#42

81.4K 5.4K 65
                                    

Kamu tau rasanya bagaimana dunia bak berputar dan berpusat di kepalamu? Yap, Dara merasakan hal itu sekarang.

Deru nafasnya tak beraturan ketika sebuah pesan singkat itu masuk ke dalam ponselnya. Bahkan tanpa diberi nama pengirim pun Dara tau siapa pengirimnya.

Siapa lagi kalau bukan ayahnya.

Ayah yang selama ini menyayanginya dengan segenap hati, menceritakan dongeng ketika hendak tidur, menyuapinya serta memberikan kecupan hangat di setiap pagi, kini berubah. Hanya ancaman, kekerasan dan juga balas dendam yang ada pada dirinya saat ini. Hanya satu pertanyaan yang kini membuat Dara bingung. Akankah semua hal itu sudah terlupakan hingga tak ada lagi rasa belas kasihan saja yang dapat diberikan untuk anak yang pernah ia sayangi dulu?

Dara bukan kecewa. Ia tau semua itu ayahnya lakukan ketika ia benar-benar belum bisa menerima kepergian ibunya yang mendadak. Apalagi saat ibunya pergi ke sisi Tuhan, Dara berada di sampingnya. Maka dari itu muncul spekulasi dari pikiran ayahnya bahwa penyebab kematian istri tercintanya adalah karena Dara. Bukan karena kecelakaan yang terjadi. Dan selama bertahun-tahun itu, Dara terus merasakan penyesalan yang mendalam. Namun apa daya, semua hal itu sudah terjadi dan mengubah seseorang yang baik menjadi bak seorang monster yang siap kapan saja menerkam Dara.

Tubuh mungil itu ambruk beserta dentuman hebat dari bunyi ponsel yang menghantam jalan. Maya dan Luna kaget bukan main. Tanpa basa-basi, mereka berdua mencari pertolongan. Maya mencari pengurus UKS dan Luna mencari Keylan yang ia tau pasti sedang di rooftop sekolah.

Luna berlari bak kesetanan. Cewek itu tak peduli jika banyak pasang mata yang menatapnya bingung. Image nya yang anggun ia buang jauh-jauh. Itu tidak penting sekarang. Hanya keadaan Dara yang saat ini menjadi tujuan utamanya.

Luna sudah sampai di rooftop dengan nafas yang menderu. Ia dapat melihat Keylan, Dino dan Doni tengah bercanda ria dengan kepulan asap yang mendominasi daerah itu. Bukan hal yang mengejutkan ketika Luna melihat hal tersebut. Itu sudah biasa. Namun ia terkejut ketika kepulan asap itu bukan berasal dari Keylan, melainkan dari si kembar yang segera menginjak batang rokok tersebut lalu nyengir tak jelas menatap Luna yang menatap mereka galak.

Luna segera menepis masalah pribadinya dengan si kembar. Dengan Doni lebih tepatnya.

"Kak! Dara pingsan!"

Dalam sepersekian detik cowok itu berlari menuju UKS. Sungguh, hatinya bergejolak tak karuan mendengar kabar yang sungguh ia benci. Ia hanya tak ingin orang yang ia sayang terluka, itu saja. Dan Keylan bersumpah akan membalas perbuatan siapapun itu yang membuat Dara menjadi seperti ini, terbaring lemah dengan wajah yang pucat pasi.

Maya yang terisak segera mendatangi Keylan sambil membawa ponsel Dara. Ia tak berani membukanya, mungkin yang pantas membuka ponsel itu adalah Keylan. Maya hanya menduga yang membuat Dara pingsan adalah pesan yang masuk dalam ponsel tersebut.

"Kak sebelum Dara pingsan dia dapet pesan dari seseorang. Tapi gue nggak tau itu siapa." tutur Maya sambil sesekali sesunggukan.

Keylan mengambil ponsel Dara dengan agresif. Ia segera membuka pesan terakhir yang cewek itu dapatkan. Tangannya mengepal kuat hingga memutih.

Ancaman itu datang.

Keylan kira pria itu sudah tak lagi mengancam Dara, apalagi beberapa waktu lalu hidup mereka sudah damai karena Keylan memberikan sejumlah uang yang pria itu mau. Bahkan Keylan tak peduli seberapa banyak uang yang ia keluarkan untuk menjaga permatanya. Namun, namanya juga manusia. Seberapa banyak yang ia dapat pasti tak akan pernah merasa puas. Brengsek memang jika ayah Dara memanfaatkan keadaan ini dengan meminta uang terus menerus untuk hal yang tidak berguna. Jika ia tidak melakukan ini, lantas ia harus bagaimana?  Melupakan semua hal yang sudah terjadi tentang kematian istri tercintanya? Tidak! Pasti tak akan mudah mengingat ia akan balas dendam kepada siapapun yang merenggut kebahagiannya tak terkecuali untuk Dara yang notabene anaknya sendiri.

Keylan keluar dari UKS berpas-pasan dengan Dino, Doni, dan juga Luna yang datang.

"Gue titip Dara. Kalo dia bangun, ke rumah lo dulu ya Lun. Gue ada urusan." Keylan pergi dengan sebuah tanda tanya besar bagi ketiganya. Kemana Keylan akan pergi disaat Dara tengah terbaring tak sadar disana?

Keylan melajukan mobilnya keluar dari sekolah. Sebelum itu, ia menelpon seseorang lalu mengaitkan earphone di telinganya.

"Temui saya sekarang juga." tegas Keylan lalu menginjak pedal gas keluar dari sekolah.

Mata Dara perlahan membuka. Ia menatap sekeliling dengan heran. Dimana ia sekarang? Seperti di sebuah rumah yang familiar di ingatannya, tapi ia lupa dimana.

"Lo udah baikan, Ra?" Maya datang dengan nampan berisi semangkuk bubur dan juga segelas susu putih.

"Ini di kamar lo May?" Dara bangkit lalu duduk dengan bantal dibelakang punggung.

Maya mengangguk. "Sebenernya mau ke rumah Luna sih, tapi abangnya Luna barusan dateng dari Australia. Takutnya nanti ganggu lo. Makanya lo disini sekarang. Lagian gue disini sendirian. Bokap nyokap lagi kerja." jelas Maya sambil menaruh nampan diatas nakas.

"Thanks ya May. Lo emang sahabat gue yang paliiiing baik." puji Dara tulus.

Maya tersenyum lalu memeluk Dara hangat. "Bisa lo cerita masalah lo Ra? Gue bukan temen yang cuma kepo dengan masalah orang, tapi gue bakal bantu sebisa mungkin agar masalah lo selesai. Please Ra gue berasa nggak berguna jadi temen kalo gue nggak tau apa-apa tentang semua hal yang menyangkut pada diri lo. Can you tell me, dear?"

Dara mengangguk. Mengambil nafas dalam-dalam dan menceritakan semuanya.

"Gimana bisa kayak gini, ha! Kenapa kita bisa kecolongan lagi! Apa 100 juta itu belum cukup buat dia!"

"Maaf tuan. Setahu saya dia sudah pergi ke Hongkong seminggu yang lalu. Jadi, saya tidak memantau beliau lagi."

Keylan mengusap wajahnya gusar. "Cepat lacak lokasinya lagi. Sekarang!"

Pria itu mengutus anak buahnya untuk melacak lokasi terakhir ayahnya Dara. Namun hasilnya nihil. Tak ada informasi apapun yang ia dapatkan.

Keylan menonjok tangannya ke tembok. Ia bingung dan kacau. Pria ini sungguh gesit  dan juga pintar menyamar. Lantas bagaimana ia dapat mencari pria itu lagi?

"Semua data tentang orang itu sudah tidak ada tuan. Ia dinyatakan mati karena kebakaran kabin pesawat saat menuju Hongkong. Tapi saya yakin dia sedang mengelabui kita dan berganti identitas baru tuan."

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Keylan pasrah.

"Memancing dia keluar dari sarangnya."

Balik lagiii

Bagaimana dengan part ini?

Jangan lupa vote dan comment ya!

Love youuu

KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang