti, namun hati dan pikiran Nayla tidak sejalan. Pikiran Nayla menyuruh berhenti, tetapi hati Nayla tetap tertuju kepada orang i...