#59

94.5K 7.6K 642
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keylan : AWAS AJA LO NGGAK KOMEN SAMA VOTE! GUE BENERAN MATI AJA! LEBIH DARI 4K VOTE + 1K KOMEN NGGAK ADA APA-APANYA DARIPADA CERITA CINTA GUE YANG SADIS! BAKAL GUE HANTUIN YANG NGGAK VOTE DAN KOMEN!

Author : Ih apaan sih Key! Sono balik ke buku! Emang dasar! Happy reading guys!

Shae - Tetaplah Tersenyum

🍂🍂🍂

Dara terus berlari. Tujuannya kini adalah cepat sampai di ruang guru yang ada di lantai dasar. Nafasnya begitu tercekat ketika semua guru mengelilingi seseorang dengan jas hitam yang membalut tubuhnya. Pria itu tengah menyapa pegawai disana dan hendak untuk memasuki mobil hitam di sampingnya.

Dara segera membelah kerumunan guru itu. Tak peduli jika orang yang dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa itu menatapnya heran. Bahkan sikap Dara itu dapat dikategorikan sangat lancang sekali.

"Tunggu!" teriak Dara menghentikan pria yang separuh tubuhnya sudah memasuki kendaraan beroda empat tersebut.

Nugraha tak dapat menyembunyikan ekspresi terkejutnya kala melihat seorang murid dengan beraninya menghandang jalannya. Namun, melihat banyak pasang mata disana membuat pria itu mau tak mau harus menampilkan senyum yang ramah. Pencitraan tentunya.

"Ada masalah apa, nak?" Nugraha keluar dari mobilnya dan berusaha menampilkan ekspresi setenang mungkin.

"Pak! Apa benar Keylan sudah mati? Apa benar Keylan sudah nggak ada di dunia ini?" tanya Dara dengan nafas memburu. Mati-matian ia menahan gejolak untuk tidak menitihkan air matanya lagi.

Nugraha tersenyum simpul. Ia sudah tau pasti perempuan ini akan menanyakan tentang ini. Tentang kematian anaknya yang masih tak dapat diterima akal manusia. Padahal, Nugraha yakin sekali jika perempuan itulah yang menjadi saksi tak berdayanya putranya saat itu.

"Jawab saya Pak! Apa benar Keylan udah nggak ada?" Dara tak bisa menghentikan tangisannya ketika pria yang menjadi harapan satu-satunya itu hanya diam membisu. Dara kesal dibuatnya.

"Pak, Saya mohon, jangan buat saya merasa hidup tetapi jiwa saya mati... Saya lelah pak... Saya mohon... Jawab keraguan saya selama ini... Saya nggak bisa hidup tanpa Keylan pak... Itu terlalu sulit..." Dara menarik jas Nugaraha erat. Menggoyang-goyangkan tubuh pria yang sudah beruban itu dengan kencang. Guru-guru disana nampak terkejut lalu segera memisahkan Dara dari Nugraha dengan jarak yang aman.

Nugraha diam. Ia tak bisa menjawab apa-apa sekarang. Rasanya begitu sulit. Apalagi banyak pasang mata yang kini menatap kejadian itu penuh penasaran.

Dara melepaskan cengkraman dari Bu Fatma serta kedua sahabatnya yang entah sejak kapan sudah disana. Ia menghempaskan rangkulan mereka lalu berlari menuju pria itu lagi. Dengan air mata yang menderas serta suara yang memilukan, Dara berjongkok di hadapan Nugraha. "Saya mohon Pak... Biarkan saya tau kebenarannya... Saya... Saya ingin tau dimana Keylan berada..."

Semua orang disana menatap Dara terkejut. Bahkan dari mereka ada yang meneteskan air matanya melihat adegan mengharukan itu. Dara menatap jalanan aspal sekolah. Dalam hati ia terus memanjatkan doa kepada sang kuasa agar mendapatkan titik terang atas kebimbangannya selama ini. Tiba-tiba tubuhnya terangkat, Nugraha menatap Dara dengan sorot yang prihatin. "Lupakan anak saya. Dia sudah tiada."

Hati Dara mencelos. Rasanya tubuhnya akan tumbang jika Luna dan Maya tak memegangi bahunya. Setelah mengatakan itu, Nugraha buru-buru memasuki mobil lalu berlalu tanpa sepatah kata pun lagi.

Dara ingin berteriak. Ia sangat frustasi sekarang. Semuanya... Semuanya telah berakhir detik ini. Penjelasan yang keluar dari mulut Nugraha menampar hatinya keras. Harapan yang ia lambungkan tinggi lebur sia-sia bersama air mata yang tak mau berhenti meluruh. Entah harus berapa ratus bahkan jutaan liter lagi air mata ini mengalir agar dirinya bisa bertemu Keylan? Dara harus apa? Haruskan Dara betul-betul mengikhlaskan kepergian Keylan sepenuhnya?

Dara merasa kepalanya sangat pusing. Dadanya juga sesak bukan main. Ucapan dari Nugraha terus terngiang di benaknya. Lalu dalam sepersekian detik, tubuh itu jatuh. Dara pingsan dengan pipi yang basah.

Mengapa takdir sekejam ini padanya?

🍂🍂🍂

Dara membuka matanya dengan kepala yang berkedut luar biasa. Rasanya semua badannya begitu lelah. Jiwa dan raganya menginginkan istirahat namun ia tau hal itu tak bisa ia lakukan, entah mengapa. Semua hal itu sudah tertuju pada lelaki yang mampu membuat dirinya senang. Tentu saja setelah lelaki itu pergi, jiwa dan raga Dara akan ikut pergi, bukan?

Dara menatap sekelilingnya. Ia berada di kamarnya yang bernuansa biru-pink tersebut. Matanya menatap sekitar, lalu berhenti di sebuah objek yang ada di atas nakas. Sebuah buku hitam milik Keylan.

Perasaan amarah Dara memuncak. Rasanya ia ingin sekali melampiaskan semua perasaan terpendamnya sekarang juga. Ia ingin berteriak. Ia ingin bebas dari penyiksaan ini.

Dara melempar buku itu ke tembok sambil berteriak keras. Ia hanya mencoba meluapkan segala perasaan yang ia kubur dalam-dalam. Ia hanya ingin merasa lega karena sudah melampiaskan sesuatu, namun nyatanya tak semudah membalikkan telapak tangan.

"GUE MAUNYA KETEMU LO KEYLAN! NGGAK PAKE BUKU INI!"

HOLAAA

BALIK LAGI KEYLANDARANYAAA

Dan aku mau ngabari kalau KeylanDara ada yang nawari untuk dijadikan buku! Alhamdulillah ya! Nah siapa yang nggak sabar buat meluk Keylan dalam bentuk buku?

Versi buku tentunya cerita lebih menarik dan juga bahasanya udah tertata. Ada yang berbeda dari versi wattpad.

Tenang, yang ada di wattpad kurang satu part lagi, epilog, dan juga part special. Ada yang udah nggak sabaran buat lanjut?

Happy endingkah?

Sad endingkah?

Vote komen yak!

KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang