#3

147K 12K 392
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SETELAH MEMBACA•

•TAP TO RECOMMENDATION•

Dara dan Maya tertawa bersama. Sepertinya takdir Dara masuk ke dalam sekolah ini tak seburuk yang ia kira. Buktinya, ia bisa bertemu kawan lamanya lagi. Mungkin dengan bersama teman, masalah yang akan dihadapi akan terasa lebih ringan.

🍂🍂🍂

Dara benar-benar tak menyangka ketika Pak Yanto, guru pembimbing kelas 11 mengatakan bahwa ia berada di kelas IPA-3. Artinya, ia akan satu kelas bersama Maya, lagi! Sungguh ketidak sengajaan yang membuat Dara senang sekali.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Dara yang harus menyalin jadwal pelajaran dan membawa buku-buku pinjaman dari perpustakaan merasa kuwalahan. Bagaimana nasibnya jika sepedanya saja sudah rusak seperti itu dan barang bawaanya sangat bejibun?

Dara mengangkut tujuh buku paket super tebal menuruni tangga. Badannya yang masih memar kadang berdenyut sakit. Tapi ia tetap berjalan, mengacuhkan rasa sakit itu.

Tujuh buku paket sudah ia taruh di depan keranjang sepedanya. Cewek itu menaiki sepedanya namun sedari tadi benda itu tak kunjung mau berjalan.

Dara menengok ke bawah tepat di bannya.
"Astaga! Ban nya kempes"

Dengan perasaan dongkol, ia menuntun sepedanya menuju kontrakannya.
Cahaya matahari sungguh terik siang ini. Entah sudah keberapa kali ia mengecek arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Berharap ia segera sampai kontrakan dan berangkat lagi untuk bekerja.

"Kenapa?" tanya seseorang dari atas motor sport berwarna merah.

Dara nampak terkejut. Ia menoleh ke sumber suara dengan raut wajah kebingungan.

Cowok itu tersenyum melihat ekspresi Dara lalu ia membuka helm fullface nya.

"Masyaallah! Ini nih yang namanya cogan!" batin Dara tersenyum.

Tangan cowok itu melambai-lambai di depan wajah Dara hingga membuat Dara sadar akan lamunannya.

"Eh iya kenapa?"

"Sepeda lo kenapa?"

"Bannya kempes. Padahal tadi waktu berangkat sekolah nggak kenapa-kenapa,"

Dara menendang ban sepedanya yang kempes untuk meluapkan segala emosi yang sedari tadi ia tahan. Namun bukannya menendang ban, kakinya malah menendang besi di bagian pingirnya. Membuat Dara berteriak kesakitan.

Cowok itu tersenyum melihat tingkah aneh Dara.

"Yuk bareng gue"

Dara berhenti berlonjak-lonjak dan menatap cowok itu bingung.

Melihat Dara yang tak kunjung naik, tangan cowok itu terulur manarik tangan Dara halus. "Bareng gue aja. Entar sepeda lo gue urus"

Dara bagai di hipnotis. Ia menurut saja ketika tangannya ditarik untuk naik ke atas motornya. Entah mengapa ia bisa sangat percaya dengan cowok itu padahal ia kenal saja tidak.

Motor sport itu melaju dengan kecepatan rata-rata menembus ibu kota yang sudah padat merayap.

"Nama gue Davon. Lo Dara kan?"

Dara mendekatkan tubuhnya dengan punggung cowok itu. Berusaha menangkap apa yang cowok itu bicarakan karena suaranya terhalau kebisingan kota.

"Darimana lo tau?"

Davon tertawa. "Semua orang udah tau kali siapa elo"

"Masalah Keylan lagi?"

Davon menghentikan laju motornya ketika lampu berwarna merah.

"Ya begitulah. Semua orang mikir kalo lo korban selanjutnya Keylan"

"Korban? Maksudnya?"

Lampu yang semula merah berubah menjadi kuning, lalu hijau. Davon melajukan lagi motornya.

Bukannya menjawab pertanyaan Dara, Davon malah mengalihkannya. "Habis ini kemana?"

"Itu ada Indoagustus kan, belok kiri aja. Gue bisa jalan kaki habis itu,"

Seperti yang dikatakan Dara, Davon berhenti disebuah gang kecil. Dara segera turun dari motor merah itu dan mengucapkan terima kasih kepada Davon karena sudah berbaik hati memberikan tebengan untuknya.

"Sepeda lo dianter bentar lagi gapapa kan?"

Dara mengangguk sambil tersenyum. "Terima kasih kak,"

"Sip deh! Gue duluan ya, selamat malam cantik," Davon mengedipkan sebelah matanya genit.

Tuhaaan kenapa ciptaanmu ini manis sekalii

"Hmm ati-ati kak!"

Davon menlajukan motornya, meninggalkan Dara dengan tangan yang terus melambai. Tanpa ia sadari, senyum di bibir cewek tersebut terbit dengan sendirinya.

🍂🍂🍂

"Ra milkshake strawberry satu untuk meja tiga ya!"

"Baik bos!"

Baju seragam abu-abu Dara sudah berganti dengan celemek maroon bertuliskan "Terserah Caffe". Disinilah Dara berada. Disebuah caffe di pusat kota untuk mencari pundi-pundi rupiah.

Caffe ini sangat ramai sekali. Banyak sekali remaja yang datang silih berganti membuat Dara kuwalahan. Bukan hanya namanya saja yang unik, jajanan di caffe ini tergolong murah dan sangat enak. Gaya caffe yang sangat kekinian membuat siapa saja nyaman berada disini.

Dara meletakkan milkshake strawberry yang barusan ia buat diatas nampan berwarna cokelat. Ia menjelajahi segala penjuru caffe untuk mengantarkan minuman di meja tiga. Namun, sedari tadi cewek itu tak menemukan nomer meja yang ia cari.

Senyumnya terbit kala meja nomer tiga itu terlihat oleh bola matanya. Meja itu berada di pojok. Tanpa basa-basi, Dara segera menuju meja tersebut.

"Ini kak milkshake nya. Selamat menik-"

Deg

Jantung Dara berdebar kala seseorang yang memesan milkshake tak lain adalah Keylan. Namun, di ekspresi cowok tersebut tidak ada raut terkejut sedikitpun. Seperti biasa, wajahnya selalu datar tanpa ekspresi.

Dara segera berlari menjauhi meja itu dengan kalang kabut.

"Ada apa Ra?" Riyan, si pemilik caffe bertanya kepada Dara setelah melihat wajah Dara yang memucat.

"Eh nggak ada apa-apa bos. Ada pesenan lagi?"

Riyan menyadari jika Dara berbohong kepadanya. Terlihat sekali raut wajah cewek itu yang panik dan tidak seperti biasanya. Namun, ia memilih diam dan melanjutkan pekerjaannya. Di luar sana pembeli sudah tak sabar minta dilayani. Dan diam-diam Riyan memperhatikan Dara dengan sangat detail. Berharap cewek itu benar-benar baik-baik saja.

Jangan lupa vote and comment ya!

Don't be a silent readers :))

KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang