⭐12

1.4K 68 11
                                    

Akhirnya, Yudha dan Zidan pun keliling untuk mencari Rama.

"Itu Rama!" tunjuk Yudha.

"Mana?"

Yudha tak merespon pertanyaan Zidan.

"Ram!"

Rama pun menghentikan langkahnya.

"Udah lo? Gimana?"

"Bukan. Lo disuruh bu Ratna ikut juga."

Rama pun mendadak melongo, "kok? Gue juga diajak?"

Zidan tanpa menunggu apa-apa lagi, langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Rama dan Yudha pun jalan beriringan menuju ruang BK.

Sesampainya mereka di ruang Konseling, Rama langsung menunduk ketika melihat tatapan tajam dari bu Ratna.

"Duduk kalian bertiga!" perintah bu Ratna dengan suara tinggi.

Mereka bertiga langsung duduk di hadapan bu Ratna.

"Rama. Disini kamu akan menjadi saksi. Siapa yang duluan memulai semua ini?" tanya bu Ratna, kali ini dengan suara biasa.

Rama menoleh ke arah Zidan, "dia duluan, bu. Entah tanpa ada apa-apa, dia langsung nyerang Yudha."

Yudha menyeringai kepada Zidan, dan Zidan hanya membuang muka.

"Ibu belum tau bagaimana sifat asli dari sang mantan ketua Osis ini!" seru Zidan penuh penekanan.

"Diam! Sekarang Zidan, coba jelaskan mengapa kamu tiba-tiba memukul Yudha?"

Zidan pun menjelaskan awal mula kejadiannya, mulai dari Yudha yang meminjam bola, hingga ia menyerang Yudha.

"Nah kalo gitu, apa alasan lo nyerang Yudha?" tanya Rama.

Zidan tak menanggapi.

"Zidan dan Yudha, berikan surat panggilan ini kepada orang tua kalian, dan besok orang tua kalian harus datang!" seru bu Ratna sambil memberikan sebuah surat panggilan kepada Yudha dan Zidan.

Yudha dan Zidan lantas mengangguk.

"Kalian sekarang boleh keluar. Tapi ingat! Jangan buat onar lagi!"

Mereka bertiga pun keluar dari ruang BK.

🔲🔳🔲

Bel pulang sekolah berbunyi.

"Temenin gue ke kelas kak Yudha dulu, ya..." Nayla bersemangat.

Firsya dan Dilla hanya mengangguk tanda setuju.

Selama berjalan menuju ke kelas Yudha, yang ada dipikiran Nayla hanyalah Yudha.

"Nay, lihat dulu kesana!" seru Dilla sambil menunjuk sesuatu.

Nayla pun langsung menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Dilla.

Boom!

Yudha menggandeng tangan Audya! Itulah yang Nayla lihat.

Entah ia harus senang atau sedih, padahal sedari tadi ia mencemaskan Yudha, tetapi baginya baguslah jika Yudha dan Audya kembali seperti dulu. Karena, itulah yang di harapkan oleh Nayla meskipun hatinya sakit sekali.

"Udahlah, kita langsung ke rumah lo aja, Nay," ajak Firsya.

Nayla menurut.

Olvidarse [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang